Sembilan

5.2K 381 14
                                    

Seorang cewek menghembuskan nafasnya dengan kasar, bukan karena bosan dengan pelajaran yang diterangkan gurunya, hanya saja tangannya kebas saat ini, tau kan pelajaran b.indonesia itu menguras buku, padahal sudah ada LKS. Vanya mengibaskan tangannya untuk mengurangi rasa pegal ditanganya. ia mulai melirik teman sebangkunya, yaitu amel sahabatnya yang sudah sembuh dari sakitnya. Vanya menyentuh lengan amel dengan telunjuknya, menoel noel dengan imutnya.

"Ameeeeel~." bisik Vanya yang langsung disahuti oleh amel dengan gumaman saja.

"Amel noleh bentar coba." bujuk Vanya.

"Apaan sih Van?." bisik Amel bertanya.

"Mel lo sahabat baik gue kan?." tanya Vanya dengan puppy eyes-nya.

"Ngaku ngaku lo!!." sarkas Amel. kalau Vanya bertingkah seperti ini sudah pasti ada maunya, makanya amel ngeledek Vanya.

"Amel!!! gini deh yah, kalo lo bisa nulis pake dua tangan tolong gantiin gue bentar, gue bakalan anggep lo jadi saudara!!!." kata Vanya.

"Ogah banget gue jadi saudara lo, yang ada tekor saku gue buat traktir lo mulu." Amel melengos kan wajahnya langsung menghadap kedepan dan serius dengan pelajarannya lagi.

Vanya terkikik geli dengan obrolan absurdnya sendiri. ia mulai menulis kembali dengan cepat. seperti inilah pertemanan Vanya dengan Amel, tidak ada manis manisnya, namun justru semua itu menjadi mempererat pertemanan mereka, karena pertemanan mereka apa adanya.

Vanya tidak pernah marah saat Amel berkata asal, karena dia paham betul bahwa itu komentar secara langsung untuk membuatnya sadar apakah dia baik atau buruk saat itu. sebaliknya, Amel juga tidak pernah marah saat Vanya selalu saja nempel kepada Amel dan selalu saja nebeng seperti Vanya mengambil makanan ataupun benda lainnya, karena Vanya akan membalas kebaikannya dengan cara lain, seperti selalu ada saat Amel membutuhkannya, dan memberinya hadiah seperti bekal spesial buatan Vanya. itu sudah cukup, tidak ada saling memanfaatkan, selalu memberi timbal balik selagi mampu.

Pelajaran telah selesai, Bu Jati tengah membereskan peralatan tulisnya, lalu pamit dengan anak anak murid kelas ini dan ia keluar pergi dari kelas. ada beberapa menit lagi sebelum bunyi bel istirahat, dengan baiknya Bu jati menyudahi pelajaran terlebih dahulu.

Punggung Vanya terasa pegal, ia meregangkan tubuhnya dengan perlahan, lalu ia menelungkupkan kepalanya dimeja dengan lengan yang menjadi bantalannya.

"Va? lo tau gk?." Tanya amel tanpa menoleh pada Vanya, ia masih sibuk membereskan alat tulisnya.

Vanya menolehkan wajahnya tanpa mengubah posisi tanyannya, menghadap Amel yang masih sibuk dengan alat tulisnya, "Gk lah." kata Vanya datar dan singkat.

Amel menoyor kepala Vanya pelan.

"iyalah gk tau, kan gue belum lanjut ngomong oon" kata Amel, ia memutar bola matanya malas.

"Emang apaansi? harus banget gue tau?." kata Vanya.

"Ya haruslah, ini gosip yang menyangkut ketua osis yang bucin sama lo tapi nutupin pake topeng jail ke lo." ujar Amel antusias.

Ya, koneksi amel memang banyak, tapi Vanya takkan marah saat ia berteman dengan orang baru ataupun kadang nimbrung geng lain. Vanya itu realistis, kalo memang amel adalah sahabatnya dia pasti tidak akan lupa padanya, dan tidak akan membuka aibnya ke orang orang. Justru Vanya menjadi tahu segala hal berita dari Amel, Vanya memang ramah tapi dia pemalu makanya ia sulit menyapa jika tidak disapa duluan, berbeda dengan Amel yang kadang sok kenal sok dekat tapi orang orang akan langsung nyaman dengannya.

"Bucin pala lo, dia itu temen sekaligus musuh gue, yaaaa kaya lo contohnya!!! emang ada apa sama Arlan?." tanya Vanya.

"Katanya yah, Arlan berhasil nangkep siswa yang ke gap lagi pesta miras di tongkrongannya pake seragam sekolah kita!! ditambah salah satunya ada yang pake narkoba juga rupanya. katanya Arlan dan para guru udah ngincer dari dulu. Arlan juga udah laporan ke pihak rehabilitas remaja, tapi karena mereka anak pejabat daerah, polisi enggak bisa bongkar dan nangkep orangnya." jelas Amel panjang lebar.

Hello, my senior girl~ (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang