4

477 91 121
                                    

Author pov.
Hari ini, mata pelajaran terakhir kelas Chaeryeong adalah Psikologi. Di sekolah mereka, mata pelajaran itu tidak memiliki materi khusus, mereka hanya akan saling bertukar cerita, karena dari hal itu sang guru berharap kalau para muridnya bisa saling memahami karakter dari orang-orang di sekitar mereka.



"Kalian, yang pernah pacaran, atau yang lagi menjalin hubungan sama seseorang, harusnya banyak-banyak bersyukur kalau pacar kalian itu ga pernah marah. Maksud bapak, kalau pun dia marah, dia ga pernah luapin emosinya itu ke kalian. Orang kayak gitu harus dipertahanin guys. Karena bapak liat-liat, jaman sekarang tuh susah banget nyari orang yang sabar. Malahan parahnya bapak pernah liat orang marah sama pasangannya sampe ngeluarin kata-kata kotor. Wah kalau itu red flag banget sih. Susah emang guys nyari pasangan yang sesabar itu ngadepin semua sifat kita. Kalau emang orang sesabar itu susah dicari, then jadi lah salah satu dari mereka-mereka yang punya kesabaran luar biasa itu."



Lee Chaeryeong, si pintar yang sudah pasti akan merasa bosan dengan pelajaran itu dan sejak tadi memilih menatap ke luar jendela, seketika langsung mengalihkan pandangannya kepada guru yang baru saja berkata demikian.

Perkataan guru itu lagi-lagi harus membuat Chaeryeong teringat dengan salah satu kejadian di masa lalunya.







Flashback

Author pov.
Di dalam sebuah mobil mewah yang harganya mencapai milyaran, Chaeryeong sedang duduk di kursi penumpang sambil menatap kosong ke luar jendela dengan tidak bersemangat. Mood gadis cantik itu sedang tidak baik-baik saja saat ini karena pemilik mobil yang tidak lain adalah kekasihnya itu lagi-lagi menjemputnya dengan sangat amat terlambat.

Jika dibilang kekanak-kanakan, mungkin ada sedikit sifat Chaeryeong yang seperti itu.
Seperti saat ini contohnya, gadis teramat cantik itu bad mood karena perbuatan kekasihnya. Namun setiap kali kekasihnya itu melakukan kesalahan, yang Chaeryeong lakukan hanya lah diam, tidak menegur atau pun memberitahu sang kekasih di mana letak kesalahannya. 
Dan bagaimana caranya orang bisa tau bahwa yang dilakukannya itu salah jika tidak diberitahu ?
Bahkan sadar diri saja sepertinya tidak cukup.

Padahal sebenarnya Chaeryeong pun menyadari bahwa semua ini bukan sepenuhnya kesalahan sang kekasih. Namun entah kenapa ego Chaeryeong terlalu menguasai dirinya.

Saat tengah menikmati perjalanan menuju ke apartemennya dalam keheningan, tiba-tiba saja mobil yang mereka tumpangi itu dihentikan di bahu jalan.

Chaeryeong segera menoleh saat merasakan tangannya diraih lalu diusap lembut oleh sang kekasih.



"Kenapa ? Kenapa sayang ? Aku ada salah apa cantik ? Coba deh kasih tau aku salahnya dimana. Jangan kebiasaan diem gini sayang. Aku ga mau kita diem-dieman lagi karena kamu terlalu nyaman sama hal itu. Kalau ada hal yang ga kamu sukai dari aku, bilang sayang. Biar aku bisa ngerubah itu dan ga ngelakuin kesalahan yang sama." Dengan nada selembut dan sedewasa mungkin, kekasih Chaeryeong itu berucap sambil memberi Chaeryeong tatapan hangat yang berhasil membuat Chaeryeong merasa sangat amat bersalah.

Bagaimana tidak ?

Jika diingat-ingat lagi, kekasih Chaeryeong itu tidak pernah marah walau hanya sekali kepadanya. Malahan Chaeryeong lah yang sedikit-sedikit menunjukkan emosinya hanya karena masalah sepele, namun kekasihnya itu selalu menghadapinya dengan penuh kesabaran.



"Kenapa cantik ? Jangan diem aja dong. Aku ga mau kamu kayak gini lagi karena kesalahan yang ga aku ketahui itu. Jadi, kasih tau aku ya sayang ?"



Chaeryeong menundukkan kepalanya karena merasa sangat bersalah sampai-sampai gadis cantik itu tidak berani menatap kedua mata kekasihnya yang sedang menunjukkan sebuah ketulusan yang luar biasa besarnya.



BROKENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang