Author pov.
Di dalam sebuah bus umum, Karina dan Yeji sedang menikmati perjalanan mereka untuk kembali ke Seoul. Kedua anak itu memang sengajak tidak membawa kendaraan pribadi karena mereka ingin menikmati perjalanan sambil melakukan banyak hal. Salah satunya adalah berbincang, seperti apa yang sedang mereka lakukan saat ini."Hwang, tangan lo gimana ? Masih sakit ? Mau diganti plesternya ?"
Tanpa memberikan jawaban terlebih dahulu, Yeji menunjukkan tangannya kepada Karina yang tampak mengkhawatirkannya.
"Kemarin baru gue ganti kok."
"Beli plester sendiri ? Tumben banget ? Biasanya kalau punya luka dibiarin gitu aja."
Yeji tersenyum, dengan sangat amat menawan sambil menggelengkan kepalanya. Dan hal itu membuat Karina merasa sedikit lega karena akhirnya hari ini ia bisa melihat temannya itu tersenyum setelah melewati hari-hari yang penuh dengan kesedihan.
"Engga, dikasih Ning."
"Ning ?"
Sambil menunjukkan raut muka kebingungan, Karina bertanya.
"Ningning ?"
Karena merasa belum begitu yakin, Karina kembali mencoba untuk memastikan.
"Iya, Karin."
Tidak ada tanggapan lagi dari Karina. Yang gadis cantik itu lakukan malah menunjukkan wajah herannya seakan ia mempertanyakan perbuatan Ningning, adik kelas mereka yang bisa dibilang cukup dekat dengannya.
"Kenapa ?"
Seakan paham dengan perubahan ekspresi temannya itu, Yeji langsung mencoba untuk memastikan.
"Gapapa sih, cuma agak bingung aja, soalnya setelah kalian ribut sama cowo-cowo gila itu si Ning nanyain keadaan kalian. Gue pikir dia basa-basi doang nanyain itu, eh ternyata ada maksudnya. Jangan-jangan tuh anak diem-diem suka sama lo ?"
Mendengar itu Yeji malah menghembuskan nafasnya dengan berat sambil mengalihkan pandangannya ke luar jendela bus yang sedang mereka tumpangi.
Yeji tidak tertarik sedikit pun dengan apa yang dikatakan oleh temannya itu. Hal-hal yang berhubungan dengan 'cinta' entah kenapa sudah tidak menarik lagi bagi Yeji. Malahan sepertinya untuk saat ini 'cinta' membuat Yeji merasa sangat takut."Kalau pun iya, lo pasti udah tau apa yang bakal gue lakuin.
Gue...
capek, Rin.
Jujur gue belum sanggup kalau harus mengulang fase yang sama lagi dan lagi. Ga ada yang lebih bikin gue takut dari pada jatuh cinta.
Sekarang, gue setakut itu buat jatuh cinta. Gue takut, kalau-kalau gue ga bisa bikin orang yang gue sayang bahagia dan akhirnya orang itu milih pergi buat nyari kebahagiaan lain. Seriusan deh, itu rasanya sakit banget. Dan sialnya gue harus ngerasain itu berkali-kali. Saking capeknya gue karena harus ngerasain hal menyakitkan itu berulang kali, perasaan gue sekarang kayak udah mati."Bukankah semua yang keluar dari mulut Yeji itu terasa sangat menyakitkan untuk didengar ?
Kira-kira seperti itu lah perasaan Karina setelah mengetahui bahwa temannya itu dibuat begitu trauma oleh cinta.Karina, satu-satunya orang yang sejak dulu selalu menjadi support system untuk Yeji di saat-saat seperti ini, tanpa berpikir panjang langsung menggenggam tangan Yeji yang sedang diletakkan di atas pahanya.
"It's okay, wajar kok buat ngerasa kayak gitu. Namanya luka itu sembuhnya secara perlahan, ga bisa langsung. Dan kita butuh spesialis yang bener buat bisa bantu kita ngobatin luka itu. Percaya deh Hwang, suatu saat nanti pasti lo bakal nemuin seseorang yang bisa bantu lo ngobatin semua luka itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
BROKEN
FanfictionApakah setelah bahagia memang harus ada air mata dan luka di hati ?