16

579 69 81
                                    

Author pov.
Di rooftop sekolah, pada saat jam istirahat berlangsung, Chaeryeong terlihat sedang duduk seorang diri tanpa melakukan apa-apa. Adik kandung dari Lee Chaeyeon itu sejak tadi hanya menatap kosong tanaman bunga di hadapannya. Melamun tanpa memiliki sebuah masalah atau pun memikirkan beban di hidupnya adalah kebiasaan Chaeryeong. Hal seperti itu sudah menjadi hobby bagi Chaeryeong.



"Sendirian aja."



Sesegera mungkin Chaeryeong menolehkan kepalanya saat mendengar sebuah suara yang tidak asing di telinganya.

Lee Daehwi, terlihat berdiri dengan kedua tangan yang sedang membawa minuman dan tidak lupa pria gemulai itu menunjukkan senyuman cantiknya.



"Mau ga ?"



Chaeryeong hanya menatap minuman yang Daehwi sodorkan padanya tanpa berucap apa-apa.

Susu strawberry,
minuman kesukaan Chaeryeong, dan satu-satunya orang yang mengetahui bahwa ia sangat menyukai minuman itu hanyalah, Kim Winter.



"Siapa yang nyuruh ?"



Mendengar pertanyaan yang dilontarkan secara to the point itu, Daehwi langsung menghela nafasnya dengan berat sambil mendudukkan diri di sebelah sang sahabat tanpa meminta ijin terlebih dahulu.



"Tanpa gue jawab pun pasti lo udah tau jawabannya kan ? Tadi waktu gue mau ke cafeteria, gue ketemu dia. Dia nitip ke gue buat beliin susu kesukaan lo ini karena dia sekarang ada latian jadi ga bisa beliin sendiri."



Karena Chaeryeong tidak kunjung menerima minuman itu dan hanya terus menatapnya, akhirnya Daehwi menarik kembali tangannya yang sudah mulai terasa pegal.



"Tau ga Chaer ? Di sekolah ini, ada dua orang paling bego menurut gue."



Daehwi mengambil jeda sejenak dalam ucapannya. Dan hal itu berhasil mengundang perhatian Chaeryeong yang sejak tadi hanya berfokus pada susu di tangan Daehwi itu.



"Kak Yeji, sama Winter, mereka adalah dua orang paling bego di dunia ini.
Lo tau kenapa ? Karena mereka masih mau jagain orang yang mereka sayang dengan setulus mungkin padahal udah jelas-jelas mereka dicampakin.
Sorry Chaer, gue ngomong kayak gini bukan untuk menyudutkan siapa-siapa ya, tapi karena gue tau sebesar dan setulus apa perasaan dia buat lo.
Apa ga bisa dipertimbangin lagi, Chaer ? Apa udah bener-bener ga bisa diperbaikin lagi hubungan kalian ? Gue tau sebenernya lo juga masih sayang sama dia."



Tepat setelah sang sahabat selesai berbicara, air mata Chaeryeong jatuh tanpa adanya hambatan sedikit pun. Namun sesegera mungkin dihapus oleh gadis cantik itu karena lagi dan lagi ia selalu tidak ingin terlihat lemah di depan orang-orang. Apa lagi alasan di balik kesedihannya itu adalah Winter.



"Bener, gue emang sesayang itu sama dia. Sampai-sampai kesalah pahaman waktu itu bikin gue hancur banget.
Untuk pertama kalinya, gue ngerasain sakit karena cinta. Susah De buat memulai lagi ketika kepercayaan lo dihancurin sama orang yang lo pikir bakal terus jadi alasan di balik kebahagiaan lo.
Gue terlalu berekspetasi tinggi tentang kebahagiaan di dalam hubungan kami sampai-sampai gue harus dibanting sama ekspetasi gue sendiri.
Untuk saat ini, gue belum bisa De, gue bener-bener masih terlalu takut."



Daehwi yang mendengar itu malah tersenyum. Bukan senyum ejekan, namun senyuman tulus seorang sahabat yang paham bagaimana sang sahabat dibuat trauma akan cinta.



"Dulu, waktu gue masih kecil, gue pernah jatuh pas belajar sepeda. Dan itu bikin lutut gue luka sampe susah dibuat jalan. Setelah kejadian itu, gue ga mau naik sepeda lagi karena gue takut banget bakal jatuh untuk ke-dua, ke-tiga, ke-empat, atau bahkan ke-sekian kalinya. Tapi, daddy gue bilang, kalau sekali jatuh aja gue udah nyerah, gimana bisa gue berhasil ? Padahal kalau udah berhasil naik sepeda, gue ga perlu capek-capek lagi jalan kaki."



BROKENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang