"Ayyara, bangun, apakah kamu sudah mulia malas sekolah?"
David saat ini sedang berada di depan pintu ruang belajar Ayyara. David memang selalu mengunci pintunya jika Ayyara sudah masuk kedalamnya, lalu membukanya di esok hari.
Ayyara yang memang sudah bangun beberapa menit yang lalu langsung saya berjalan cepat untuk menuju pintu yang sudah tak terkunci lagi.
"Saya sudah tak tidur lagi ayah" ucap Ayyara.
"Bagus, cepatlah mandi lalu berangkat menuju sekolah, lalu pulanglah dengan nilai seratus bukan dibawahnya" ini sebuah perintah bukan nasehat.
"Baik ayah!!"
Setelah David keluar dari kamarnya. Ayyara segera berjalan menuju kamar mandi untuk bersiap-siap. Selepas memakai seragam dan kaos kaki, Ayyara berjalan menuju meja belajarnya.
Baju seragam yang Ayyara kenakan hari ini adalah seragam baru yang memang David sudah membelinya banyak jaga-jaga untuk keadaan seperti ini. Bahkan sebelum seragam itu mengecil, seragam itu sudah tak terpakai lagi dikarenakan selalu sobek terkena ikat pinggang milik David.
Namun tak apa, Ayyara masih bersyukur karena mempunyai ayah seperti David. Setidaknya jika ia selalu di siksa, ia tak perlu memikirkan besok harus apa karena itu semua sudah di urus oleh David.
Dengan pakaian rapi, Ayyara turun dari tangga menuju ke ruang makan. Disana sudah ada Reyhan-kakak tirinya dan Rika seorang perempuan yang kurang lebih sudah enam tahun menjabat sebagai istri David dan merupakan ibu tiri Ayyara.
"Selamat pagi ayah" sapa Ayyara.
Tak ada sapaan yang hangat yang Ayyara lontarkan. Ayyara melakukan itu hanya karena terpaksa. Jika bukan karena David, Ayyara malas melakukan semua yang memuakkan ini.
"Pagi, cepatlah habiskan sarapanmu lalu berangkatlah kesekolah. Jangan lupakan pesanan saya, Ayyara!" ucap David datar.
Pesanan yang David maksud ialah nilai sempurna, bukan nilai tertinggi di kelas tapi nilai sempurna. Seratus, harus seratus tidak boleh kurang walau itu hanya dua angka.
"Saya sudah selesai sarapan, saya akan berangkat, permisi" Ayyara mengucapkannya dengan begitu sopan.
Lihatlah, tak ada pagi yang hangat untuk Ayyara di rumah ini.
***
Ayyara telah sampai di sekolahnya, SMA 05 Praharja namanya. Melangkahkan kakinya menuju kelasnya yang berada di lantai dua dengan kedua tangan yang memegang tali di kedua tasnya.
Namun baru saja memasuki kelasnya Ayyara sudah mendengus lesu. Mungkin ia akan kembali bermain dengan Reyna di pagi hari ini.
"Wah Ayyara si murid kebanggaan sekolah udah dateng nih" celetuk Reyna.
"Iya dong, kan kebanggaan sekolah" sahut Vani-teman Reyna.
"Let's go, tanpa basa-basi" Reyna segera menyeret Ayyara menuju ke pojok kelasnya.
Perlahan Ayyara memejamkan matanya, tangannya mengepal dengan kuat. Nafasnya mulai tak beraturan bahkan tubuhnya mulai sedikit bergetar.
"Tuhan, kali ini saja, tolong" batin Ayyara.
Reyna mendorong Ayyara hingga punggung Ayyara menghantam tembok dengan keras. Rasa sakit yang di buat oleh ayahnya tadi malam kini terasa bertambah sakit. Ayyara terduduk di pojok kelas dengan mengenaskan.
Reyna mengambil sapu yang ada di samping Ayyara. Tanpa belas kasihan Reyna memukuli Ayyara menggunakan gagang sapu tanpa ampun.
"Lo tau, gara-gara lo gue dihukum sama ayah" desis Reyna berapi-api.
"Gara-gara lo yang sok kepintaran itu, gue di hukum sama ayah gue" makinya dengan begitu emosi.
Pukulan-pukulan demi pukulan Ayyara dapatkan. Tak ada air mata di matanya. Rasa ngilu di tubuh Ayyara seakan mati rasa.
"Tuhan" bisik Ayyara pelan.
"Lo tau, gue tadi malam di pukul sama ayah karena nilai gue di bawah nilai lo Ayyara!!" dimata Reyna hanya ada amarah.
"Tanpa lo tau, gue juga di pukuli Na" batin Ayyara.
"Dan ini sekali lagi sebelum kita kembali bertarung" Reyna memukul Ayyara dengan begitu keras.
"Arrghh" pekik Ayyara tertahan.
Nafas Ayyara memburu begitu hebat. Kedua tangannya seolah memeluk dirinya sendiri. Punggungnya terasa sangat nyeri. Reyna kali ini tak main-main lagi.
Bukan hanya Ayyara yang mempunyai lebam di tubuhnya, tapi Reyna juga. Lebam di bawah mata dan di samping bibir kanan Reyna tak bisa di sembunyikan.
Mereka sama-sama mempunyai cerita yang hampir sama namun mereka dua tokoh berbeda yang tak sengaja di sebuah lembar, yang sayang pertemuannya tak sebentar.
"Bunda, Ayya butuh pelukan bunda" batin Ayyara.
"Tuhan, sekali saja. Jauhkan dari rasa sakit ini"
"Tuhan, kasihanilah tubuh yang lemah ini"
"Tuhan..., kuatkan tubuh ini lebih lama lagi"
Ayyara berdiri dengan kaki bergetar. Tubuh rapuh itu berjalan dengan pelan menuju bangkunya yang ada di depan barisan paling kanan.
Ayyara menghembuskan nafasnya kasar. Ia mulai merapikan kembali seragam yang ia pakai.
•
•
•
"Untuk ayah, saya siap berjuang kembali"
Follow Ig : @ameileyaa
Follow WP : ameileyaaRabu, 13 Juli 2022
Tertanda : ameileyaa
Blora, Jawa tengah
KAMU SEDANG MEMBACA
NAYTHAN
Teen FictionTakdir indah semesta yang di ciptakan oleh Tuhan. Tunggu End yang sangat mengejutkan di cerita ini!!