12

16 1 0
                                    

HAPPY READING!
⚠️TANDAI JIKA ADA TYPO DAN SALAH DALAM PENULISAN MAUPUN PELETAKAN TANDA BACA⚠️

Duakhh

“AYYARA!!” teriak Nathan dari arah pintu kelas.

Reyna menoleh ke arah Nathan dengan mata berkaca-kaca dan tangan mengepal kuat. Nafasnya memburu karena emosi.

“LO GILA?! HAH?!” bentak Nathan kepada Reyna.

Reyna tadi membenturkan kepala Ayyara ke tembok dengan keras. Bahkan sekarang kepala Ayyara telah berdarah.

“Gu-gue” ucap Reyna gugup.

“Lo gak waras Rey!!” teriak Nathan mendorong bahu Reyna.

“Gu-gue gak sengaja hiks” lirih Reyna.

“Apaan gak sengaja. Lo itu masih waras kan? Lo kira gak sakit apa kayak gitu” teriak Nathan emosi.

“Gu-gue--” belum selesai berbicara Nathan sudah menyelaknya.

“GUE TAU LO BENCI AYYARA!! TAPI GAK GINI JUGA REYNA!!” mata Nathan memerah karena emosi.

“Nathan” lirih Ayyara memegangi kepalanya.

“Jahat lo Rey” Nathan mendorong Reyna hingga Reyna terdorong kebelakang.

Nathan berjalan menghampiri Ayyara yang sepertinya kesadarannya mulai menipis. Perlahan Nathan mengangkat Ayyara untuk dibawanya ke UKS.

“Jangan tutup mata lo Ayy” ucap Nathan sembari berjalan menuju UKS.

Sedangkan Reyna masih mematung di kelas dengan air mata yang berlinang di pipinya.

“Gu-gue gak sengaja hiks” isak Reyna.

“Gue emosi jadi gak sengaja benturin kepala Ayyara, Van” lirih Reyna kepada Vani.

Vani mengusap pundak Reyna, “Ayyara pasti baik-baik aja Rey” ucapnya.

“Tadi tadi kepalanya berdarah” ujar Reyna.

“Emang kenapa sih. Biasanya juga lo biasa kalo Ayyara luka, ini malah sampe nangis” ucap Vina, “Harusnya lo itu bahagia liat Ayyara menderita” lanjutnya mengompori.

“Tapi-” ucap Reyna, “Udah lah biarin aja sih dia luka” selak Vani.

“Huftt oke” Reyna menghapus air matanya lalu melangkah keluar kelas.

“Mau kemana lo Rey!!” teriak Vani memanggil.

Namun bukannya menjawab Reyna justru terus melangkah tanpa menghiraukan panggilan dari Vani.

***

Nathan membuka pintu UKS dengan kasar menggunakan kakinya. Nathan membaringkan Ayyara di salah satu brangsal.

“Loh kenapa ini” panik dokter yang ada di UKS.

Sekolah ini memang mempunyai dokter pribadi. Jaga-jaga jika ada yang sedang sakit parah dan petugas PMR tak bisa menangani.

“Kok bisa berdarah sih kepalanya” ucap dokter tersebut sambil mengobati luka yang ada di kepala Reyna.

Setelah beberapa menit Ayyara telah selesai di obati. Perban di pelipisnya menjadi tanda bahwa ia baru saja di obati.

“Maksih dok” ucap Ayyara tersenyum.

“Sudah menjadi tugas saya untuk mengobati orang yang terluka. Saya harap kamu tak kembali mengalami seperti ini lagi” dokter itu tersenyum.

“Saya permisi untuk ke ruangan saya dulu” pamit dokter itu lalu melangkah pergi.

“Lo kok bisa kayak gini sih” ucap Nathan cepat, sedari tadi ia sudah tak tahan untuk tak bertanya.

“Gakpapa kali” ucap Ayyara santai.

“Gikpipi kili” ucap Nathan menye-menye, “Tapi tadi mau pingsan” lanjutnya dengan nada yang kesal.

“Ck” decak Ayyara kesal.

“Lain kali kalo di pukul itu pukul balik aja kenapa sih” ujar Nathan.

“Males” cuek Ayyara.

“Minimal kalo dia pukul lo, ganti lo yang banting kepalanya” ucap Nathan menggebu-gebu.

“Anjir, sadis ya guys” seru Ayyara.

“Harus sadis sih, biar keren Ayy. Hidup lo itu nelangsa banget Ayy, dikit-dikit pukul, dikit-dikit luka” cerocos Nathan panjang lebar.

“Ya mau gimana lagi, emang gini kan?” ujar Ayyara.

“Kenapa gak lo lawan aja sih? Kalo lo gak bisa lawan ayah lo setidaknya kan lo bisa lawan Reyna” tutur Nathan, “Kalo gak ngelawan minimal itu lo bisa mertahanin diri biar diri lo gak babak belur” lanjutnya.

“Sekeras apapun ngelawan tapi kalo emang endingnya bakal luka ya mau gimana lagi?” Ayyara memandang Nathan intens.

“Lah lo mikirnya endingnya bakal luka. Coba kalo lo mikirnya endingnya lo gak kenapa-kenapa pasti lo bisa buat pertahankan diri biar gak luka pada ahirnya” Nathan menghembuskan nafasnya kasar, “Gue tau, jadi diri lo itu pasti selalu merasakan sakit. Tapi kenapa lo gak mau berharap sama tuhan kalo endingnya nanti bakal happy?” lanjut Nathan bertanya.

“Happy ending? Ending yang mana maksud lo? Ending ketika gue udah mati? Terus gue gak di pukul lagi? Iya?” Ayyara tersenyum simpul.

“Bukan, tapi ending ketika lo bener-bener bahagia Ayyara” Nathan memalingkan tatapannya dari wajah Ayyara.

“Tapi bukannya mati itu adalah ending yang sebenernya?” tanya Ayyara.

Nathan bungkam. Tak ada yang berbicara, hanya ada keheningan diantara keduanya. Mereka sama-sama diam, dengan isi kepala masing-masing.

“Kata lo, happy ending itu ketika gue bener-bener bahagia” Ayyara menggantung ucapannya. Nathan menoleh kembali ke arah Ayyara.

“Tapi gue gak percaya sama happy ending yang lo omongin itu, Nathan” lirih Ayyara.

***
Follow Ig : @ameileyaa
Follow WP : ameileyaa

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 29, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NAYTHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang