HAPPY READING
⚠️TANDAI JIKA ADA TYPO⚠️***
Ayyara menutup mulutnya yang menguap lebar. Matanya terasa berat meminta tidur namun keadaan berkehendak lain. Ia belum selesai dengan kegiatan di dalam ruangan belajarnya. Masih banyak bab yang perlu ia pelajari dengan teliti.
Ayyara tak mau jika nilainya menurun dan berakhir badannya kembali remuk dengan pukulan-pukulan dari ayahnya.
"Gue pengen dapet nilai baik, tapi kalo gue dapet nilai baik gimana sama Reyna?" batin Ayyara.
Jika Ayyara yang mendapat nilai sempurna maka Reyna yang akan mengalami lebam-lebam namun jika Reyna yang mendapat nilai baik maka dirinyalah yang akan mendapatkan cambukan dan pukulan dari ayahnya.
Posisi yang sangat sulit. Mengapa Tuhan mempertemukan mereka dalam satu kelas? Mengapa di pertemukan jika akhirnya saling menyakiti?.
Bukan hanya Ayyara yang belajar tapi Reyna malam ini juga belajar. Reyna juga mengantuk sama halnya dengan Ayyara namun keadaan membuatnya tak bisa tidur.
Mata Reyna sudah memerah menahan kantuk. Mulutnya tak henti menguap. Tangannya tak henti menulis rumus-rumus matematika yang sangat memusingkan.
Capek Tuhan batin Reyna.
"Sekali saja buat hidup ini bahagia" batin Reyna mendongakkan kepalanya menatap langit-langit kamarnya.
"Izinkan tubuh ini istirahat Tuhan" gumam Reyna menahan tangis.
"Reyna"
Suara dari speaker kecil di sudut kamarnya itu mengalihkan perhatian Reyna. Reyna mendongakkan menatap perekam yang ada di kamarnya itu. Reyna tersenyum ralat Reyna memaksakan tersenyum.
"Ya ayah?" ucap Reyna.
Dikamar Reyna memang ada speaker kecil dan perekam kecil yang ada disudut kamar Reyna, perekam dan speaker itu terhubung dengan tablet milik Rion.
"Segeralah belajar dan jangan tidur jika belum mengerti dengan bab pelajaran yang kau baca itu" suara Rion itu terdengar dari speaker kecil.
"Baik ayah" ucap Reyna.
"Jangan sampai kau tertidur jika sampai kau tertidur maka saya akan menghukummu dan kau tak akan menerima makan untuk besok pagi" suara Rion itu kembali terdengar.
"Iya ayah" sahut Reyna
Karena merasa jika ayahnya tak kembali berbicara Reyna kembali melanjutkan membaca buku pelajarannya.
***
"Arghh dada gue sakit" rintih Nathan.
"Tuhan..." ucap Nathan seolah berbisik.
"Mamaa" lirih Nathan.
Malam ini dada Nathan terasa sangat sangat sakit. Nafasnya terasa sesak. Keringat dingin membanjiri tubuhnya. Tangannya bergetar dengan hebat. Sorot matanya menyiratkan kekhawatiran.
"Jangan jemput saya sekarang tuhan" lirih Nathan saat dadanya terasa terhimpit.
Keringat dingin tak henti-hentinya mengalir dari pelipisnya. Tangannya bergetar mengambil obatnya yang ada di laci nakas. Dengan bergetar Nathan meminum obat itu dengan susah payah.
"Saya mohon" lirih Nathan.
"Beri waktu saya di dunia ini lebih lama lagi, Tuhan"
"Saya tak akan meninggalkan Ayyara sebelum ia mendapatkan bahagianya" Nathan mendongakkan kepalanya ke arah atas.
"Buat saya bertahan demi Ayyara, Tuhan" ucap Nathan memohon.
"Hilangkanlah sakit ini Tuhan" Nathan memejamkan matanya, tak terasa air matanya menetes.
"Tuhan, saya mohon..." lirihnya.
Setelah beberapa menit akhirnya rasa sakit dan sesak di dadanya berangsur terasa baik walau masih sakit.
Senyuman di bibir Nathan terbit "Terimakasih, Tuhan".
Nathan bertahan untuk orang lain bukan untuk dirinya, Nathan bertahan untuk Ayyara bukan dirinya. Dia ingin membuat Ayyara bahagia di akhir hidupnya nanti.
Brakk
Pintu ruang belajar Ayyara terbuka dengan lebar. Disana ada ayahnya yang sepertinya menahan amarahnya. Ayyara bisa melihat tangan ayahnya yang mengepal kuat.
Ayyara menghela nafasnya dengan kasar. Ia sudah mulai muak dengan perlakuan ayahnya yang temperamental ini.
Tanpa berkata David menyeret tubuh Ayyara keluar dari ruangan belajarnya. David membanting tubuh Ayyara kelantai kamar yang dingin itu.
Ayyara mulai memejamkan matanya dengan kuat. Tangannya mengepal kuat. Nafasnya mulai tak teraturan.
"Selamat menikmati permainan malam ini anak bodoh" desis David menusuk.
Bugh
Bugh
Bughh
Ayyara mengepalkan tangannya kuat agar dirinya tak mengeluarkan teriak yang akan membuat ayahnya semakin membabi buta memukulinya.
Bughh
Bughh
Bughh
David mencengkram dagu Ayyara dengan kuat. Dan tanpa ampun David menampar pipi Ayyara dengan keras.
Plakk
Plakk
Plakk
Plakk
Pipi Ayyara memerah bahkan sudut bibirnya mengeluarkan dasar segar.
Ayyara memejamkan matanya karena sudah tak kuat dengan rasa sakit di tubuhnya itu.
Bughh
Satu pukulan keras di pelipisnya itu mampu membuat kesadaran Ayyara hilang.
David yang menyadari jika Ayyara pingsan itupun semakin di buat menggila. David menjambak rambut Ayyara kuat lalu membenturkan kepada Ayyara kelantai dengan keras. Darah segar mengalir dari kepala Ayyara.
"Sakit" gumam Ayyara yang tak di dengar oleh David.
Dukk
Sekali lagi David membenturkan kepala Ayyara kelantai dengan sangat teramat keras. Setelah itu David segera meninggalkan Ayyara yang tengah kesakitan.
Dengan bergetar Ayyara menyentuh kepalanya yang terasa ingin pecah. Darah mengalir dari pelipis Ayyara.
Karena sudah tak kuat untuk bertahan lagi, Ayyara kehilangan kesadarannya di lantai kamar yang dingin itu.
Malam itu dan dikamar milik Ayyara menjadi saksi betapa gilanya seorang David yang sayang itu adalah ayah dari Ayyara.
Pantaskah disebut ayah?.
***
Hii!! Akhirnya bisa up juga!!
Ayo absen nama kalian!! Biar kenal, karena tak kenal maka tak sayang.
Jangan lupa tekan tombol bintang di pojok bawah oke!!
Target pembaca 20+ vote 5
Kalian bisa bertemu dengan ku di :
Follow Ig : @ameileyaa
Follow WP : ameileyaa
Tiktok : @ameileyaaSabtu, 03 September 2022
Tertanda : ameileyaa
Blora, Jawa tengah

KAMU SEDANG MEMBACA
NAYTHAN
Teen FictionTakdir indah semesta yang di ciptakan oleh Tuhan. Tunggu End yang sangat mengejutkan di cerita ini!!