1. 'Meet Cute..'

37 3 4
                                    

Aku tidak tau kapan akhirnya duduk di tribun penonton ini menjadi hal yang sangat menarik untuk seorang yang memprioritaskan rebahan lebih dari apapun seperti diriku ini. Yang kutau saat ini aku mungkin terlihat bodoh terus memandangi salah seorang diantara sepuluh orang yang tengah memperebutkan bola untuk kemudian dilemparkan lagi ke keranjang yang menggantung di sana. Aku tidak perduli pada permainannya, hanya saja pandanganku tak lepas dari semua gerak gerik seseorang itu. Entah kenapa setiap tingkahnya membuat candu dan berujung senyuman di bibirku.

Ah sial, harusnya bukan seperti itu imageku. Tidak, aku bukan orang seperti itu. Aku ralat kembali kata-kataku. Aku kesini hanya karena temanku memaksa terus-menerus agar aku mau menemaninya latihan tenis untuk persiapan turnamen antar kampus yang sebentar lagi akan diadakan di kampus kami. Ya, temanku memang aktif di kegiatan ekstrakurikuler bidang olahraga di kampus. Sementara aku, prinsipku jika ada waktu kosong bukankah berbaring di kamar sambil scrolling instagram serta maskeran dengan segala jenis masker yang aku stock di laci mejaku lebih seru dari hal apapun?
Atau ke salon untuk sekedar menata rambut lalu tertidur hingga sejam kemudian lebih menggoda bagiku.

Aku memang tidak tertarik dengan segala kesibukan dunia kampus. Aku ke kampus hanya untuk menyetor muka di daftar hadir dosen lalu pulang tanpa ada beban. Nilai? Ah aku bangga dengan nilai yang pas-pasan. Setidaknya untuk seorang yang setiap 30 menit izin ke toilet untuk memeriksa penampilan, aku masih aman jika ada ujian, nilaiku tidak bagus, tapi tidak pernah terlalu buruk. Bicara soal penampilan, sudah pasti harga mati bagiku. Aku lebih baik datang terlambat atau tidak datang sama sekali ke kampus daripada terlihat compang-camping.

Fun-fact, followers instagramku 120k, cukup banyak untuk orang yang tidak punya kegiatan apa-apa selain eksis di media sosial.


Kembali pada situasi saat ini. Aku dan temanku yang baru selesai latihan tenis masih menonton latihan basket di bawah sana. Karena akan ada turnamen, latihan dipadatkan hampir tiap hari. Temanku ini memang kerap kali mengajakku sekedar duduk di lapangan melihatnya latihan, namun selalu kutolak dengan alasan mager. Tapi entah bagaimana, ini adalah kali ketigaku berada di sini.

"Gue perhatiin udah tiga hari ini loe nggak banyak tingkah pas gue ajak latihan"

temanku memutus pandanganku ke arah seseorang di lapangan. Ternyata ia memperhatikan sedari tadi.


Aku dengan sigap menetralkan ekspresi wajahku senatural mungkin seperti orang menonton pertandingan basket pada umumnya.

"bosan di rumah terus" alasan klise yang aku sendiri malas mendengarnya.

"Loe berharap gue percaya seorang Grita dengan alasan bosan di rumah?" kini nadanya semakin menyelidik dengan senyuman penuh curiga membuatku sedikit panik jika ia tau alasanku mau diajak adalah karna aku ingin melihat salah satu temannya di divisi olahraga ini.

"Woii, Anet, gak gabung loe?" seseorang berteriak dengan suara cemprengnya dari lapangan.
Aku lihat semua tim olahraga yang latihan hari ini sudah berkumpul di lapangan, pertanda latihan telah selesai.

"Yuk" Anet bangkit dari kursi penonton sebelahku.

"Hah?"

"Ayolah sekali-kali gabung, siapa tau ntar loe mau ikut latihan juga" tanganku ditarik ke lapangan tanpa menunggu persetujuan.

"Eh, Net, enggak ah, malu.. aku nggak pernah ngumpul sama mereka" Percuma, aku langsung ditarik paksa ke lapangan.

Sudah dua hari ini aku memang hanya duduk tetap di tribun penonton seperti jimat bagi Anet, lalu pulang setelah ia selesai. Tapi hari ini aku diseret ke keramaian yang asing ini. Aku memang aktif di sosmed, tapi ketika meet in person aku adalah orang yang canggung setengah mampus.


"Weeiiss, bidadari tribun turun hari ini, dapet kunjungan nih kita" si suara cempreng menyambutku seperti tuan putri.

"tumben, Net, kok mau si Grita?"

"Sering-sering Grit kesini, kita kan jadi semangat kalo seger gini."

"Grit, folback dong."

Ya, walaupun tidak pernah berpartisipasi dalam kegiatan kampus, aku cukup dikenal di banyak tempat. Coba tanya saja siapa sih yang belum follow ig ku.

Aku hanya tersenyum kikuk dengan celetukan mereka. Hampir semua menyapa dan benar-benar memberi perhatian dengan kehadiranku.

Aku mencuri pandang ke arah kapten tim basket yang menjadi alasanku tiga hari ini datang kesini, mengesampingkan masker-masker wajah di kamarku.
Ia hanya melirik sekali kemudian melanjutkan kegiatannya memasukkan barang-barangnya ke dalam tas. Ternyata karakter seperti ini memang ada, kukira hanya buatan cerpen saja. Bagaimana bisa dia tak begitu peduli dengan kedatanganku di saat yang lain terus mencoba menarik perhatianku. Aku tidak begitu tertarik dengan orang yang senang berbasa-basi, tapi diacuhkan kali ini, somehow, sedikit membuat mood ku drop.

Setelah mendiskusikan masalah turnamen dan rencana latihan berikutnya serta hal-hal yang lain, mereka benar-benar akan pulang. Seperti biasanya, diakhiri dengan tos-tosan ala mereka. Akupun bergantian menyambut tangan mereka hingga sebuah uluran tangan sampai di hadapanku. Ia memilih berjabat tangan denganku. Entah apa maksudnya. Nafasku agak tercekat saat beradu tatapan dengannya, cukup lama. Aku segera tersadar bahwa saat ini aku sedang tertarik dengan seorang kapten tim basket, ketua divisi olahraga, sekaligus presiden mahasiswa dengan segudang prestasi, orang yang berpengaruh besar di kampusku.

Mengingat itu aku langsung terpental kenyataan. Tatapannya seolah mengatakan bahwa dia berada di level yang berbeda di kampus ini dibanding denganku yang tidak ada kontribusi sama sekali di sini. Aku seketika menciut dengan pikiranku sendiri meskipun aku tidak pernah tau apa yang sebenarnya dipikirkan. Ia mengakhirinya dengan sebuah senyuman tipis yang singkat.

Sial, perasaanku terombang-ambing. Aku ingin berhenti tapi semakin penasaran. Bagaimana bisa ia menunjukkan tatapan intimidasi sekaligus mempesona seperti itu.

My Hectic Lovey CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang