11. Davina..

11 2 0
                                    

Aku tau pagi ini pembukaan turnamen dimulai. Harusnya aku datang lebih awal karena acaranya dimulai pukul 9 pas, tapi jarum jam sudah menunjukkan pukul 09.15 dan aku masih di jalan.

Sengaja mengulur waktu agar datang tepat saat Aldein sedang memberi sambutan di panggung sehingga ia tidak dapat menemuiku hari ini. Aku tau ia akan sibuk setelahnya. Benar, aku sedang tidak ingin menemuinya.

Tepat perkiraan ku, Aldein sedang memberi sambutan disana saat aku memasuki stadion dan langsung duduk di bangku penonton khusus panitia. Setidaknya aku ingin sehari saja mendiamkannya karena benar-benar kesal sekarang. Besoknya akan kupaksakan diri berdamai dengan egoku untuk kembali menemaninya. Ia sempat melihat ke arahku dari jarak cukup jauh itu. Aku tidak tau berapa kali dia sudah menghubungiku sejak kemarin karena ponselku aku biarkan mati sampai sekarang.

Sepuluh menit ia berdiri disana lalu turun sambil melihat ke arahku lagi, seperti ingin menghampiri namun ia diarahkan pengurus lain untuk duduk di bangku VVIP bersama petinggi kampus. Aku sedikit merasa bersalah. Akhirnya aku mengaktifkan hp. Benar dugaanku, tak lama Aldein langsung menelpon.

"Grit?"
Terdengar helaan nafas di seberang sana diantara suara keramaian stadion ini. ".. Kenapa hp kamu gak aktif dari kemaren? Kamu gak kenapa-kenapa kan?" Pertanyaannya terdengar antusias.

Jujur saja aku merasa senang dikhawatirkan olehnya saat ini, "Aku lupa naro hp dimana." Bohongku yang terdengar payah.

"Beneran? Aku panik kamu tiba-tiba hilang kemarin."

"Ada urusan mendadak di rumah. Gak sempat bilang ke kamu." Aku tidak percaya harus berbohong lagi.

"..Aku kesana ya seka-"

Aku lalu mendengar seseorang seperti sedang memberitahu sesuatu padanya namun tak terdengar jelas karena volume musik yang diputar semakin kencang. Panggilannya terputus begitu saja.

Aku seperti sedang menunggu pacar yang akan datang. Aku tersenyum geli mengingatnya. Belum 24 jam mendiamkan Aldein aku sudah kembali berdebar-debar karenanya. Tidak sabar menunggunya seolah melupakan insiden notif kemarin,

.... tapi tidak, saat aku melihat ke arah pintu masuk stadion. Seorang perempuan sedang memberi sesuatu seperti bekal yang ia bawa dari rumah kepada Aldein di hadapannya.

Ekspresinya sangat senang seperti sudah lama tidak bertemu. Aku mengingat-ingat dimana pernah melihat wajahnya.

"Grit, nih buat kamu satu" Anet menyodorkan popcorn padaku. Aku masih terpaku melihat dua orang di ujung sana. Anet mengikuti pandanganku.

"Davina kok.." Anet tampak kaget dan keceplosan tak melanjutkan kalimatnya.

Aku menoleh pada Anet, tidak mengerti suasana saat ini. Ia melihatku dengan aneh. Aku terdiam tak berani menanyakan apapun pada Anet karena ia tidak tau soal kedekatanku dengan Aldein.

Perhatianku teralihkan oleh suara pembawa acara yang mempersilahkan grup dance kampus tampil di panggung besar itu. Saat kembali melihat ke pintu masuk stadion, keduanya sudah hilang entah kemana.

**
Aku pulang 3 jam yang lalu. Sekarang sudah pukul 09.10, namun pikiranku masih pada kejadian yang kulihat siang tadi.

Aldein tidak menemuiku setelahnya bahkan tidak menelpon sama sekali. Padahal terakhir kali ia mengatakan akan ke tempatku saat itu. Aku tidak tau ia dimana sepanjang acara.
Akhirnya aku menonton pertunjukan disana bersama Anet dan pengurus himmas lain dengan perasaan kalut.

Rasa penasaranku pada perempuan bernama Davina itu rasanya tak tertahan lagi. Dengan hati-hati, aku memutuskan untuk membuka ig dengan nama Davina Bianca yang di tag di postingan Ivana. Kudapati bahwa perempuan ini kuliah di Kanada.

Hampir sama dengan Aldein, tampaknya ia juga gila organisasi. Diantara 70 postingan di feeds nya, ada tiga foto memperlihatkan kebersamaannya dengan Aldein disana.

Salah satunya ia yang tertawa lepas memegang kamera sementara Aldein duduk sembarangan di rerumputan seperti kelelahan, dengan dua buah sepeda sport tergeletak begitu saja di depannya. Tidak ada caption apa-apa.

Yang kedua adalah foto bersama Aldein serta ibu dan adiknya yang sedang melihat-lihat sesuatu di sebuah museum terkenal disini. Juga tanpa caption.

Terakhir, fotonya di sebuah ruangan memegang buku catatan besar memperhatikan Aldein dari belakang yang sedang serius mengetik di laptopnya. Diposting enam bulan yang lalu. Aku seperti dihujam benda tajam tepat di jantung saat membaca caption 'helping my fiance working on his own world ❤ '

Aldein bukan tidak perduli dengan love life, ia hanya sudah merasa aman soal itu karena sudah mempersiapkan segalanya. Hidupnya sudah teratur. Lalu apa maksudnya mendekatiku selama ini..

My Hectic Lovey CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang