Ngiiittt
Aku rasa ada lebih dari 50 pasang mata menatap ke arahku saat membuka pintu kelas yang sudah ditutup ini. Ruang baru dengan pintu yang menjengkelkan karena bunyinya yang heboh ini memang membuatku jadi pusat perhatian saat datang terlambat. Sudah empat kali aku telat di mata kuliah umum ini, tidak mungkin kalau aku membolos hari ini, dan kali ini aku benar-benar mengutuk diri sendiri karna telat 30 menit.
"Meet me after this, Agrita Sandra"
Shit, kurasa ia sampai hafal namaku karna berturut-turut telat masuk kelasnya. Ini semua karna alarm sialan di ponselku yang harusnya membunyikan alarm kebakaran tiba-tiba malah memutar lagu fly me to the moon yang membuatku lelap damai hingga pukul 10.50 beriringan dengan lagu yang habis dinyanyikan.
Aku mengendap-endap mencari bangku kosong yang sepertinya sudah terisi penuh hari ini. Ah, di deretan tengah tampaknya ada satu untukku. Dosen kembali melanjutkan penjelasannya, aku mempercepat langkahku dan langsung meraih bangkuku sesaat sebelum aku menoleh pada orang yang duduk tepat di belakang kursiku. Aku tersentak, tiba-tiba kakiku berhenti di tempat sementara tubuhku sudah condong ke depan.
Bukkk
Perhatian tertuju padaku lagi. Aku menumpahkan setumpuk buku dari tas ku di lantai. Aku lupa fakta bahwa kapten tim basket itu satu ruang denganku di mata kuliah ini. Bodoh, dia pasti juga sudah hafal kebisaan telatku. Dan sekarang ia seperti sedang menahan tawa berusaha tetap tenang melihatku mati gaya dengan semua kekacauan yang aku buat. Aldein, aku baru sadar kalau selama ini aku sering berpapasan dengannya.
***
"Gak banget deh, Grit. Kalo aku jadi kamu udah pura-pura pingsan aja lah aku" Anet memang selalu menertawakan musibah yang aku alami.
Dibandingkan dengan 70 orang yang ada di ruang tadi, aku lebih malu pada seorang Aldein yang ada disana. Jika saja ia tidak ada di ruang itu tadi mungkin aku akan masa bodoh dengan apapun yang terjadi. Tapi masalahnya my first crush after 1 decade was there. By the way, aku menceritakan segalanya pada Anet, tapi tidak tentang perasaan anehku pada Aldein. Kalau Anet sampai tau, aku bisa diceng-cengin sampai lulus kuliah.
Terlepas dari itu, Anet dan Aldein memang berteman baik, mereka lumayan sering ada urusan kampus bersama. Entah itu organisasi atau belajar kelompok, karena fokus mereka sama, anak-anak pintar yang ambisinya tinggi. Tapi Anet kadang ada bodohnya, contohnya saja ia mau berteman denganku yang sama sekali tidak menguntungkan baginya, tapi pertemanan kami sangat solid terhitung sejak SMP lamanya. Anet selalu mendorongku agar jadi aktif. Memang dasar akunya saja yang tidak mau berubah.
"Baru juga kemarin bilang ke temen-temen kamu bakal sering datang, eh hari ini udah gabisa. Gak asik ah, Grit." Anet meminum jusnya dengan wajah bete ketika aku beritahu bahwa nanti sore aku harus ke pustaka karna ditugaskan membuat jurnal dua kali lipat banyaknya dari yang biasa ditugaskan, iya, hukuman datang terlambat empat kali berturut-turut, dan harus diselesaikan dalam tiga hari. Sebagai orang dengan kapasitas otak seadanya, tugas ini cukup membuat jiwa malasku terguncang.
"Ya maaf, Net. Eh tapi jangan bilang aku ngerjain hukuman juga ya, udah malu banget Net soalnya" Aku tak ingin imageku jatuh berkali-kali.
*
*
*
*
*Vote n comment gaess... 😊👌
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hectic Lovey Crush
Romance... Enggak salah juga, rupanya hidupnya udah terencana banget. Mungkin bukan cuek, dia emang enggak mikirin hal itu lagi karena semuanya udah tertata rapi.. ... Sementara aku, prinsipku jika ada waktu kosong bukankah berbaring di kamar sambil scroll...