9. Selebgram effect

15 2 0
                                    

Gritas' POV

Aku kaget melihat seseorang menyodorkan sebuah cup spaghetti bolognese dari belakangku.

"Ambil.."

Aldein tersenyum saat aku mengambilnya dengan ragu. Ia lalu duduk di sampingku sambil meletakkan dua botol air mineral kemudian membuka cup spaghetti yang sama denganku.

"Sorry ya, aku gatau kamu gak bisa makan jamur. Aku juga gak tau anak-anak mesen itu semua."

Aku masih tidak tau harus merespon bagaimana. Masih memperhatikan gerak-geriknya yang sekarang membuka botol minum lalu meletakkannya di depanku.
Adegan termanis dalam hidupku selama 21 tahun ini.

Aldein meninggalkan teman-teman dan spaghetti jamurnya untuk makan denganku disini? Ia memesan ulang dua menu berbeda lalu menghampiriku yang entah bagaimana memilih duduk di tribun lagi saat ini.
Perasaanku saja atau memang benar, Aldein seperti sedang menarik perhatianku dengan perlakuannya.

Belum sempat aku membalas satupun perkataannya ia kembali bersuara, "Aku udah sewa satu stadion buat kamu."

"Bercanda kamu nggak lucu." Aku dengan cepat menjawab.

Menghentikan olokannya yang bisa kapan saja membuatku salah paham, seolah ia bisa kugapai. Aku tidak suka dibercandai seperti itu oleh orang yang kusuka.

Ia berhenti menyendok pastanya tapi pandangannya tak lepas darisana, "Aku beneran pengen kamu datang.."

Otakku sedang tidak sinkron dengan perasaanku. Aku malah tersenyum mendengar kalimatnya seolah membenarkan bahwa memang itu yang ingin kudengar saat ini, padahal pikiranku mengatakan untuk tidak percaya pada kata-kata Aldein yang terdengar berlebihan.

Ia membuat semua pengurus himmas heboh karena ucapanku saat itu. Aku susah payah menahan senyum hingga mungkin pipiku sudah seperti tomat sekarang.

"...Mungkin nggak akan gitu kalau yang ngomong bukan kamu."

Fix, Aldein membalas perasaanku. Ia menoleh padaku sementara aku tak dapat menahan senyum lagi. Akhirnya ia pun ikut tersenyum.

***
Kami semakin banyak menghabiskan waktu bersama, Aldein terang-terangan memberi perhatian lebih padaku di depan teman-temannya. Namun tidak ada satupun yang berani mengomentarinya, mungkin segan karna tidak pernah melihat Aldein seperti itu sebelumnya. Mereka terkadang aku pergoki hanya senyam-senyum saling berpandangan satu sama lain melihat interaksi kami. Padahal tidak ada yang disengaja, semua terjadi begitu saja dan mengundang perhatian mereka.

***
Sudah seminggu aku berada di ruang yang sibuk ini. Meskipun orang baru disini, aku sama sekali tidak merasa asing. Sejak awal semua pengurus himmas sangat bersahabat dengan kehadiranku. Ya, aku cukup sadar aku goodlooking. Aku tidak bermaksud sombong, tapi privilege orang cantik dapat kugunakan diberbagai kesempatan. Contohnya saja aku bisa dengan mudah masuk ke circle manapun karena tidak bisa bohong, orang goodlooking memang diberi perhatian lebih.

Aku sedang melihat-lihat daftar acara dan perlombaan yang diadakan. Ada tiga kampus besar yang ikut dalam turnamen ini dengan kampus kami sebagai tuan rumahnya. Awalnya hanya bidang olahraga yang akan dipertandingkan karena memang ini acara turnamen saja. Tapi sejak acara berpindah lokasi, otomatis kegiatan hiburan diikutsertakan. Untungnya banyak yang berpartisipasi dan jika berjalan lancar ini akan menjadi acara paling keren di akhir tahun ini.

Diantara semua kegiatan yang diikuti kampus, perhatianku menjurus pada satu kompetisi kampus terfavorit yang dihitung berdasarkan likes sebuah postingan di ig resmi kampus. Aku tidak pernah tau kampusku mengikuti ini sebelumnya.

"Itu udah seminggu yang lalu dibuka Grit, besok ditutup perhitungannya. kita nggak pernah menang, kalah banyak likesnya sama kampus tetangga." Anet tersenyum kecut.

Bagaimana bisa kami kalah padahal kami kampus terbaik di kota ini. Jiwa selebgramku terpancing, aku membuka profil ig kampus yang usernamenya baru kutau dari Anet.

Pantas saja tidak pernah menang, feedsnya tidak menarik sama sekali, mereka memposting hampir dua bulan sekali, padahal banyak kegiatan menarik yang dibuat kampus setiap minggunya entah itu lomba atau seru-seruan di lingkungan kampus. Aku menyayangkan ig kampus dengan followers 1k yang mungkin tidak diketahui orang-orang di luar sana.

Anet mengatakan bahwa memang tidak ada yang bertugas khusus mengurus sosmed kampus. Mereka bergantian login disana jika ada sesuatu yang harus diposting.

"Kenapa nggak bilang dari kemarin? Ini aku bisa bantu sih." Kataku percaya diri.

"Nggak berani lah kita Grit." Sahut seseorang sambil tercengir.

"Aku nggak terlalu ingat sih ada kompetisi ini, karna emang jarang dibahas juga." Ucap Anet

Aku berinisiatif membuat sebuah instastory meminta semua followersku untuk memberi likes di postingan ig kampusku yang aku tag di sana.

Tidak sampai sepuluh menit likes di postingan tersebut bertambah dari yang awalnya 300, naik menjadi 820 likes dengan followers yang ikut naik menjadi 3k. Mereka terkaget-kaget dengan angkanya yang terus bertambah.
Begitupun komen yang rata-rata menyebut namaku.

"Parah.. parah.. selebgram effect, gokil sih Grit." Anggota lainnya ikut nimbrung menyaksikan perubahan drastis ig kampus

"Ini kayanya 2 jam lagi kita udah menang telak sih gaperlu nunggu besok." Ucap pengurus himmas lain

"Btw, hadiahnya lumayan loh, tahun ini 7 juta, menang ini kita bisa party sekampus." Celetuk seseorang di samping Anet.

Mereka heboh membicarakan rencana party dengan uang yang 90% sudah dimenangkan itu. Mataku bertemu pandang dengan Aldein di ujung sana, ia mengisyaratkan untuk keluar dari ruangan berisik ini.

Akupun diam-diam melarikan diri dari sana mengikuti Aldein sambil menertawakan keributan yang terjadi di dalam. Tidak ada status apapun, tapi aku menikmati kedekatan yang semakin terasa. Kami hanya sama-sama tau sedang menyimpan perasaan suka satu sama lain.

**

My Hectic Lovey CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang