7

1.8K 388 23
                                    

  Jika mau Qisti bisa menetapkan tujuannya dan bebas memilih kerja di mana, perusahaan mama atau papa, hanya saja saat ini gadis itu masih ingin istirahat setelah resign dari kantor mantan kekasih. 

Menjadi pengangguran setelah beberapa tahun aktif ternyata tidak membosankan seperti yang pernah dibayangkannya dulu. Banyak hal baru yang bisa dilakukan Qisti, seperti jalan-jalan atau nongkrong di cafe misalnya. Gadis itu juga tidak perlu mengatur waktu atau khawatir kalau ada lembur karena sekarang sudah bebas.

"Gue balik, lo masih mau di sini?"

"Nanti gue cabut, masuk aja."

Karena jam makan siang sudah selesai Helen kembali ke ruangannya. 

Duduk di kantin se-santai ini mana pernah dilakukan Qisti, tidak perlu melirik jam karena tidak ada tugas yang menunggunya. Semoga waktu satu bulan tidak cepat berlalu.

Hingga kantin sepi hanya tersisa beberapa orang termasuk dirinya Qisti belum berniat pergi dari sana. Segelas jus lemon menemani waktunya usai makan siang, sumpah me time seperti ini nikmat sekali.

Ia tidak perlu punya kekasih, cukup Helen dan beberapa temannya yang lain, semoga tidak ada yang mencuri hatinya sebelum dia siap terlebih ultimatum dari Mikhayla tidak main-main.

Qisti tersenyum sendiri. Sejak bertemu dengan Arka Sangkara yang tak lain adalah ayah temannya ia sering memikirkan laki-laki itu. Mungkin benar seperti kata Helen bahwa dirinya sudah sinting.

"Menunggu putri saya?"

Panjang umur, eh! Kenapa beliau di sini, baru juga dipikirin. "Om ngapain di sini?"

"Yang pastinya kerja, bagaimana denganmu?" Arka tampak tidak suka, ia baru tahu dari putrinya bahwa Qisti seorang pengangguran.

"Baru selesai makan." Qisti tidak tersinggung dengan tatapan sinis Arka, sinisnya laki-laki itu kalah dengan pesonanya jadi percuma.

"Dengan Helen?"

Qisti mengangguk sekali dengan tatapan terus tertuju pada sang rupawan. Seperti ini kira-kira bayangannya semalam, Arka yang mengajaknya bicara santai tanpa membahas kecurigaannya yang tak berdasar ada senyum kadang tawa juga. Beneran gila gue!

"Om tidak mau duduk?"

"Saya tidak datang untuk menemuimu."

Qisti tersenyum manis. "Kalau begitu terimakasih sudah menyapa."

Qisti tidak tahu selain penyuka sesama jenis apalagi anggapan laki-laki itu untuknya.

"Kamu tidak bisa berhenti menemuinya?"

Helen bisa membaca dengan jelas raut wajahku, kenapa tidak dengan papanya?

"Tenang saja, dibandingkan Helen aku lebih tertarik OB yang itu." Qisti menunjuk dengan tangannya ke arah seorang office boy yang melintas tidak jauh darinya.

"Maaf saya tidak bisa percaya."

"Katakan saja kalau Om mau buktinya."

Keras kepala, tidak bisa diatur dan  tidak sopan begitulah penilaian Arka untuk teman putrinya. Harusnya gadis itu mendengar peringatannya.

Terjerat Pesona Duda (Cerita Lengkap Di PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang