4

1.9K 425 26
                                    

  "Menurut orangtuamu bagaimana, mendekati hari H kamu masih lembur padahal jauh-jauh hari aku sudah menyuruhmu cuti."

"Mama tidak keberatan," jawab Qisti. "Enggak nanya apa-apa juga." 

"Sekarang kenapa, kita akan bertengkar lagi?"

Awalnya Qisti tidak ingin menentang mata itu, masih menunggu niat baik Aris memberitahu satu atau mungkin beberapa hal yang tidak diketahuinya.

"Tanyakan pada dirimu."

"Tidak lama lagi pertemuan keluarga, pliss Qisti. Kita tidak pernah seperti ini sebelumnya."

"Kamu merasa masalah datang dariku?" Qisti tidak percaya. 

"Lalu ada apa, katakan." Aris pusing. "Aku tidak bisa menghubungimu terlebih kamu tidak tidur di rumah tadi malam, ke mana kamu?" 

"Mari berpikir lagi tentang hubungan kita."

"Apa maksudmu?" dingin tanya itu terlontar. 

"Seperti katamu, akhir-akhir ini kita sudah bertengkar dua kali entah bagaimana ke depannya."

Qisti tidak merasa perlu menyinggung kejadian kemarin sore, Aris akan mengatakannya tanpa perlu ditanya karena seperti itulah pria itu, atau ini salah satu pengecualiannya karena wanita itu adalah masa lalu Aris?

Aris memarahinya karena ia menegur pria yang disangka pelayan olehnya tempo hari, Qisti akan melupakan seandainya dia pria pelayan di sana. Tapi sudah terjawab, sebab marahnya Arus adalah karena pria itu adik mantan kekasihnya.

"Kita tunda dulu." ini yang ditakutkan Qisti, setelah meyakinkan orangtuanya malah membuat keputusan lain. Gadis itu ragu, mungkin ke depannya dia akan dijodohkan.

"Qisti."

"Jangan memaksaku," pintanya. "Aku ingin memikirkan lagi sudah benarkah pilihanku."

"Ada orang lain?"

"Jangan tanyakan padaku." Qisti mulai kesal. 

"Ini bukan kali pertama kamu tidak bisa dihubungi dan---"

"Lalu berapa kali kamu menyembunyikan dariku, ah tidak sudah berapa lama?"

Qisti tersenyum masam melihat perubahan raut Aris. "Bagaimana kalau kita batalkan saja?"

"Apa yang kusembunyikan?"

"Kita sudah tidak saling terbuka dan jujur seperti dulu lagi, masih pantaskah dipertahankan?"

"Aku mencintaimu."

"Kamu tahu prinsipku, Ris."

"Aku tidak berbohong, tidak ada yang kusembunyikan darimu."

"Bagaimana dengan kejadian di cafe?" Qisti terpaksa menyinggungnya karena yakin Aris tidak akan jujur. "Aku tidak membentaknya, sebagai pelanggan rasanya pantas aku menegur karena dia ceroboh. Yang membuatmu sangat marah kenapa, kamu juga meninggalkanku."

"Kita sudah membahasnya."

"Kurasa belum." kini Qisti tidak lagi membalas tatapan Aris. "Kita putus saja."

Tidak ada kesempatan kedua dan itu sudah dikatakan sejak awal hubungan mereka. Banyak waktu yang telah dilewatkan tapi Aris tidak menggunakan kesempatan itu.

"Qisti!"

"Aku juga akan resign.

Aris keluar dengan hati marah sedang Qisti menelungkupkan wajah di meja kerjanya, gadis itu menangis. Demi Tuhan ia tidak marah karena setiap orang berhak memiliki masa lalu tapi Aris tidak pernah mengatakannya, terlebih kejadian di cafe, itu kelewatan.

Terjerat Pesona Duda (Cerita Lengkap Di PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang