8

1.8K 368 35
                                    

Risalah hidup seperti apa yang akan diukir Qisti, bagaimana kerja dan percintaannya, akan sesukses apa ke depannya? Bahkan ramalan zodiak tidak bisa dipercayainya.

Oke lihat seminggu belakangan ini. Di rumah dia makan, minum dan pakaiannya tercukupi bahkan gadis itu memiliki ruang gerak yang cukup luas belum lagi perhatian kedua orang tua juga kebersamaannya dengan adik-adik bisa dikatakan tidak ada yang kurang satu apapun dalam hidupnya. Tapi kenapa hatinya merasa sepi?

"Menurut lo kenapa gue kesepian?"

"Gue enggak lihat itu dari lo, dari tadi ketawa terus."

"Ck, Helen. Gue ketawa karena lo ngelawak." Qisti tidak melihat papa Helen, boleh dong dia bertanya. "Dari tadi gue enggak lihat bokap lo." padahal hari sudah sore banget.

"Lo ke sini mau ketemu gue atau cari bokap?"

Qisti tertawa. "Serius deh, udah pulang ya?"

Helen tidak perlu bertanya ada apa dengan temannya sudah bisa ditebak kalau Qisti naksir papanya. "Bokap gue udah tua."

"Enggak ada tanda-tanda penuaan, lagian yang mateng itu lebih berpengalaman. Ke mana beliau?"

"Gila!" Helen dibuat kesal oleh sahabatnya sendiri.

"Perlu gue cari sendiri?"

Kan, Qisti sedeng. "Tidur!"

"Syukurlah."

"Apanya yang syukur?!"

"Nggak usah galak-galak deh," tegur Qisti tanpa menyembunyikan senyumnya. "Setiap ke sini gue kaya damai gitu, bahagia dan----"

"Aneh, udah bapak-bapak loh!"

Ya terus gimana. "Emang lo mau cari ibu sambung yang bagaimana?"

"Qisti!"

"Iya sayang, jawab aja."

"Ekhm!

Dehaman pertanda teguran tapi Qisti menganggapnya sebuah pemberitahuan. Sedang Helen memperhatikan temannya karena sadar dari papanya tidak ada yang mencurigakan.

"Bikin Teh buat Papa." Arka menyuruh putrinya.

Helen menurut, setelah memberi tanggapan peringatan pada sahabatnya gadis itu bergegas ke dapur.

"Setelah menghilang kamu datang lagi?" tanya Arka yang berhasil menarik seluruh perhatian Qisti.

Tanpa ditanya atau disapa matanya tetap akan mengarah pada sosok pria matang itu, terlalu sayang untuk dilewatkan pahatan indah di depannya.

"Itu juga ditahan-tahan, Om."

"Saya sudah memberimu peringatan, tidak cukup?"

Peringatan agar tidak bertemu putrinya lagi, mudah saja dilakukan tapi tidak bisa lama-lama karena untuk saat ini Helen yang menjadi penghubung hilal jodohnya.

"Saya dengar apa tadi?" Arka semakin jijik. "Kamu memanggil putri saya dengan sebutan sayang?"

Qisti memejamkan mata, Tuhan kenapa itu yang dipermasalahkan? "Om masih curiga?"

Terjerat Pesona Duda (Cerita Lengkap Di PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang