10

2.2K 388 23
                                    

Sudah tidak terhitung berapa kali Qisti menganggap dirinya gila mungkin keseratus kalinya. Demi apa coba dia rela menuruti permintaan Helen yang ingin ditemani malam ini bertemu dengan calon ibu tiri.

Tidak bosan melihat pantulan diri di cermin kamar sahabatnya sejak setengah jam lalu mungkin Qisti sedang menunggu cermin berkata jujur jika dirinya yang paling cantik.

"Udah ngehalu-nya?"

Tepukan kecil di bahu tidak mengagetkannya, sebaliknya ia kesal kesempatan mendengarkan pengakuan cermin semakin menipis.

"Lo punya maksud apa ngajak gue?"

"Nggak usah berharap lebih deh." Helen mencibir temannya. "Gegara tidak jadi nikah malah jadi geser otak lo."

Qisti tersenyum tipis, begini saja gue udah cantik banget.

"Qisti!"

"Iya!" lama-lama beneran kesel pada Helen. "Yuk."

Keluar dari kamar Helen Qisti berpapasan dengan Arka, pertanda jodoh kah?

Qisti berdeham.

"Kenapa ada dia?" papa Helen hanya melirik sekilas. "Kamu tidak membatalkan pertemuan ini kan?" tanyanya lagi pada Helen.

"Enggak, nih aku sudah siap."

Gandengan tangan Helen tampak erat pada lengan Qisti. "Dia mau ke mana?" lagi tanpa melihat Qisti pria itu bertanya.

"Temenin aku Pa."

"Ini pertemuan keluarga sayang."

Sayang, adem andainya itu ditujukan untuknya. "Aku enggak akan ganggu kok, Om."

Helen mengangguk. "Qisti ramah, lumayan nanti enggak canggung-canggung amat."

Hubungannya apa coba, Arka menatap bingung putrinya. "Di sana kita akan bicara Helen, ini antara keluarga saja."

"Qisti bagian keluargaku."

Mendengar ucapan sahabatnya Qisti merasa tidak enak. "Aku bisa menunggu di lu---"

"Pergi lah."

Qisti terdiam mendengar pengusiran tersebut, setelah ini apakah gue masih gila?

"Aku tidak akan pergi tanpa Qisti, Pa!"

"Helen, tolong pahami Papa."

"Kenapa Pa, papa butuh aku di sana sedang aku butuh Qisti!" Helen mulai memberontak. "Jika keberatan harusnya Papa menikah saja tanpa harus aku tahu."

Qisti merasa tidak enak tapi ia tidak tahu cara melepaskan tangan Helen dari lengannya.

"Ini pertemuan keluarga, kamu----"

"Papa tidak pernah ada, apalagi Mama. Aku sudah lama sendiri dan aku juga tidak tahu kenapa Papa tiba-tiba datang. Aku tidak dekat dengan kalian, hanya ada Qisti dia yang menemaniku selama ini, bisakah Papa mengatakannya tidak penting bagiku?"

Arka bungkam, yang dikatakan Qisti tidak sedikitpun salah karena itu dia ingin memperbaiki hubungannya dengan sang putri.

"Mungkin kedatangan Papa untuk hal ini?" Helen tertawa masam. "Menikahlah, aku memberikan izin." air mata Helen menitik. "Asalkan jangan libatkan aku, kalau merasa perlu cukup mampir untuk melihat keadaanku."

Qisti melepaskan tangan Helen dan mengusap bahunya tapi tak ada satu katapun yang terucap dari bibirnya.

Satu fakta yang diketahui ada atau tidak dirinya, anak dan bapak itu akan berselisih paham.

Terjerat Pesona Duda (Cerita Lengkap Di PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang