14

542 74 5
                                    

Di cafe ini ada dua orang yang menarik perhatian Qisti, tidak jauh dari mejanya si mantan duduk sedangkan di hadapannya pria yang kini mencuri hatinya. Qisti harus menoleh untuk bisa melihat Aris dengan wanita itu sedangkan Arkan cukup dengan pandangan lurus ia sudah bisa menatap papa sahabatnya.

"Mantan Qisti, Pa."

"Oh." Arkan melihat sekilas, ia baru kembali dari kamar kecil. "Pantas."

"Apanya yang pantas?" beda dengan Cyra yang bisa menahan tanya, Qisti tipe wanita dengan respons cepat.

"Tatapanmu," jawab Arkan.

Helen mencolek rusuk temannnya. "Dia nyapa Lo?"

Qisti menggeleng. "Untuk apa, kami tidak ada hubungan lagi."

"Mungkin dia marah," gumam Qisti.

"Galau lagi, ayo fokus."

"Enggaklah," elak Qisti. Aku sudah yakin galau hati bukan lagi tentang pria itu melainkan....

"Kita pesan dulu."

"Aku saja Pa." Helen bergegas bangun meninggalkan Qisti dan papanya. Ia punya menu spesial untuk dua orang itu dalam rangka merayakan kebahagiaannya.

Di tempatnya masing-masing Qisti dan Arkan duduk tanpa bicara lagi jika gadis itu sibuk dengan mengutak-atik ponselnya Arkan malah santai dengan tatapan tertuju pada teman putrinya.

Dia tidak salah menilai tatapan Qisti, hampir sama seperti sorot pada pria berstatus mantan beberapa saat lalu.

Sejauh apa hubungan Qisti dengan pria itu Arkan tidak penasaran, suami orang begitu kata Qisti dalam perjalanan tadi.

Pria matang sepertinya, paham dengan indikasi hubungan mantan kekasih Qisti tapi sekali lagi dia tidak peduli. Arkan tidak datang untuk hal itu, keberadaan dirinya karena ajakan sang putri.

"Bagaimana kalau ini salah paham?" Helen memperhatikan Aris dan wanita yang diduga selingkuhannya.

"Kita datang untuk merayakan sesuatu kan?" Qisti tidak ingin membahas hal yang sudah lalu.

"Benar." Helen yakin, Aris tidak memiliki hubungan serius dengan wanita itu bisa dilihat dari sikap keduanya. "Gue cuma mencium sesuatu."

"Lo berharap mereka berciuman di tempat terbuka seperti ini? Sekarang orang pada pintar, ngapain di sini kalau ada hotel."

Qisti lupa ada Arkan di antara mereka, saat sadar dia segera menunduk. Gue ngomong apa barusan?

Helen berdeham, sama canggung dengan sahabatnya. Di depan mereka ada orang tua yang harus dihormati tapi karena tidak bisa mengendalikan diri jadilah keceplosan.

Jujur, akhir-akhir ini nama Aris tidak pernah lagi melewati benaknya Qisti sudah melupakan pria itu. Oke, baiknya sekarang dia fokus pada pria di depannya, ah tidak juga. Arkan suami orang kan?

"Tante kenapa tidak ikut?"

Arkan melirik putrinya, tante siapa yang dimaksud Qisti. "Mama Helen?"

"Ibu sambungnya."

Helen mencubit lengan Qisti. "Tahu dari mana Papa nikah?"

Bisikan Helen menghasilkan denyut baru berirama di dada Qisti. "Jadi Om belum menikah?"

"Helen tidak setuju."

Wajah Qisti merona, jadi beliau belum menikah? "Maaf."

Helen tersenyum sinis. "Aromanya kok lain."

Terjerat Pesona Duda (Cerita Lengkap Di PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang