2

3.7K 430 10
                                    

Qisti mencintai Aris begitupun sebaliknya sampai sejauh ini hingga memutuskan menikah, hubungan keduanya tidak pernah mengalami pasang surut meski Qisti baru mengenalkan kekasihnya pada orangtua belakangan ini sedangkan dengan mama-papa Aris dia sudah dekat dua tahun lalu.

Saat itu Qisti punya alasan sendiri tidak memberitahu mama tentang hubungannya dengan Aris tapi masalah Abhie dan Sofia muncul berlanjut dengan kakaknya padahal keyakinannya untuk melanjutkan hubungan ke tahap serius dengan kekasih sudah mantap.

"Mau ketemu Mama?"

"Sekalian dipertemuan nanti." sungkan, karena di rumah Aris bukan hanya ada orang tua pria tersebut tapi juga kakak perempuannya.

"Oke."

Status sebagai karyawan dan bos namun begitu tidak ada yang memandang sebelah mata terhadap Qisti karena rekan-rekannya tahu siapa gadis itu.

Suasana sore di cafe yang tidak jauh dari kantor tidak begitu ramai, mereka bertemu setelah Aris pulang dari perjalanan bisnis. Resiko pacaran dengan direktur, sering berpisah sampai satu minggu tapi emaknya kalau di kantor bisa ketemu terus kadang juga bisa makan siang bareng beberapa kali selama dalam satu Minggu.

"Bakal rame yang datang ya?"

"Selain mama-papa, keluargaku tidak ada yang mengenalmu, Mba Popy mewakili mas Gilang."

Qisti mengerti, dia tidak keberatan mengenal keluarga besar Aris sejak memutuskan menjalin hubungan serius dengan pria tersebut dan sudah seharusnya saling berkenalan saat pertemuan keluarga nanti.

Sedangkan yang belum dikenal oleh Aris hanya Mba Cyra karena saat ia mengenalkannya pada orang tua Cyra sudah menempati rumah sendiri dan tidak pernah pulang sejak pindah.

"Mba dan Mas-mu datang dipertemuan nanti kan?"

"Aku sudah memberitahunya." ah dia lupa mengatakan pada Abhie, semoga saja Cyra menyampaikannya.

Aris mengenal Abhie dan adik-adik Qisti tapi tidak dengan Cyra dan Qisti sudah memberitahu kekasihnya dulu Cyra menetap di London.

"Pertemuan keluarga, lanjut lamaran terus nikah. Semoga tidak ada halangan."

Qisti tersenyum. "Amiin." harapnya juga sama seperti Aris, niat baik terselenggarakan dengan lancar.

Saling genggaman adalah hal yang sering dilakukan, sama-sama menjaga diri selama berhubungan sebelum janur kuning melengkung.

Kedua orang tua merestui dan mereka saling mencintai sepertinya jalan keduanya akan dimudahkan.

"Maaf."

Qisti segera melepaskan tangan melihat air tumpah dari gelas. "Sengaja apa gimana Mas, kok bisa gini?" kemeja putih dengan noda kuning dari sirup jelas sekali terlihat kotornya.

"Qisti," tegur Aris. "Enggak apa-apa Mas." Aris tampak tidak enak dengan teguran kekasihnya pada pelayan tersebut.

"Maaf."

"Hati-hati dong Mas." meski tidak membentak Qisti masih kesal.

"Kamu enggak lihat ekspresinya?" tanya Aris dengan dinginnya. "Dia pasti terkejut."

"Aku lebih kaget Ris lihat kamu basah. Lihat." Qisti menarik kemeja kekasihnya. "Sampai ke celana loh."

"Kasihan dia! Kamu enggak lihat mukanya?"

Qisti terkejut, dia sedang khawatir keadaan Aris kenapa pria itu malah memarahinya? Percayalah ini pertama kali Aris membentaknya.

Kejadian itu sudah menarik perhatian beberapa pengunjung yang ada di sana ditambah kemarahan Aris.

Mereka yang sedang mengobrol rencana bahagianya dengan suasana hati baik seketika tegang setelah kejadian itu. Mirisnya Aris meninggalkan Qisti.

Shock sudah pasti, Qisti mengambil tas-nya sama sekali tidak ingin menyusul Aris.

Selang beberapa menit Aris kembali masuk tapi ia tidak menemukan Qisti, pria itu mulai panik. Sebelum pergi sempat menemui laki-laki yang ditegur Qisti untuk meminta maaf.

******

"Ponselmu tidak aktif?"

Qisti yang sedang duduk di depan cermin usai mandi, melihat ibunya berdiri di pintu kamar.

"Aku tidak memeriksanya, Mama meneleponku?"

"Aris yang ke sini." Mikhayla memberitahu putrinya alasan kedatangan Aris karena ponsel Qisti yang tidak bisa dihubungi.

"Aku tidak memeriksanya." yang benar Qisti mematikan ponselnya, dia masih marah pada sikap Aris yang memarahinya di tempat umum juga meninggalkannya seolah fatal sekali kesalahannya.

"Memangnya kamu dari mana?"

Dari rumah Cyra tapi dia meminta kakaknya agar tidak memberitahu mama tempat keberadaannya.

"Ketemu teman."

Qisti mengatakan tidak memeriksa ponselnya lalu kenapa dia tidak melihatnya sekarang?

"Mama sudah memberikanmu kepercayaan, Qisti."

Qisti sedang tidak ingin mendengar mamanya membicarakan Aris, lagipula mereka tidak akan menikah besok. Jujur ia masih marah, terserah berapa kata maaf yang akan masuk saat dia menyalakan ponselnya.

"Kami baik-baik saja."

Konyol, sebelum mengenalkan Aris ada keluarganya mereka tidak pernah ditimpa masalah serius sekarang ketika sudah menghitung hari menjelang hari bahagia masalah mulai terlihat.

Qisti tidak tahu apa yang dipikirkan oleh mama sekarang dilihat dari wajah sepertinya mama mencurigai sesuatu.

"Kamu yang mau pertemuan keluarga segera dilaksanakan."

"Aku tidak meminta Mama berhenti. Sudah kukatakan kami baik-baik saja." mengesalkan, Qisti menarik napas berat ketika mama keluar dari kamarnya. Membuka tas, ia melihat ponselnya dan masih tidak berniat untuk mengaktifkannya.

Selama ini aman-aman saja, sekalipun mereka tidak pernah bertengkar atau berselisih paham lalu kenapa dengan insiden yang tidak seberapa yang katanya tidak apa-apa tapi bermasalah baginya?

Di luar nalar.

Melewatkan gosip semalam tidak akan membuatnya mati, naik ke ranjang setelah mematikan lampu utama gadis itu menarik selimut. Ia akan tidur, semoga bisa melupakan kejadian hari ini.

******

"Aku menghubungimu semalaman."

Qisti tidak menjawab tidak juga mendongakkan wajah untuk melihat kekasihnya, layar iMac di depan lebih enak untuk dilihat saat ini.

"Maaf, kemarin aku kurang kontrol."

Gadis itu baru mengaktifkan ponselnya tadi pagi tepatnya setelah sarapan. Deretan pesan dari Aris tak terhitung, hanya dibaca beberapa karena isinya semua permintaan maaf.

"Qisti." Aris memanggilnya, sengaja datang di jam makan siang untuk mengajak wanita itu makan karena tidak menjawab teleponnya dan saat jam makan siang karyawan tidak ada di ruangan. "Kita makan sekarang ya."

Qisti bangun sehingga menerbitkan senyum di bibir Aris.

"Kendalikan dulu kontrolmu, ke depannya kita akan hidup bersama bukan sekadar say hello bilang kangen. Ini memang pertama kali, tapi aku tidak bisa mentolerir sikapmu. Dan aku tidak ingin mendengar janji bahwa kamu tidak akan mengulanginya, aku cuma mau lihat tanggungjawabmu, jika terlalu berat mundur saja."

Senyum Aris memudar bersamaan keluarnya Qisti dari ruangan meninggalkannya sendiri.

Dia tahu salah karena itu meminta maaf, Aris juga menyesal tapi kenapa Qisti berani mengatakan mundur? Mereka tidak pacaran satu atau dua tahun, terlalu banyak waktu yang telah dihabiskan dan kata itu tidak pantas diucapkan Qisti.

Inikah salah satu ujian menjelang akad?

Terjerat Pesona Duda (Cerita Lengkap Di PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang