“Bunda, aku sungguh menyukainya? Apa mungkin dia tuan putri yang Tuhan takdirkan untukku? Ayolah, Bund, restui hubungan kami. Aku yakin, dia juga mencintaiku. Kalaupun tidak, aku akan membuat dia jatuh sedalam-dalamnya sampai dia lupa caranya berpaling dari aku,” rengeknya pada sang bunda di tengah malam.
Seorang pemuda lelaki dengan mahkota prince di atas kepala dan badan ditumbuhi sisik dengan ujung kaki membentuk sirip ekor. Lelaki dengan paras tampan itu tampak memohon sesuatu di depan sang bunda.
Sang ibunda yang sudah muak mendengar rengekan yang sama dari putra bungusnya langsung merespon dengan acungan telapak tangan. “Stop, merengek seperti itu! Itu tidak akan mungkin terjadi, kalian beda dunia, An! Ingat, dia itu manusia dan kamu pangeran merman yang sebentar lagi menjadi raja di kerajaan ini! Mustahil Ayah-mu akan merestui hubungan kalian.”
Kata-kata itu membuat bahu sang pemuda melemas. Kepalanya menunduk menatap lantai kerajaan yang terbuat dari ubin. Entah bagaimana ceritanya ubin bisa berada dalam sebuah bangunan bawah laut. Wajah tampan itu ia tekuk dalam. Bibir merah ranumnya mengerucut beberapa senti ke depan. Sungguh, kata-kata sang bunda berhasil menyentil hati kecilnya.
Ibunda yang melihat itu segera melengoskan pandangan. Helaan napas berat terdengar begitu panjang dari bibirnya. Ia paling tidak bisa menahan sesuatu jika putra bungusnya sudah berekspresi seperti itu.
“Jika kamu benar-benar jatuh hati pada manusia itu, bunda sarankan supaya cepat menghapus perasaan itu. Carilah perempuan yang satu dunia denganmu, lalu nikahi dia. Atau .... tahta kerajaan akan jatuh ke tangan kakakmu.” Wanita dengan riasan yang membuat wajahnya tetap terlihat cantik itu meski di usia setengah abad, berbicara dengan suara lantang dan tegas.
Baru saja lelaki itu hendak memprotes ucapan sang ibunda, wanita itu sudah berbicara kembali. Kata-kata selanjutnya berhasil membuat putra bungusnya itu bungkam seribu bahasa.
“Satu lagi, kamu tidak lupa kan dengan larangan di negeri kita ... bahwa tak seorang pun boleh bersatu dengan manusia? Atau kerajaan bawah laut akan hancur!”
***
Hujan deras sedang mengguyur bumi kala itu. Langit jingga di sore hari tiba-tiba berubah jadi kelam, tertutupi sekumpulan awan gelap. Seorang gadis dengan seragam putih abu sedang membelah jalanan kota yang berair karena hujan. Agaknya juga sedikit licin. Menghiraukan seragam yang sudah basah kuyup, gadis itu terus melangkahkan kakinya tanpa berniat untuk berteduh ke halte terdekat.
Mata pelajaran terakhir baru saja usai. Tepat saat Gleid keluar dari gerbang sekolah, hujan dengan tidak tahu dirinya turun.
“Gleid, pulang bareng, yuk!” ajak Rintan datang menghampiri Gleid yang sedang berjalan sendirian di pinggir jalan.
Rintik kecil perlahan turun kala itu. Namun, dengan bodohnya Gleid menolak ajakan dari sahabatnya.
“Enggak, deh! Kamu duluan aja, Rin. Lagian, rumah aku dari sekolah kan dekat,” katanya penuh alasan.
Rintan menatapnya serius. “Beneran? Gue tinggal, nih?!”
Dibalas dengan anggukan mantap oleh Gleid. Dengan kalemnya, gadis itu mengulum senyum tipis untuk menyakinkan sang sahabat. “Iya, duluan aja. Serius, aku gak papa kok.”
Jeda beberapa menit. Hingga embusan napas kasar terdengar halus dari Rintan. “Ya udah, gue duluan kalo gitu. Lo yang hati-hati, ya!” pungkas Rintan, kemudian melaju bersama motor matick-nya menjauh dari tempat Gleid masih berpijak.
“Kamu juga hati-hati! Awas, jangan ngebut-ngebutan di jalan!” balas Gleid.
Gadis itu masih berdiri sambil dadah-dadah memandangi sisa-sisa kepergian Rintan, sebelum akhirnya Gleid memilih kabur dari sana.
Berakhirlah Gleid di sini sendirian. Bukannya tampak panik karena hujan, gadis itu malah terlihat menikmati setiap tetesan cairan kristal yang mengenai setiap sudut badannya. Bahkan gadis itu sampai bersenandung kecil sambil meloncat kegirangan menyusuri jalan.
Melodi indah yang dibumbui dengan vokal bagus mengalun merdu dari bibir gadis berambut hitam legam itu. Nada suaranya begitu halus dan lembut. Enak didengar.
Pip... Pip...
Suara klakson motor yang hampir saja menabrak, membuat Gleid mundur dengan pekikan kagetnya.
“Aru duel mermaid tarua!” Hingga tanpa sadar, Gleid malah menyerukan mantra menjadi putri duyung yang pernah dibacanya.
Lelaki dengan motor sport itu menatap Gleid dengan tatapan sulit diartikan. Gadis di depannya itu masih mengap-mengap. Mungkin masih syok dengan kejadian yang hampir saja menimpanya. Untungnya kecelakaan ini masih bisa terelakkan.
Raut marah yang tadinya terpancar di wajah lelaki itu berubah datar tanpa ekspresi saat mendengar kata ‘mermaid’ yang terlontar dari bibir Gleid tanpa sengaja. Sejujurnya, dia tidak mengerti sepenuhnya dengan bahasa yang digunakan Gleid barusan. Namun, satu kata itu berhasil mengusik pikiran dan membawanya flashback ke masa lalu.
Dibalik helm full-nya, dia meneriaki gadis berseragam SMA itu katanya, “Lain kali, jalan tuh hati-hati. Kalo mau konser jangan di tengah jalan! Mau dangdutan cari panggung sana!”
Lepas berkata demikian, lelaki itu langsung menarik gas dan melaju kencang meninggalkan Gleid yang melongoh tak percaya menatapi kepergiannya. Detik berikutnya, gadis itu geleng-geleng kepala tak habis pikir.
“Gila kali tuh cowok! Ninggalin aku sendirian setelah hampir ditabraknya? Huh, dasar cowok gak bertanggung jawab!” gumam Gleid pada diri sendiri.
Lalu, celotehan panjang lebar lah yang entah didengar oleh siapa dan pada intinya tertuju pada lelaki resek itu menemani sepanjang jalan Gleidrenty Mahatma. Menjadi penutup sepenggal kisah di derasnya hujan kala itu.
Namun, di saat kekesalan itu meluap-luap bak ombak lautan di saat pasang air laut naik, sebetulnya Gleid sedang memikirkan sesuatu hal. Dia mengucapkan mantra tadi tanpa sadar, kan? Apa Gleid nantinya akan berubah wujud menjadi mermaid mengingat dirinya dalam keadaan basah kuyup saat mengucapkan mantra itu?
Binar di kedua bola matanya terlihat jelas. Ah, semoga saja!
Inilah waktu indah yang sedari dulu Gleid impikan.
Aru duel mermaid tarua.
Lagi, mantra itu digumamkan oleh Gleid membuatnya tersenyum tiada henti sepanjang jalan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Dunia (On Going)
FantasyGleid hanya gadis biasa. Impiannya satu, ingin merasakan bagaimana menjadi mermaid. Suatu malam, keinginannya menjadi nyata. Saat Gleid ingin kembali menjadi normal, ada satu misi yang diberikan oleh Ratu Duyung harus diselesaikan dalam dua Minggu. ...