Part 13 : Mendapat Kekuatan?

73 6 2
                                    

Bel istirahat berbunyi. Beberapa detik lalu seorang guru yang mengajar di kelas baru saja keluar.

Rintan terlonjak kaget saat tiba-tiba ditarik paksa untuk bangun dari tempat duduknya.

“Eh, apaan?!” teriak Rintang histeris. Dia menatap sang penarik dengan bola mata membulat sempurna. Peralatan menulis yang hendak dia kemas ke dalam tas, dia tinggalkan begitu saja ketika Gleid terus menariknya sepanjang koridor.

Dengan langkah terburu-buru, gadis itu menariknya. Tepatnya, menyeret dengan erat seolah tak ingin melepaskannya. Sehingga posisinya, Rintan yang tersiksa di sini.

Namun, tidak banyak tanya meski sejuta pertanyaan memenuhi pikiran. Rintan pun tak melawan. Dia hanya pasrah terus ditarik oleh Gleid hingga mereka tiba di belakang sekolah.

Rintan melayangkan pandangan ke sekitar dengan bingung. Sebuah danau kecil yang airnya berwarna biru jernih menjadi pemandangan pertama bagi siapa saja yang berkunjung ke belakang sekolah. Udara di sini terasa lebih sejuk dibanding di area dalam sekolah. Itu karena pepohonan yang rindang mengelilingi danau.

Puas menelisik sekitar, Rintan mengalihkan perhatian pada gadis yang berdiri di sampingnya. Dia butuh penjelasan mengapa mereka berakhir di sini dari Gleid yang hanya membisu sedari tadi.

“Ngapain ke sini?” tanyanya to the point.

Gleid tidak menjawab. Gadis itu hanya menampilkan raut tanpa ekspresi. Untuk beberapa detik hanya keheningan melanda keduanya. Hingga kemudian, Gleid duluan yang memutuskan kontak mata.

Dia memalingkan pandangan ke danau kecil di depan mereka. Ada perasaan menggebu-gebu dalam dirinya untuk segera menceburkan diri ke dalam air jernih itu. Namun ditahan-tahan, karena posisinya sedang berada di sekolah sekarang. Gleid tidak ingin mengambil resiko dengan memperhatikan wujud aslinya yang sekarang pada publik. Bisa-bisa dia habis di tangan orang-orang serakah yang begitu menggilai bangsa duyung---karena harganya yang tak ternilai---yang manusia anggap sudah punah sejak dulu.

Tampak bola matanya berkilau biru memancarkan sinar terang yang bahkan terlihat jelas di siang hari. Rintan dibuat takjub akan hal itu.

“Lihat ini,” ujar Gleid datar.

Tidak sampai di situ, kembali Gleid memperlihatkan hal lain yang tak masuk akal bagi seorang Rintan. Perlahan tangan gadis terjulur ke arah danau. Ketika dia mengangkat tangan ke atas dengan perlahan, maka air di danau itu pun membuat gumpalan lalu naik ke udara mengikuti gerakan tangan Gleid. Setelahnya dihempaskan kembali ke danau dan menyatu bersama air yang lain seperti semula seolah baru saja tak terjadi apa-apa.

Kali ini, Rintan tak hanya dibuat takjub. Gadis itu melongok berkali-kali dengan tangan menutup mulut tak percaya. Seketika pikirannya terasa kosong. Pening melanda sejenak. Sebelum kemudian gadis itu kembali tertarik ke dunia nyata.

Rintan menatap Gleid dengan mulut berkomat-kamot hendak mengatakan sesuatu. Namun yang terdengar hanyalah suara gagap. Terbata-bata.

“I-itu ...,” Rintan menunjuk danau, lanjut menelan ludah susah payah. “K-kok bisa?” tanyanya kemudian, tidak tahu lagi harus mengulik semuanya dari mana.

Senyum tipis tersungging di bibir Gleid. “Aku juga enggak tahu. Kekuatan itu tiba-tiba ada saat aku sedang mandi berendam di bathub,” ungkap Gleid menggeleng lemah.

Sulit dicerna oleh manusia normal seperti Rintan. Akal sehatnya seolah sedang dipermainkan sekarang. Cukup lama mematung di tempat baru gadis itu seolah bisa menerima kenyataan bahwa sahabatnya sekarang sudah bukan manusia normal seutuhnya lagi. Dia sudah menjadi makhluk bukan hanya di dunia manusia saja.

“Mungkin itu kekuatan lo sebagai bangsa mermaid, Gleid. Itu artinya lo benar-benar udah menjadi bagian dari mereka,” balas Rintan memberitahu.

Gleid menunduk dengan wajah lesuh. Tersirat akan ketidaksukaan yang terpancar dari raut wajah itu mendengar perkataan Rintan.

Melihat itu, Rintan mengukir senyum tipis. Dia menepuk pundak sang sahabat dan berkata, “Harusnya lo senang Gleid. Ini cita-cita lo dari awal, kan? Lo pengen jadi mermaid dan tinggal di dua dunia?”

Lagi dan lagi, kata-kata Rintan berhasil membuat Gleid semakin lemas tak bertenaga. Benar apa kata sahabatnya. Harusnya Gleid senang saat ini karena salah satu mimpinya kini tercapai.

Sekarang dia punya ekor yang indah, juga punya kekuatan super yang tentu tak dimiliki makhluk biasa seperti Rintan, sahabatnya. Namun, kenapa sekarang rasanya berbanding terbalik?

Gleid ... tidak menikmati perannya sebagai makhluk di dua dunia.

***

TBC.

Dua Dunia (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang