Part 17 : Gleid & Ratu Sena

81 3 0
                                    

Setelah seharian bermain-main di istana kerajaan bawah laut, tiba saatnya Gleid untuk pulang ke dunia asalnya. Sekali lagi gadis itu menjejalkan ke se-isi penjuru ruangan yang sudah ditelusurinya sedari tadi ditemani dayang cantik bernama Clarissa itu. Tiada henti dayang itu akan memberi penjelasan padanya jika saja ada hal-hal konyol yang dia tanyakan. Clarissa hanya tersenyum maklum dan menyahuti ucapannya.

“Pejamkan matamu dan konsentrasi.” Aba-aba dari Ratu Sena mengalihkan perhatian Gleid.

Perempuan itu menghembuskan napas gusar selagi mengikuti instruksi tersebut. Seolah ada sebagian jiwa Gleid yang tak ingin untuk meninggalkan tempat yang baru pertama kali didatanginya. Mungkin karena dalam diri Gleid, secara tidak langsung sudah mengalir darah keturunan bangsa mermaid.

“Sesekali berkunjung ke sini, ya, Putri,” cicit seorang dayang di samping Clarissa. Suaranya bahkan nyaris terdengar.

Gleid mengerjapkan mata mendengar itu. Nada sendu yang tersirat membuat hatinya tersentuh. Dia menoleh ke arah gadis yang baru saja bersuara. Sorot mata yang dipancarkannya lagi membuat Gleid terharu.

Dan ternyata bukan hanya gadis itu saja yang menatapnya seolah tak ingin kehilangan, tetapi semua orang yang ada di ruangan tersebut. Termasuk ... Ratu Sena yang sangat pandai menyembunyikan raut wajahnya.

Sepertinya Gleid berhasil membuat rakyat kerajaan bawah laut jatuh hati padanya pada pertemuan pertama.

“Konsentrasi!” titah Ratu Sena meleburkan suasana melow.

Gleid menurut. Perlahan matanya terpejam. Samar-samar terdengar suara bisik-bisik di sekitarnya. Tampaknya mereka sedang membaca sebuah mantra agar Gleid bisa kembali ke dunia manusia. Hingga bisik-bisik itu pudar bersamaan dengan hilangnya kesadaran Gleid.

***

Cahaya putih yang menyilaukan mata menyadarkan Gleid. Bersamaan dengan bola mata yang mengerjap, gadis itu melayangkan pandangan ke sekitar. Langit-langit ruangan bernuasana putih menjadi penglihatan pertama membuat Gleid bertanya-tanya. Apa dia sudah kembali ke dunia manusia?

Sedikit tak percaya. Namun, begitu bangkit dari ranjang tempat dia berbaring dan melayangkan pandangan ke sekitar. Gleid membulatkan matanya tak percaya. Secepat itu dia berpindah tempat?

Gleid berjalan menghampiri jendela kamar. Gorden berwarna pink itu disibaknya menampilkan pemandangan luar rumah. Lanjut membuka jendela kaca.

Gleid menyembulkan kepalanya keluar. Sementara kedua tangan menopang dagu. Lalu, seutas senyum terukir di wajah cantik itu.

Udara segar yang masih bebas dari polusi dihirupnya dengan rakus. Angin sepoi-poi menerpa kulit wajah meninggalkan kesan dingin. Rasanya menenangkan.

Gleid kembali tepat saat fajar menyingsing. Semburat jingga perlahan menampakkan diri di ufuk timur. Ia tampak malu-malu memancarkan sinar. Sejak tadi, Gleid tak sekalipun mengalihkan pandangannya dari fenomena itu.

“Sesekali berkunjung ke sini, ya, Putri.”

Seketika teringat ucapan seorang dayang di kerajaan bawah laut.

Saat itu Gleid hanya tersenyum tipis. Senyum yang tersirat akan penuh makna. “Ya, aku akan kembali setelah usiaku 17 tahun,” katanya kemudian, sebelum akhirnya ber-teleportasi.

“Ini adalah kunjungan pertamamu ke kerajaan bawah laut ... dan juga akan menjadi kunjungan terakhirmu.”

Kata-kata Ratu Sena ikut terngiang-ngiang dalam kepala Gleid. Seutas kalimat yang berhasil melunturkan senyumnya kala itu. Kala Bunda Ratu bercerita banyak hal padanya tentang kerajaan bawah laut hingga tiba-tiba menyinggung hal yang tak Gleid duga.

Spontan Gleid menoleh dengan raut penuh tanya. “Kenapa?”

Ratu Sena menanggapi dengan senyum, lalu menjelaskan sesuatu. “Kamu belum resmi menjadi bagian dari bangsa mermaid.”

Gleid tersentuh mendengar itu. Kalimat penolakan yang berkedok penjelasan disertai kata-kata halus.

“Untuk menjadi princess mermaid. Kamu harus dinobatkan terlebih dahulu. Tepat saat ulang tahunmu yang ke-17 tahun,” sambung Ratu Sena.

“Lalu, ke mana ekor kalian? Bukannya bangsa mermaid punya ekor.” Mencoba untuk tidak bersedih, Gleid mengalihkan topik pembicaraan mereka.

Ratu Sena tampak bungkam dengan raut wajah tanpa ekspresi. Hingga akhirnya terkekeh dengan pertanyaan konyol anak manusia itu, menurutnya.

“Setiap bangsa mermaid yang memakai cincin ini, maka ekor mereka akan berubah menjadi sepasang kaki,” jawab Ratu Sena sembari menunjukkan sebuah cincin yang tersemat di jari telunjuk kanannya pada Gleid.

Gleid terkesimak. Rasanya terlalu banyak fakta-fakta baru tentang bangsa mermaid yang Gleid dapat. Sebagai salah satu pecinta mermaid, tentu Gleid sangat senang. Mengetahui dirinya adalah bagian dari bangsa mermaid saja Gleid sudah senang, apalagi jika sudah berkunjung langsung ke istana mermaid seperti ini.

“Keren,” ujarnya takjub.

Refleks, Gleid menoleh ke bawah. Lalu, secepat kilat menatap Ratu Sena kembali dengan kening mengerut. “Lalu, kenapa aku tidak berubah padahal aku tidak memakai cincin itu?”

Ratu Sena tersenyum maklum. Sedikit menertawakan sikap Gleid di luar nalar. Ada-ada saja yang gadis itu tanyakan. Namun dengan sabar, Ratu Sena kembali menjelaskan.

“Itu karena kamu belum sepenuhnya menjadi bagian dari kami, Putri. Jadi semua hukum alam di negeri ini belum berlaku untukmu. Seperti kata saya tadi.”

***

Dua Dunia (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang