Pagi itu, Ara terbangun lebih dulu tidurnya sangat lena berada dalam dakapan bibi Indah sepanjang malam.
Menatap bibi Indah lama, Ara tersenyum melihat wajah bibi Indah yang kelihatsn sangar tenang ketika tidur.
"Bibi bangun bi, sudah pagi." Tubuh bibi Indah diguncang pelan.
Tidak ada respon dari bibi Indah, Ara mulai panik mengambil tongkatnya. Ara melangkah keluar kamar.
Ketika ingin menaiki beberapa tangga, ingin menuju ke kamar Ash, Kaki Ara tersadung tepian tangga lalu ia jatuh terpelesot ke lantai.
"Arghhh" teriakan Ara terdengar keras di sleuruh ruang.
"Ara!" Ash yang terdengar teriakan Ara bergegas keluar dari kamar. Terkejut melihat Ara sudah berada di lantai bawah sembari memegang kakinya.
"Bagaimana bisa jatuh Ara!" Ash panik membantu Ara bangun dan mendudukanya di atas sofa.
"Bibi Indah Ash, bibi Indah" ucap Ara, airmatanya laju mengalir di pipi indahnya.
"Kenapa dengan bibi Indah?" tanya Ash binggung.
"Di kamar ku Ash, aku membangunkan bibi tapi langsung tidak ada respon darinya" ucap Aar dengan nafasnya tersekat-sekat oleh tangisanya yang semakin laju terhambur.
Mendengarkan itu, Ash bergegas berlari masuk ke dalam kamar Ara. Pintu dibuka dengan kasar, Ash mendekat ke arah bibi Indah yang kelihatan kaku di atas kasur.
"Bi... Bangun bi, bi..." Ash mengguncang tubuh bibi Indah pelan.
Terdiam, tidak ada sebarang respon dari bibi Indah. Ash langsung membawa bibi Indah ke rumah sakit.
Di depan ICU, Ash bersama Chaesa berada di ruangan menunggu. Ara yang baru selesai menerima rawatan kakinya melihat Ash yang sedang dipeluk Chaesa untuk menenangkanya.
Perlahan ia melangkah mendekat, melihat Ara dari kejauhan Ash bangun dari duduknya. Kakinya laju diayun melangkah ke arah Ara.
"Kamu baik-baik aja kan?" Ash memegang kedua belah pundak Ara, tatapan yang penuh kekhawatiran itu menusuk masuk kedalam anak mata indah milik Ara Nathalia.
Tatapan itu sungguh membuat Ara merasa disayangi, Ash selalu khawatir akan dirinya. Apakah rasa itu akan kekal atau terjadi sebaliknya?
Ara mengganguk pelan, mengalihkan pandanganya ke arah Chaesa yang sadari tadi menatapnya dengan tatapan penuh kebencian.
Berpura-pura tidak melihat, Ara kembali menatap Ash. Kepalanya diangguk pelan seulas senyuman tipis diukir pada bibir indahnya.
"Aku baik-baik aja, bibi Indah bagaimana?" tanya Ara, hatinya tidak tenang selagi tidak mendengar kabar tentang bibi Indah.
"Belum ada kabar lagi, ayo kita duduk." Ash memapah Ara dan membantunya untuk duduk di atas kursi.
"Apakah sakit Kakimu Kak?" tanya Chaesa, Pura-Pura peduli. Meskipun pada riak wajahnya Seolah memaksa dan bukan dia bener-bener ingin bertanya.
Pertanyaan dari Chaesa sungguh membuat hati Ara menghangat, meskipun ia tahu itu hanya sandiwara dari Chaesa karna tidak ingin Ash melihat sisinya yang lain.
"Setelah dirawat, kakiku sedikit membaik" jawab Ara mencoba member seulas senyuman tipis meskipun payah untuknya.
Tidak berapa lama, dokter yang menanggani Bibi Indah keluar dari ruangan ICU, riak wajahnya tidak menunjukkan kegembiraan.
Kabar yang Ara dan Ash dapat meninggalkan luka yang paling dalam. Kehilangan bibi Indah sosok ibu buat mereka adalah hari yang paling buruk terjadi dalam hidup Ash dan Ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dear Ara✔️
Short StoryAsh Nathan dan Ara Nathalia sepasang kembar tidak seiras, mereka memiliki fisik yang berbeda. Ash mempunyai wajah yang tampan dan normal manakala Ara mempunyai wajah yang cantik namun ia kehilangan anggota tubuh, sering diejek karna mempunyai sebel...