PART. 1

174 12 2
                                    

Matahari terbit menandakan pagi sudah pun menjelma pada tepat waktunya, terlihat seorang gadis sedang tertidur pulas di atas kasur.

Gadis itu terusik dalam tidurnya kala ada cahaya pagi menembusi ruang kamar, mengeliat ke kiri dan kanan sebelum membuka mata indahnya dengan pelan.

"Kamu sudah bangun Ara."

Suara berat lagi dingin dari seorang yang sangat bermakna buatnya membuat gadis itu tersenyum.

Setiap kali membuka mata pria itulah yang berada di depanya, kadangkala ia terpikir apakah harini akan sama seperti hari-hari yang ia lalui sebelum ini setelah pria itu menikah.

"Ara jangan melamun, tidak baik untuk kesihatan."

Pria itu bersuara lagi, kali ini memeluk gadis itu dari samping dengan manja, selayaknya anak kecil. Kepalanya diletakkan di atas pundak gadis itu dengan nyaman.

Ash Nathan kembaran Ana Nathalia, tidak bisa terpisah dari kecil mereka hanya hidup berdua tanpa kasih sayang dari kedua orang tua.

Ash menjaga Ara dengan sangat baik sekali, ia sangat menyayangi Ara. Janji terhadap orang tua mereka untuk menjaga Ara akan ia tunaikan.

Ara Nathalia, meskipun ada kekurang pada tubuh, tetap bersyukur di kala semua orang membencinya Ash menjadi matahari yang menyinari hidupnya.

Tanpa Ash hidupnya tidak akan bermakna lagi, ia sudah terlalu bergantung pada kembaranya.

"Sudah ayo turun, kamu jangan terlalu manja denganku seperti ini, bakal istrimu bakalan cemburu."

Menepuk lengan Ash pelan, Ara berbalik menatap Ash dengan dalam.

"Kenapa kamu menatapku seperti itu, kamu tidak tega kan aku menikah."

Ash menaikkan kedua alisnya menatap Ara.

Tidak terus menjawab, Ara mengengam kedua belah tangan Ash dengan erat Ash hanya memerhati tingkah laku Ara terhadapnya.

"Tidak, itu adalah impianku dengan melihat kamu menikah.. " Bicara dari Ara terhenti, menatap Ash dengan matanya mulai berkaca-kaca.

"Terus kenapa Ara?" tanya Ash lagi mengeryit dahinya binggung. Ash merasa aneh dengan sikap kakak kembarnya.

Menghela napasnya panjang, Ara memberanikan diri untuk berbicara meskipun tahu apa akibatnya setalah mengatakan itu.

"Aku tinggal sama bibi saja ya, setelah kamu menikah sama Chaesa."

Airmata Ara mulai menetes di pipi, meskipun berat untuk berpisah sama Ash. Ia harus lakukanya, demi kebahagiaan Ash, dia tidak mahu menjadi penganggu antara mereka.

Mendengarkan itu, Ash mengehempas tangan Ara yang mengengam tanganya, bangun dan menatap Ara dengan tajam.

"Aku sudah bilang beberapa kali Ara, kamu harus tetap tinggal sama aku meskipun aku sudah menikah! Kenapa kamu bahaskan ini lagi!!"

Ash menaikkan nada bicaranya napasnya naik turun menatap Ara, tatapan matanya penuh dengan amarah.

Ara sudah tahu seperti apa reaksi Ash, ketika ia bahaskan soal ini.

Mengambil tongkatnya di tepi kasur, Ara perlahan berjalan ke arah Ash.

Ara coba memegang lengan Ash, namum ia menepisnya dengan kasar. Saat ia ingin melangkah pergi, Ara terduduk tangisanya mulai kedengaran.

Langkah Ash terhenti, mendengar tangisan Ara yang lirih dia jadi tidak tega. Berbalik melangkah dekat ke arah Ara.

Ash duduk di depan Ara, menarik kakak kembarnya ke dalam dakapanya memeluknya dengan erat.

My Dear Ara✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang