Matahari pagi yang indah menembusi celahan langsir hingga mengusik tidur salah seorang dari mereka yang tertidur dengan nyenyak. sembari berpelukan dengan erat di atas kasur.
Chaesa terjaga terlebih dulu kala cahaya pagi mulai menembusi seluruh ruang kamar yang mereka tempati, sejak dari hari pertama mereka ada di sini.
Melepaskan sedikit pelukanya dari Ash, Chaesa menatap wajah suaminya dengan tatapan cinta. Semakin dia mengenali Ash setiap harinya, semakin cintanya terhadap Ash semakin dalam.
Tanganya terulur menyentuh setiap inci wajah pria miliknya, tanganya berhenti pada bibir Ash, mendekat mencium bibir yang selalu membuat merasa candu sekejap.
"Ash aku mencintai kamu terlalu dalam. Tidak ada sesiapa yang bisa merampas kamu dari aku, walaupun orang itu adalah Ara kakakmu." gumamnya dalam hati, sembari tanganya mengelus pipi Ash lembut.
Ash membuka matanya lemah saat merasa ada sentuhan lembut pada wajahnya.
"Sayang..." suara kasar Ash yang kedengaran seksi di telinga Chaesa.
"Kenapa mas?" tanya Chaesa sembari mengelus rambut Ash dengan lembut.
"Tidur lagi yuk, awal sekali kamu bangunya." ucap Ash dengan nada manja.
"Tidak bisa mas, ini udah pagi. Kamu bilang mau ajak aku lawati banyak tempat, ayo bangun mas." Tubuh Ash digoncang pelan.
"Iya, iya sayang. Aku bangun." Ash langsung bangun, mendakap Chaesa dengan erat membuat pemiliknya merasa nyaman.
"Sudah Ash, mandi sana." Chaesa coba melepaskan pelukan Ash terhadapnya, namun gagal. Ash semakin memeluknya erat
"Sebentar, aku ingin setiap paginya begini. Memeluk istriku." Meletakkan kepalanya dia atas pundak Chaesa, Ash tersenyum tipis saat kedua belah tangan Chaesa mengelus punggungnya dengan lembut.
Mereka berpelukan dengan nyaman di dalam dakapan masing-masing.
Bahagia... Itu yang dirasakan Chaesa, dia tidak akan biarakan orang lain merampas bahagianya meskipun orang itu adalah Ara, kakak kembar Ash.
"Ara..." panggil bibi Indah, masuk ke dalam kamar Ara membawa nampan yang berisi nasi dan beberapa lauk pauk kegemaran Ara.
Tidak menyahut panggilan bibi Indah, Ara hanya menghadap jendela sembari melamun jauh.
Bibi Indah mendekat, menepuk pelan pundak Ara, membuat dia langsung tersadar dari lamunanya.
"Maaf bi, aku baru sadar bibi memanggilku." Ara berbalik menatap bibi Indah.
"Tidak apa, kamu makan dulu ya. Bibi ada masakan makanan kesukaan kamu." Meletakkan nampan di atas meja kecil, di sisi kasur. Bibi Indah duduk di atas kasur, berhadapan Ara.
"Terima kasih bi, aku selalu menjadi beban buat bibi" ucap Ara dengan nada sedih, matanya berkaca-kaca menatap bibi Indah.
Memegang kedua belah tangan Ara dengan erat, bibi Indah menatapnya dengan dalam.
"Kenapa kamu harus bicara seperti itu, kamu langsung tidak membebankan bibi. Malah kamu dan Ash itu kebahagiaan buat bibi, bibi tidak ada sesiapa lagi selain kalian."
Airmata Ara mengalir dengan deras, isakanya mulai kedengaran. Bibi Indah menarik Ara ke dalam dekapanya dan memeluknya dengan erat.
Isakan Ara semakin kuat, ketika tangan bibi Indah mengelus punggungnya dengan lembut.
Ara merasa sangat nyaman, berada dalam dakapan hangat bibi Indah. Saat ia sedih bibi Indah selalu ada menenangkanya.
Bagaimana jika satu hari nanti bibi Indah tidak ada lagi di sisinya, menenangkanya, menghiburnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dear Ara✔️
Storie breviAsh Nathan dan Ara Nathalia sepasang kembar tidak seiras, mereka memiliki fisik yang berbeda. Ash mempunyai wajah yang tampan dan normal manakala Ara mempunyai wajah yang cantik namun ia kehilangan anggota tubuh, sering diejek karna mempunyai sebel...