PART. 9

61 7 3
                                    

Satu bulan berlalu dengan begitu cepat, kehilangan mengajar seseorang agar tetap lebih kuat tidak boleh lemah agar dapat menjalani kehidupan seharian dengan lebih baik.

Ash sudah mulai masuk ke kantor, setelah lebih sebulan dia hanya membuat semua pekerjaanya di rumah, tidak tega meninggalkan Ara yang masih dalam kedaan sedih.

Ash selalu menemani Ara setiap harinya namun tanggungjawab pada Chaesa tidak pernah dia lupakan. Berbagi masa antara Ara dan Chaesa tidaklah sulit bagi Ash terkadang Ash lebihkan masanya untuk Chaesa agar Chaesa tidak merasa disisihkan.

"Aku pergi ya" pamit Ash, mencium kening dan bibir Chaesa sekejap.

"Iya mas, hati-hati" Chaesa membalas mengelus pipi Ash pelan.

"Ara mana?" tanya Ash ketika tidak melihat Ara di situ.

"Dalam kamar mas, mungkin masih tidur" bohong Chaesa, padahal dia sudah memberi amaran pada Ara agar tidak keluar kamar menemui Ash.

"Masih tidur? Waktu begini selalunya Ara sudah bangun." Ash tahu kebiasaan Ara itu bagaimana, bangun awal pagi tidak pernah dia kelewatan tidur hingga dini hari. Ash tahu itu.

"Aku ke kamar dia aja." Baru ja ingin mengayunkan langkah, Chaesa lebih dulu menahan Ash dari terus melangkah.

"Tidak usah Ash, kasian Ara mungkin dia kelelahan." Chaesa coba menyakinkan.

Mendengar omongan Chaesa, Ash tidak jadi meneruskan langkah ke kamar Ara. Bener kata Chaesa takut menggangu.

Ash harus melihat Ara dulu setiap kali berangkat ke kantor, pastikan Ara itu baik-baik aja.

"Mungkin bener kata Chaesa, Ara kelelahan" batin Ash berbicara.

"Ya udah, tolong jagakan Ara. Aku pergi"

"Iya mas, aku akan jagakan Ara dengan baik. Jangan khawatir ya" Chaesa tersenyum menatapnya Ash, selayak seorang istri yang baik buatnya. Padahal di belakang Ash, sikap Chaesa terhadap Ara disebaliknya.

Setelah memastikan Ash sudah pergi, Chaesa mengayun langkahnya laju masuk ke dalam kamar Ara.

Ara yang sedang berada di dalam kamar hanya melihat Ash pergi dari jendela kaca kamarnya yang menghala ke luar.

Tersenyum, lega dapat melihat Ash meskipun dari jendela kaca.

Brakkk!!!

Ara terkejut saat pintu ditolak kasar oleh Chaesa yang meluru masuk ke dalam kamarnya.

"Bangun kamu!" ucap Chaesa datar, raut wajah serius menatap ke arah Ara.

Mengambil tongkatnya, Ara berjalan pelan ke arah Chaesa.

"Kenapa Chaesa?" tanya Ara lembut, berdiri di depan Chaesa yang menatapnya dengan riak wajah datar lagi dan dingin.

"Aku ingin kamu dengar baik-baik" jari telujuknya Chaesa mengarah tepat ke wajah Ara.

Ara terdiam, menundukk wajahnya tidak sanggup melihat Chaesa.

"Tatap aku Ara Nathalia!" ucapnya dengan nada marah.

Perlahan Ara mendonggak kembali, perlahan menatap tatapan tajam Chaesa terhadapnya.

"Mulai hari ini semua pekerjaan di dalam rumah ini kamu yang harus lakukan! Mengerti kamu! Aku sengaja tidak mau mengambil pelayan, untuk apa? Jika kamu bisa buat semuanya. Ingat kecacatan kamu itu bukan alasan untuk aku simpati sama kamu." Senyuman sinis terukir di bibir Chaesa.

"Baiklah, jika itu yang kamu mahukan. Aku akan lakukan semuanya" balas Ara tanpa ada bantahan sedikit pun.

"Bagus! Kamu boleh mulakan kerja kamu sekarang!" berbalik tubuh, kaki diayun laju melangkah keluar dari kamar Ara.

My Dear Ara✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang