Setelah dua hari dirawat di rumah sakit, Ara dibenarkan pulang. Ash mengemas keperluan Ara dan pakaianya masuk ke dalam tas. Ara hanya melihat Ash tanpa sepatah bicara.
Setelah menguruskan semua bil rumah saliy, Ash membawa Ara pulang, sampai ke tempat yang dituju Ara merasa heran saat berada di sebuah appartment mewah di tengah kota bukanlah rumah Ash sebelumnya.
"Ash, kenapa kita di sini? Mengapa tidak pulang aja?" tanya Ara saat mereka sudah berada di parkiran mobil.
"Mulai hari ini, kita duduk di sini. Aku mau kasi pengajaran sama Chaesa karna menyakitimu, aku tidak mau kamu menyebut soal Chaesa beberapa hari ini" jelas Ash penuh penegasan.
Ara hanya diam, tidak mau menanggapi apa-apa. Keluar dari mobil, Ash ke arah pintu Ara membukanya lalu menggendong Ara masuk ke dalam lift.
Di dalam lift Ash masih lagi tidak mau meletakkan Ara di bawah, masih menggeondongnya membuat Ara merasa serba salah. Untung aja waktu itu tidak ada orang hanya mereka berdua dia dalam lift, jika tidak pasti wajah Ara sudah merah seperti kepiting rebus menahan malu.
"Ash turunkan aja, aku baik-baik aja kok." Ara tidak mau Ash lelah karna terus menggendongnya.
"Tidak bisa Ara, kakimu masih sakit" jawab Ash singkat.
"Tapi Ash..." bicaranya terhenti saat Ash memotong bicaranya.
"Jangan banyak bicara Ara, kamu jadi semakin berat" canda Ash, senyuman tipis terukir di bibirnya.
Melihat itu hati Ara diundang pilu, dalam pada Ash dilanda masalah dalam rumah tangganya dia tetap tersenyum meskipun Ara melihat keperitan dalam senyuman yang Ash ukirkan buatnya. Senyuman itu hanya tidak mau Ara terus menyalahkan dirinya dengan segala apa yang telah terjadi. Ara tahu itu.
Sampai di lantai 50, Ash membawa ke nomor rumah yang akan mereka tinggal. Masuk ke dalam, Ara tertegun melihat kemewahan yang ada di dalamnya.
Meletakkan Ara dengan pelan di atas sofa, Ash tersenyum melihat mata Ara yang memerhati kawasan di dalam sekitarnya.
"Kamu suka rumahnya?" tanya Ash.
"Rumahnya besar sekali dan tampak mewah, ini rumah siapa Ash? Pertanyaan dibalas kembali dengan pertanyaan.
"Ini rumah kamu" jawab Ash santai, membuatkan Ara terkejut bukan main.
"Hah?! Rumah aku" mata Ara terbelalak besar menatap Ash.
Duduk di dekat Ara, Ash mengambil tangan Ara dan mengengamnya erat.
"Rumah ini aku beli buat kamu Ara, atas nama kamu. Aku hanya menumpang di sini, kamu izinkan aku duduk di sini kan?" canda Ash membuat Ara memukul lenganya pelan.
"Jangan bercanda Ash." Ara menatap Adiknya kesal.
"Aku tidak bercanda, rumah ini punya kamu" Ash coba menyakinkan.
"Kenapa kamu buat aku begini Ash?" Ara menatap Ash dengan matanya yang berkaca-kaca.
"Apa yang aku lakukan Ara?" tanya Ash khawatir, menghapus airmata Ara yang mulai jatuh pada wajah indahnya.
"Kamu terlalu baik, sangat baik. Kenapa kamu tidak seperti orang lain membenci aku. Aku jadi tidak bisa jauh dari kamu Ash." Airmata Ara semakin terhambur keras.
Menarik Ara ke dalam dakapanya, Ash memeluk Ara erat. Mengelus punggung Ara lembut menenangkanya.
"Kamu kakakku Ara, tidak mungkin aku membencimu. Tidak perlu kamu menjauh karna aku juga tidak bisa jauh dari kamu." Ash semakin mengeratkan pelukanya.
Setelah menangis keras dalam dakapan hangat adiknya, Ara langsung tertidur lena di atas dada bidang Ash membuat dia tidak tega membangunkan Ara.
Perlahan Ash mengangkat Ara hingga masuk ke dalam kamarnya. meletakkan Ara di atas kasur, Ash merapikan surai rambut Ara yang sedikit berantakkan. Menatap Ara, Ash mengehla napasnya saat tiba-tiba dia terbayangkan Chaesa hatinya meronta ingin tahu tentang kondisi Chaesa saat ini, apakah dia baik-baik saja?
Menggelengkan kepalanya dengan keras, Ash coba membuang bayangan Chaesa di dalam pikiranya, tidak menunggu lagi Ash langsung melangkah keluar dari kamar Ara.
.......
Di klub malam, seorang wanita sedang meminum minuman kesukaanya dengan rakus. Sudah lebih tiga gelas dia meneguknya, namun ia tidak merasa kepuasan saat minuman itu masuk ke dalam tekaknya.
Chaesa, hidupnya tidak tenang sejak Ash pergi meninggalkanya. Pergi ke kantor Ash karyawanya mengatakan bahwa Ash sudah tidak masuk kantor selama satu minggu.
Pesan dan panggilan berulang kali dilakukan Chaesa, namun Ash langsung tidak menjawab pesan atau panggilanya.
Apakah Ash semarah itu padanya? Batinya bersuara.
Chaesa banyak menghabiskan waktunya di klub malam dengan minum minuman yang membuatkan dia merasa tenang.
Terasa bagai kembali pada kehidupanya yang dulu, sewaktu dia duduk di kota London. Setiap malamnya dihabiskan dengan berfoya-foya bersama dengan beberapa pria yang dapat menghibur dirinya.
Sehinggalah dia pulang ke Indonesia, bertemu Ash. Chaesa mulai berubah menjadi wanita lebih baik semuanya karna Ash. Tidak pernah dia mencintai pria sedalam ini, sepertimana perasaanya terhadap Ash.
Chaesa sangat bahagia memiliki Ash, namun Ash sanggup meninggalkanya hanya karna wanita cacat yang jadi penggangu rumah tangga mereka.
"Ash aku merindukanmu... Sungguh kenapa kau tinggalkan aku Ash, demi wanita cacat itu" gumamnya separuh sadar, kepalanya berpusing hebat karna setiap malam rutinya berada di kelab malam dan minum minuman yang tidak sepatutnya hingga dia mabuk berat.
"Ash, Ash..." gumamnya lagi, tidak dapat menahan lagi kesakitan di kepalanya. Tubuhnya mulai lemah tidak dapat lagi menampung tubuhnya, Chaesa langsung jatuh rebah ke lantai.
........Ara yang sedang menggambar di ruang tamu, tidak sepenuhnya fokus, sadari tadi dia hanya melirik Ash yang sedang membuat kerjanya, menggunakan laptop di depanya.
"Apa yang kamu ingin katakan Ara." Menutup laptopnya, menatap Ara penuh tanda tanya.
Menghentikan aktifitasnya, mengambil tongkat yang berada di sampingnya, Ara berjalan mendekat ke arah Ash.
Duduk di sampingnya, Ara berbalik tubuh berdepan dengan Ash. Mendekat, Ara memeluk tubuh kekar Ash dengan erat.
"Mengapa Ara?" Merasa aneh dengan sikap Ara, namun dia tetap membalas pelukanya erat.
"Aku hanya ingin memelukmu sebentar." Seketika suasana menjadi hening, Ara merasa nyaman berada dalam dakapan hangat adiknya.
Dakapan hangat yang dia akan selalu rindukan setelahnya.
Melepaskan peluksnya, Ara menatap Ash dalam.
"Ash, sampai kapan kamu mau tinggal di sini, Kasihan Chaesa tinggal sendiri. Aku tahu kamu rindu sama Chaesa, pulang Ash aku tidak apa kok di sini" bujuk Ara, sudah lebih Satu minggu Ash tinggal bersamanya di sini. Dia tidak mau rumah tangga Ash hancur karnanya.
"Kenapa kamu tidak suka aku tinggal di sini? Jika begitu tidak apa, aku tinggal di tempat lain aja." Ash sudah berdiri dari duduknya, namun Ara menahan lenganya.
"Jangan bercanda Ash, Aku serius sampai kapan kamu mau marah sama Chaesa" ucap Ara kesal dengan sikap Ash yang suka bercanda tidak kena tempatnya.
Kembali duduk. "Aku juga serius kak dengan perkataanku, aku mau beri pengajaran sama Chaesa agar dia tidak lagi biadab sama kamu" ucap Ash penuh penegasan.
Dering Ponsel Ash berbunyi, Ash mengambil ponselnya. Nama Chaesa tertera di layar dengan cepat Ash mematikan panggilan tersebut.
"Ash, kenapa kamu mematikanya. Mungkin ada sesuatu yang ingin dia bicarakan sama kamu"
"Tidak penting kak!" jawab Ash santai.
"Ash!" marah Ara, sekali lagi ponselnya berbunyi. Ara menatap Ash dengan tajam.
Menarik napas dalam, Ash langsung menerima panggilan dari Chaesa.
"Mau apa kamu?" tanya Ash dingin.
Tubuh Ash terkaku saat mendengar kabar yang membuatkan dadanya merasa sesak. Riak wajahnya berubah terkejut saat mendengar perkabaran itu.
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dear Ara✔️
Short StoryAsh Nathan dan Ara Nathalia sepasang kembar tidak seiras, mereka memiliki fisik yang berbeda. Ash mempunyai wajah yang tampan dan normal manakala Ara mempunyai wajah yang cantik namun ia kehilangan anggota tubuh, sering diejek karna mempunyai sebel...