31. Dans Ma Love Story

529 30 10
                                    


Malam itu, hujan turun begitu deras. Seolah langit menggambarkan bagaimana perasaan dua hati yang terpaksa pergi.

Disana Travis menyendiri.

Tatapannya lurus memandang sebuah lukisan besar berisikan foto sebuah gadis berparas cantik tengah tersenyum manis dengan lesung pipinya.

"Helvetia..." gumamnya berkali-kali. Rasa bersalah jelas menggerogoti perasaannya sekarang.

Kamar itu begitu gelap. Hanya ada cahaya malam yang berasal dari jendela besar yang terbuka lebar serta sebuah lilin penerangan didepan lukisan besar tersebut.

Travis bisa merasakan aura kegelapan yang begitu pekat disekitarnya. Namun pria itu hanya terkekeh hambar meski air mata mengalir perlahan membasahi pipinya.

Begitu banyak sosok aneh dengan mata hitam mengelilinginya.

Lalu sebuah suara terdengar, "Kau melakukan kesalahan lagi."

Sontak saja Travis semakin memendam kuat perasaannya yang terluka. Ia tidak berniat menyuruh gadis yang ia cintai pergi untuk selamanya dari hadapannya. Entah apa yang merasuki Travis saat itu.

"Apa dia sudah pergi?" ucap Travis entah kepada siapa.

Sebuah suara lain kembali menyahut, "Belum. Jiwanya terperangkap di lukisan itu. Travis, lepaskan dia dan biarkan dia pergi dengan tenang."

"TIDAK!! Aku tak akan pernah membiarkannya pergi dari hidupku."

"Kau egois, Travis. Lepaskan dia! Jiwanya terperangkap disana dan kaulah yang telah memanggil jiwanya hingga dia tak bisa pergi." ujar suara itu lagi namun terdengar lebih marah.

"Diam!! ARGGHH AKU TIDAK AKAN PERNAH MELEPASKANNYA!!!!" Travis berteriak frustasi. Ia menutup telinganya berharap suara-suara itu tidak lagi mengganggunya.

Terlebih menyuruhnya melepaskan gadis yang ia cintai untuk selamanya...

Pria itu menampar kaca disamping lukisan hingga retak dan menimbulkan cairan merah mengalir dari tangannya. Travis menatap lurus pada kaca yang sudah retak itu, "Helvetia...aku sudah gila karenamu. Tidakkah kau melihatnya?"

Tiba-tiba Travis mengingat flashdisk yang pernah diserahkan Chicago padanya.

Dia segera mengambilnya dan menyalakan laptopnya. Isinya hanya satu folder bernama 'My Dear, Travis' ada satu video dan satu foto disana.

Saat video itu terputar, disana menampakkan Chicago dan Cassie yang saling bertengkar hingga kekasihnya itu menyeret Cassie ke mobil dan membawanya ke sebuah tempat asing. Rupanya, sebelumnya Chicago menyuruh seseorang merekam diam-diam semua yang terjadi antara ia dan Cassie.

Dan ternyata pria asing disana menjelaskan bahwa Cassie sedang tidak mengandung.

Terbukti dengan beberapa foto yang menunjukkan bahwa tidak ada janin dalam rahim wanita berstatus sahabat masa kecilnya itu.

Kedua tangan pria itu terkepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Ia menggeram marah dan seketika Travis melempar barang-barang di kamarnya.

Bisa-bisanya Cassie yang diberikan kepercayaan sebab wanita itu adalah teman masa kecilnya rupanya berbohong dan mengkhianati dirinya. Terlebih lagi Travis sampai melakukan kesalahan besar dengan mengusir Chicago dari hidupnya.

Chicago, kekasihnya...

Helvetia, miliknya.

Mendengar suara keributan dari kamar Travis, Cassie segera bergegas ke lantai atas tempat kamar pria itu berada untuk memeriksa apa yang terjadi.

Namun Cassie rupanya tidak sadar jika kedatangannya ke ruangan itu menjadi yang terakhir kalinya ia bisa bernafas dalam hidupnya. Harusnya dia lari, dari psikopat gila yang tak punya hati itu.

Sekarang keadaan berbalik, dan dia lah yang tertipu.

"Travis?" panggil Cassie saat melihat kamar itu begitu berantakan bahkan kaca pecah dengan darah yang menetes dari sana.

Perhatian Cassie teralih pada lukisan seorang gadis disamping kaca itu. "Travis!!" panggilnya sekali lagi namun tetap tak ada sahutan.

Karena penasaran, Cassie melangkah mendekati lukisan itu. Ia mengangkat lilin dan mengarahkan cahayanya untuk melihat wajah gadis dalam lukisan.

Betapa terkejutnya Cassie hingga ia hampir menjatuhkan lilin saat melihat dalam lukisan itu, gadis tersebut persis seperti Chicago.

Namun yang membuatnya berteriak ketakutan adalah dibelakang gadis yang mirip Chicago itu, ada seorang pria yang tengah tersenyum miring seolah tengah menatapnya tajam.

Darah mengalir dari wajah pria itu dari lukisan. Dan pria itu persis seperti sahabatnya, Travis Mikaelmoza.

Brakk.

Cassie merasakan sakit yang teramat ketika sebuah benda keras entah apa memukul kepalanya dari belakang. Saat ia berbalik, pria itu, Travis berdiri dihadapannya sembari memegang sebuah kapak.

Dan detik itu juga, Cassie terjatuh tak berdaya saat kulit kepala belakangnya terkelupas.

Suara tawa menggelegar Travis mengisi seisi ruangan yang sunyi itu. Hanya suara rintik hujan dan petir yang menyambar sesekali terdengar.

"Minta maaflah kepada Helvetia. Minta pengampunan padanya." kata Travis kepada Cassie yang tak bisa mengatakan apa-apa.

Travis lalu mengarahkan kapaknya ke tengah-tengah mulut Cassie dan dengan gilanya menyobek mulut itu hingga ke telinganya.

Ia lalu menyeret satu lengan Cassie dan membawa tubuh yang sudah tak berdaya itu ke hadapan lukisan gadisnya. "Helvetia, lihat dia sudah memohon pengampunanmu." Travis berkata lagi kemudian tertawa keras.

Travis menginjak-injak kepala hingga tubuh Cassie dan menancapkan kapaknya asal berkali-kali hingga tubuh wanita itu sudah tak berbentuk dan menjadi sesuatu yang lengket dengan bau amis yang begitu menyengat.

Lalu Travis menghadap lukisan gadis tersebut dan bertekuk lutut didepannya.

"My baby Chi, my dear Helvetia..." ucapnya lirih.

Gadis dalam lukisan itu, Helvetia. Sosok itu menyentuh bahunya. Membuat Travis tersenyum dan sontak memeluk gadis itu.

Udara hitam berhembus disekitar mereka. Terasa dingin dan membuat siapapun yang berada disana akan merinding oleh suasana yang mencekam.

Tangan Travis yang terluka mengusap lembut pipi gadis yang ia cintai. "Jangan pernah pergi dariku, Helvetia."

"Travis, aku tak bisa lagi menjadi sosok Chicago yang bisa menemanimu. Aku hanya jiwa Helvetia yang terpenjara oleh obsesimu." ucap gadis itu sendu.

Travis menggeleng berkali-kali. Air mata terus mengalir dari kedua matanya. Ia tak bisa jika harus melepaskan gadis itu setelah semua kebersamaan yang ia buat selama ini.

Mereka adalah dua jiwa yang saling mencintai namun salah satunya harus pergi oleh takdir yang tak mampu memberikan jalan keluar di dunia fana ini.

Keduanya tak pernah berada dalam satu dimensi yang sama.

Karena semua ini hanya kisah cinta mereka yang dipenuhi oleh obsesi tak berujung. Mereka telah gila oleh kebahagiaan yang sesungguhnya tak pernah ada.

Mereka pasti akan kembali, mungkin bukan saat ini. Mungkin saja suatu hari...

"Travis, izinkan aku pergi. Karena aku bukan berasal dari dunia ini. Chicago hanya gadis yang tumbuh dari obsesi tak logis mu itu."

***

Gimana?

ACATHEXIS (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang