"Travis..."Aku mendengarnya memanggilku dengan suara teramat pelan. Saat aku menoleh, Chicago nampak tidak nyaman berada disini.
"Come here, Chi." kata ku sembari menggenggam tangannya.
Chicago justru menggeleng. Ia balas menggenggam tanganku begitu erat. Aku mengernyitkan dahi, bertanya-tanya dalam batin mengapa dia tak mau masuk ke gereja yang kami datangi ini.
Dia bahkan terus-menerus menarik ku agar pulang sedari tadi. Aku mendecak, "Why?" tanyaku mulai jengah.
Sejujurnya aku bingung dengan sikapnya. Chicago terlihat ketakutan, tetapi di sisi lain aku melihat kilatan rasa kebencian yang cukup jelas dalam tatapannya.
Gadis itu hanya menggeleng. "I just want to go home."
Aku menghela nafas sejenak. "Tapi kenapa, Chi? Apa yang kau sembunyikan dariku?"
"Travis, kumohon! Aku hanya ingin pulang." balasnya dengan sedikit membentak.
Suasana mendadak hening. Kami terdiam dengan perasaan yang tak jelas bagaimana.
Pandanganku jatuh ke gereja yang berada kokoh tak jauh dibelakang Chicago. Gereja itu katanya sudah tak aktif lagi semenjak beberapa belas tahun lalu karena semua penduduk disekitar sini sudah pindah.
Gereja itu tak terurus lagi setelahnya karena jaraknya yang cukup jauh dari kota. Aku mengajak Chicago kesini sebenarnya untuk membantunya mencari keberadaan kedua orang tua kandungnya.
Terasa aneh saat Chicago mengatakan bahwa orang tua kandungnya melakukan perjanjian saat usianya 10 tahun hingga gadis itu pada akhirnya diasuh oleh keluarga barunya tersebut.
Apa maksudnya itu?
"Chicago, apa kau tidak ingin mengetahui keberadaan orang tua kandungmu?"
Mendengarnya, Chicago dengan cepat beralih menatap Travis. "Apa?" ucapnya agak ragu.
Travis mengangguk. "Aku mencari informasi mengenai kedua orang tuamu dan hasilnya, mereka berada disekitar gereja ini."
"Orang tua...kandung?" Travis mengangguk lagi.
Untuk sesaat, reaksi Chicago benar-benar diluar dugaannya. Travis pikir gadis itu akan senang dan terharu. Nyatanya, Chicago menampilkan ekspresi datar dan kebencian terlihat semakin jelas dalam tatapannya.
Travis bisa memastikan jika ada sesuatu yang tidak beres dengan keluarga Chicago.
"Kau tak mau menemui mereka?" tanya Travis.
"Bahkan aku tidak ingin mengingat lagi tentang mereka." balas Chicago mendecih muak.
Ia berjalan meninggalkan Travis menuju motor mereka yang terparkir tak jauh dari sana.
Sementara Travis memandangi gereja dan gadis itu bergantian.
Memastikan lagi tentang apa yang kini dirasakannya. Dan Travis harus membuat gadisnya mengatakan segalanya mengenai apa yang terjadi dalam hidupnya.
"Kau membenci mereka, begitu?"
"Ya."
Ada jeda sesaat, "Mereka seharusnya tak menjadi orang tuaku." sambung Chicago.
"Lalu bagaimana dengan keluarga itu?" Travis teringat mengenai keluarga Chicago yang bukan keluarga aslinya.
Lantas jika gadis itu membenci orang tuanya, mengapa keluarga itu berkata jika orang tuanya lah yang justru menitipkan Chicago untuk dirawat oleh mereka?
Chicago terkekeh hambar. "Mereka sama, menjadikanku korban demi kepuasan mereka."
"Apa maksudmu?"
"Travis, aku membenci orang tua ku. Aku tidak menyukai keluarga gila itu. Dan aku tak punya siapapun selain dirimu." ucap Chicago dengan tatapan kosong.
Selama beberapa saat, Travis hanya diam. Hidup Chicago terlalu rumit dan gadis itu sudah jelas merasa kesepian. Dia berada dalam bahaya sejak kecil.
"Chicago-"
"Travis..." panggilnya.
Gadis itu tiba-tiba memeluknya erat dan menangis dalam dekapannya. Travis ingin bertanya namun sesuatu mengganggu dalam benaknya.
Entah kenapa ia merasa ada sesuatu yang tidak pernah diharapkannya akan terjadi.
Dan benar saja...
Karena saat itu, Travis mendengar dengan jelas Chicago memanggil namanya. Namun dengan nada yang berbeda. Yang hampir sama dengan ucapan 'selamat tinggal' baginya.
"Travis...aku ingin mengatakan sesuatu."
Satu detik...
Dua detik...
Tiga detik...
"Sampai jumpa di kehidupan lain kita. Aku tidak bisa berada disisimu lagi saat ini. Karena aku sudah lama mati."
KAMU SEDANG MEMBACA
ACATHEXIS (REVISI)
Mistério / Suspense"I will catch you." Travis. "With my obsession or yours?" Chicago. *** Travis Micheil, psikopat berdarah dingin yang seringkali memikat para wanita dengan parasnya hingga mereka tergila-gila. Dan tanpa sengaja, salah satu dari para wanita itu mena...