2. Feel Good

2.2K 91 3
                                    


Arrghhh!!!

Kenapa aku terus memikirkan pria aneh itu? Apa sekarang mentalku terganggu karena terus berhalusinasi tentangnya?

Dan sekarang, apalagi ini?!

Chicago yang jarang bangun pagi sekarang sedang sibuk berlari kecil pukul 3 pagi. Pukul 3 pagi?!

Piyama satin biru malamku merupakan penampilan teraneh untuk lari pagi. Aku tidak tau apa yang kupikirkan ketika aku gelisah terus tentang pria aneh itu dan muncul lah ide untuk lari di jam yang sama dengan jam pria aneh itu muncul kemarin.

Aku melirik layar ponselku yang menampilkan bahwa setengah jam sudah berlalu.

Tentu saja, suasana disini begitu dingin dan sunyi.

Tidak. Aku tak selalu berlari. Terkadang aku berjalan-jalan mengelilingi tempat tinggalku ini. Dan mungkin sekarang aku akan duduk di taman saja.

"Astaga, aku mulai gila." rutuk Chicago pada dirinya.

Chicago merapatkan sweater-nya. Layar ponselnya menampilkan sebuah notifikasi. Ia pun mulai sibuk bermain dengan ponselnya.

Melihat-lihat foto gadis populer di kampus. Serta tak lupa pria tampan yang populer disana.

Ketika foto seorang pria dengan rambut pirang tampil di layar, Chicago merasa entah mengapa seperti pernah melihatnya.

Bugh.

Brakk.

Chicago tersentak ketika suara aneh mendadak muncul disekitarnya. Ia mengedarkan pandangan, hingga menemukan ada pergerakan aneh dibalik semak-semak.

Matanya terus menatap lurus kesana. Namun perlahan Chi melangkah mendekati objek.

Bruk.

Tunggu!?

Aku merasa ada yang aneh di kakiku.

Ketika aku menggerakan jari kaki, aku merasa ada benda kecil yang basah dan lunak.

Perasaanku sudah terasa tak nyaman. Aku meneguk ludah kasar lalu melihat ke arah bawah perlahan. Dan benar saja, tenggorokanku tercekat tak mampu mengeluarkan suara.

B-bola mata siapa itu?!

Aaa!!!

Tiba-tiba sepasang sepatu bot hitam muncul didepanku.

Aku mendongak. Dan pria aneh kemarin memandangku datar. Beberapa kali mataku mengerjap tak percaya melihat wajahnya.

Tidak! Bukan masalah dia tampan! Tapi karena dia...dia adalah pria populer di kampus yang kulihat sebelumnya!!

"H-...hai!"

Bodoh!

Mengapa aku malah menyapanya dengan ekspresi konyol?

Pria itu terdiam sesaat lalu mengambil bola mata seseorang yang jatuh didekat kaki Chicago. Tangan kanan dan kirinya memakai sarung tangan setengah lengan.

Tanpa menghiraukan Chicago dan wajah konyolnya, pria itu berlalu begitu saja. Dan Chicago yang gila mengikuti langkah pria itu dengan mudahnya.

Raut wajah Chicago berubah pucat melihat banyaknya potongan tubuh seorang wanita tua yang berhamburan dibalik dedaunan.

Diam-diam, pria itu memperhatikannya. Nampak menikmati ekspresi Chicago yang memucat melihat hasil karyanya.

Sesekali mata pria itu menatap sekitarnya, memastikan tak ada orang lain segila Chicago yang keluar sepagi ini.

"Ambilkan plastik itu!" titahnya tiba-tiba.

"Hah?" Chicago kebingungan. "A-apa maksudmu?"

Decakan malas keluar dari mulut pria itu. Ia menunjuk plastik hitam besar tak jauh dari sana dengan dagunya.

Chicago merasa tubuhnya didorong perlahan. Ia lalu mati-matian menahan bau amis yang mengudara didekatnya sekarang.

"Nih!" ucap Chicago sembari menyodorkan kantung plastik tersebut.

Untuk sejenak, pria itu tak bersuara. Bahkan tatapannya hanya tertuju pada wajah cantik gadis didepannya ini. Hanya memikirkan, apa yang ada dalam otak konyol gadis ini?

"Halo??" Chicago melambaikan tangan.

Pria itu tersentak dari lamunannya. Ia mengambil plastik yang disodorkan Chicago lalu mulai memungut potongan tubuh yang berserakan akibat dirinya.

Dan lagi-lagi hal itu membuat Chicago semakin pucat. Melihat sarung tangan yang penuh bercak darah itu menimbulkan gejolak aneh dalam perutnya.

Keringat dingin mulai menghiasi area pelipisnya. "H-hei!"

Pria itu berhenti lalu menoleh. Masih dengan wajahnya yang tanpa ekspresi kini menaikkan satu alisnya bingung saat tubuh Chicago nampak bergetar.

"A-aku...aku Helvetia Chicago. Panggil aku Chi saja."

Chicago sontak mencengkeram bahu pria itu. Ia memejamkan mata sebentar, "Dengar..."

"Aku..."

"Ak-aku..."

Pria itu menunggu perkataan Chicago selanjutnya. Entahlah tapi ia merasa sedikit terhibur melihat wajah nelangsa gadis didepannya ini.

"Aku ingin muntah!!" Selanjutnya Chi memekik lalu berlari secepat mungkin dari sana.

Tangannya mengikat kuat kantung plastik berisi potongan tubuh korban tersebut. Tak lupa menyiramkan air ke bercak darah pada tanah.

Lalu terakhir menutup semua bekasnya menggunakan daun-daun berukuran cukup besar juga yang telah layu.

Pria itu menghela nafas lelah. Tatapannya tertuju pada jejak Chicago menghilang disana. Ia membakar sarung tangannya sembari tersenyum tipis.

"Dia untuk besok lusa." gumamnya.

ACATHEXIS (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang