20. Already Crazy

723 29 0
                                    


"What?!"

Chicago terkejut dengan keberadaan dua motor Ducati berwarna hitam & merah dihadapannya setelah Travis membukakan penutup mata.

Entah ada apa tiba-tiba pagi ini Travis menyuruhnya bangun dan langsung menutup matanya. Layaknya seseorang yang memberi kejutan.

Dan sekarang, ia justru sedikit heran mengapa Travis membeli kedua motor sport itu.

Travis tersenyum tipis melihat reaksi gadis itu. "Wanna take a ride with me?" tanyanya.

Beberapa kali Chicago mengerjapkan matanya bingung. Namun tak urung mengangguk mengiyakan.

Ia menarik lengan Travis antusias. Sembari memilihkan outfit yang cocok untuk mereka. Sejujurnya, walk in closet yang dimiliki Travis benar-benar luas dan lengkap. Bahkan saat Travis membawanya kesini, beberapa orang langsung datang membawakan pakaian-pakaian baru yang dibelikan pria itu untuknya.

Celana denim pendek berwarna hitam dengan crop top senada juga jaket kulit menjadi pilihan Chicago saat ini. Jangan lupakan sepatu boot heels favoritnya.

Outfit yang dipilihkan Chicago untuk Travis juga tidak jauh berbeda. Mereka terlihat seperti pasangan yang sangat serasi sekarang.

"Kamu takut mengendarainya?" tanya Travis ketika melihat Chicago kesusahan menyalakan mesin motornya.

"Ah, tidak. Hanya saja aku mengendarai motor terakhir kali saat aku senior high school kelas akhir." balasnya.

"Kita akan kemana?"

Travis tersenyum mendengar pertanyaan Chicago dari balik helm full face nya. "Gereja." ucapnya singkat.

Chicago mengerutkan keningnya. Untuk apa mereka ke gereja? batinnya.

Deruman gas motor Ducati tersebut mengisi keheningan di rumah Travis yang sangat luas namun sunyi. Mereka berkali-kali saling melirik.

"1..."

"2..."

"3..."

"Go!"

Teriakan aba-aba dari Chicago disusul mereka yang saling beradu kecepatan di jalanan raya yang sedang lengang.

Meski awalnya sedikit kesusahan ditambah bobot motor yang cukup lumayan berat, Chicago kini mampu menyelip Travis hingga ia diposisi pertama.

Travis yang merasa tertantang menambah kecepatannya. Berkali-kali gadis itu menghalangi jalannya dan membuatnya kesusahan mengambil celah.

"Here we go." gumam Travis kemudian melaju secepat kilat saat Chicago lengah.

Dari kaca spion, ia bisa melihat Chicago yang wajahnya nampak lucu saat tidak terima tertinggal jauh. Travis sengaja menambah kecepatannya lagi hingga bayangan Chicago hanya tersisa setitik objek kecil saja.

Travis menghentikan motornya saat merasa bayangan Chicago tiba-tiba menghilang dari pandangannya. Ia berkali-kali melirik jalanan sebelumnya namun tak ada tanda keberadaan Chicago akan melewatinya.

Mendadak perasaannya berubah sedikit cemas dengan keadaan gadis itu.

Selama sekitar beberapa menit ia menunggu Chicago melewatinya tetapi masih tak ada apapun. Bahkan suara mesin motornya saja tidak terdengar.

Tidak mungkin Chicago membutuhkan waktu berpuluh-puluh menit untuk sampai kesini. Ia bahkan dengan kecepatan tepat 100 km/jam sampai dalam waktu 4 menit.

"Sial!" Travis segera melajukan motornya kembali.

Matanya fokus ke sekitar menemukan dimana keberadaan Chicago. Apa gadis itu tergelincir akibat jalanan yang sedikit basah? pikirnya khawatir.

Belum jauh kembali, tiba-tiba suara motor yang serupa dengannya keluar dari salah satu sisi gang tepi jalan.

Travis menoleh, menemukan Chicago ternyata keluar dari sana. Gadis itu menjulurkan lidah ke seraya mengacungkan jari tengah ke arahnya.

Lalu melaju sangat cepat hingga giliran Travis yang tertinggal jauh sekarang.

Pria itu terdiam selama beberapa saat sebelum terkekeh pelan saat menyadari jika Chicago membodohinya agar dia bisa merebut posisi pertama kembali.

"Damn, Chi!" ucap Travis.

Ia bisa melihat Chicago dengan santai menunggunya tak jauh dari sana. "Kenapa kau menungguku, hm?" tanyanya setelah sampai tepat disamping gadis itu.

Chicago tersentak saat Travis begitu cepat ada disamping dirinya. Chicago tersenyum lebar seraya memainkan jari-jari tangan kiri Travis.

"Em...aku tidak tau jalan menuju gereja." kata Chicago berujar pelan sembari menyengir malu.

ACATHEXIS (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang