33. Last Flashback

440 21 8
                                    


Suara tawa mengisi keheningan di area danau itu. Sejak tadi, Chicago kecil bermain dengan Travis. Mereka saling mengejar hingga Chicago tertangkap.

Dan Travis tak bisa menyembunyikan perasaan bahagia yang kini dirasakannya.

Ia tak pernah menyangka jika ada seseorang yang akan membuatnya merasakan perasaan seperti ini setelah sekian lama tak pernah benar-benar bahagia. Bahkan semenjak masa kecilnya.

"Chia!!"

Helvetia Chicago, satu-satunya orang yang masuk ke dalam hidupnya untuk membuatnya tersenyum kembali. Dan Travis berjanji untuk selalu melindungi gadis kecil ini apapun yang terjadi.

Chicago terkekeh, "Ayo sini." katanya seraya menarik lengan Travis agar duduk disampingnya. Mereka duduk di tepi danau.

"Umm...Travis?"

"Ya?"

"Kurasa selama hampir setahun kita disini bersama-sama, aku tidak pernah melihat keluargamu sama sekali." tutur Chicago melirik sekilas pada Travis.

Untuk beberapa saat, Travis terdiam. Tersadar jika sudah setahun berlalu dimana ia menghabiskan waktunya bersama Chicago. Gadis itu juga sempat bercerita jika dia tidak ingin kembali pada keluarganya lagi dan lebih memilih untuk melarikan diri dari mereka bagaimanapun caranya.

Beberapa menit terdiam, Travis kemudian membuka suara. "Mereka ada, tapi tidak di negara ini. Dan aku lebih suka tinggal sendiri dibanding bersama dengan keluargaku."

"Tapi sekarang aku lebih suka lagi bersama dirimu, kurasa. Tetaplah disini kapanpun, Chia."

Mendengar itu, Chicago tersenyum manis. Kedua pipinya merona merah, entah kenapa berada dekat dengan Travis membuat jantungnya berdetak lebih cepat.

Ia mengambil batu kecil didekat kakinya dan melemparkan baru tersebut ke tengah danau. Mengalihkan tatapannya dari lelaki disampingnya itu.

"Chia..."

Jantung Chicago semakin berdetak tak karuan ketika Travis memeluknya dari belakang.

Gadis itu perlahan menoleh, dan seketika mereka saling bertatapan. Travis tersenyum, "Can I be yours?" tanyanya lirih.

Chicago merasa ada kupu-kupu yang beterbangan di perutnya. Ia kembali tersenyum manis, beranjak berdiri dan balas memeluk Travis.

"Yeah, I can. But let me still have you forever." balas Chicago.

Travis mengecup punggung tangan Chicago. "Just let me, dear." Mereka saling terkekeh pelan, mendekap erat satu sama lain dan dalam hati berjanji bahwa hati mereka hanya milik keduanya.

Selamanya...

Acathexis

Hari itu, Chicago memasak menu makanan favorit Travis.

Diluar sedang hujan cukup deras, dan Chicago hanya bisa menatap luar dari jendela rumah tepi danau. Travis mengatakan jika ia akan pulang setelah dua hari.

Dan hari ini ia seharusnya pulang. Chicago merasa cemas jika Travis tak datang. Tapi lagipula ini masih siang, mungkin Travis akan pulang sore atau malam.

Merapikan barang-barang di rumah itu, hingga mencoba melukis sesuatu di ruang lukis Travis.

Seulas senyum tipis muncul saat ingatannya kembali pada saat dimana Travis melukis dirinya setahun yang lalu.

Jari-jarinya dengan cukup lihai menggerakan kuas diatas canvas. Ia diajari cara melukis oleh Travis beberapa bulan yang lalu.

Setelah menghabiskan waktu beberapa jam lamanya, Chicago menghela nafas lelah. Namun setelahnya ia tersenyum lebar saat melihat hasil lukisannya yang menambahkan gambaran Travis tepat dibelakang lukisan dirinya yang tengah duduk.

ACATHEXIS (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang