(selamat datang di next part, silahkan di vote dulu! terimakasih readers baik <3)
'Vio Vio Paling bisa deh lu urusan yang aneh aneh gini hahaha'. Tanpa sadar aku tersenyum sendiri namun-
"Kenapa kamu tersenyum Sha? Bisa bantu saya nulis nama dan keterangan pasien dimeja? Nanti saya dikte." Omongan dokter Galen menegurku dan membuatku segera berlari kecil kearah meja.
Aku sebenarnya heran kenapa harus aku sedangkan ada kak Rifki disini yang menjadi asistennya. Namun aku pikir ini mungkin menjadi bagian dari keinginanku yaitu menjadi asisten seperti film drakor. Akhirnya aku menuruti perintahnya.
"Isi biodata dulu, nanti saya dikte kamu diagnosisnya." Ucapnya sekali lagi, ia masih sibuk dengan stetoskopnya.
Aku mengisi biodatanya sesuai data siswa yang ada di computer UKS.
'Sekarang hari rabu tanggal 12 Februari 2020, oke udah."
Aku tersenyum melihat hasil kerjaku, sambil menunggu diagnosis dari dokter Galen aku kembali bermain gadget.
"Udah neng? Ada yang butuh bantuan ga? Sini dibantu kalo ada." Tawar kak Rifki sambil berjalan untuk berdiri disebelahku.
"Oh boleh kak, kira-kira ini udah ben-"
"Ga usah modusin anak SMA lu Ki!." Ucapnya dengan nada yang terdengar menyebalkan bagiku. Ia menggeser kak Rifki sehingga kini bukan dia lagi yang berada disampingku namun menjadi dirinya.
'ih apaan sih gak jelas.' batinku.
"Sini saya bimbing isi diagnosisnya." Ucapnya sambil menaruh tangannya dipinggir ujung meja.
Aku yang mendengar langsung bersiap mengetik apa yang akan diucapkan olehnya.
"Syncope."
Aku yang merasa asing dengan kata tersebut sedikit mendongak kearahya, sialnya tidak sengaja netra kami saling bertatap.
Dokter Galen memalingkan wajahnya terlebih dulu, Ehm- gini syncope itu istilah medisnya pingsan, jadi wajar mungkin kamu belum tau. Jelasnya.
'Kenapa ga bilang pingsan aja sih, ribet banget elah.' Lagi –lagi aku hanya bisa membatin, siapa juga yang berani.
"Selajutnya nanti dulu nunggu dia sadar baru ditanya, kamu boleh balik ketempatmu." Ucapnya tegas namun sorot matanya masih melihat ke layar computer.
Aku memilih duduk disamping Violet agar sewaktu nanti ia sadar bisa langsung ku tanya. Lagi-lagi kegiatanku membuka gadget, membuka aplikasi Instagram dan melihat berapa orang yang melihat instastory yang kubuat saat briefing tadi.
Ku melihat kepala Vio bergerak kesamping dan perlahan ia menggerakan jarinya.
"Vio, lu udah sadar? Kok lu bisa ketimpuk sih?! Lagian gatel amat sampe segitunya mau nontonin dedek gemes." Omelku karna kesal terhadap tindakan bodohnya itu.
"Udah neng, kasian temennya baru sadar udah diomelin gitu." Kak Rifki melihatku dengan kekehannya yang lebar.
Aku yang mendengarnya hanya meringis malu dan langsung menunduk. Lalu aku melihat gerak sepatu dokter Galen yang mendekat kearahku.
"Gimana perasaannya sekarang?." Tanyanya dengan nada halus.
'Ngapain ngomong sama Vio di alus-alusin gini? seorang Vio dialusin? paling abis itu kesem-sem.'
"Asha kenapa? Kok geleng- geleng sendiri? Kamu pusing?." Aku langsung menoleh kesumber suara, kak Rifki lagi yang sadar akan kelakuanku.
"A-ah gapapa kak, cuman tiba-tiba keinget sesuatu aja." Jawabku sambil tersenyum kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALENASHA
RomancePertemuan yang ternyata ga seindah apa yang di bayangkan dengan semua kejadian yang telah di alami oleh seorang Asha Liona Eldrich dengan seorang dokter muda Galen Navier Briatama. Akankah harapan dari seorang Asha Liona akan terwujud? Apakah seora...