4B. Lost You

3 0 0
                                    

(Selamat datang di next part! Terimakasih telah membaca<3 Votee yaa)

Deo terkekeh pelan mengingat bahwa gadis didepannya ini masih sama. Terlalu to the point.

"Pesen makan dulu, aku tau kamu belum makan."

Dengan pasrah Asha mengambil buku menu yang ada di pinggir meja,"Aku mau Milkshake, kamu mau apa Yo?."

"Favorite aku aja."

Asha melambaikan tangan kearah kamera, eh salah maksudnya ke waiters yang menunggu di pojok ruangan. "Milkshake satu, Matcha perasan lemon satu." ucapnya.

"Baik 1 milkshake, 1 Matcha with lemon ya kak." Ulang pelayan tersebut yang anehnya malah melirik genit ke Deo.

"Iya mba, makasih ya." Aku tersenyum, menaruh kembali buku menu yang kupegang tadi ketempatnya.

Sama halnya manusia di depan ini ikut tersenyum. Tapi bukan karena tersenyum kearah waiter tadi, melainkan karena ia senang Asha masih hafal pesanan minuman kesukaannya.

Ia merasa semakin yakin bahwa masih ada secercah harapan untuknya kembali bertahta di hati Asha.

"Aku seneng kamu mau dateng."

Oh tidak, Asha sudah memohon kepada tuhan untuk menguatkan hatinya dan menguatkan matanya supaya tidak lagi mengeluarkan air mata jika ia tiba-tiba teringat tentang masa lalunya.

"Aku juga seneng kok kamu masih inget pesanan minuman favorite aku." Asha tersadar. Ia melakukan kebodohan yang membuat salah paham untuknya.

Oh no tuhan, semoga next baik-baik aja.

Tangannya sudah sedikit berkeringat, ia mulai nervous. Ah iya, kamu kan masih temanku Yo. Jadi buat apa kita musuhan.

"Soal yang waktu itu- ". "Misi kak."

Baru kali ini Asha sangat bersyukur ada yang motong pembicaraannya. Setidaknya kegugupannya teralihkan meskipun hanya sebentar, yang penting ia bisa bernafas lega.

"Makasih mba." Ucap Deo sambil mengaduk minumannya. Sedangkan aku hanya bisa tersenyum menahan kecanggungan.

Kami sama-sama diam. Aku menunggu ia melanjutkan kalimatnya, tapi sang empu hanya melihat kearah jendela yang menampakkan hujan deras diluar.

Aku tidak mau menegurnya untuk kembali melanjutkan kalimatnya tadi, sebaiknya aku berharap bahwa ia akan melupakan tentang topik itu.

TING

EVILvio: nyet, lo udah balik kan?

EVILvio: diluar hujan deres, nanti lu jadi mermaid gawat.

EVILvio: nanti lu dimuseumin jadi mermaid terjelek didunia.

Sialan! Awas aja kutu rusa besok gue bakar buku paket fisika lo! : Ashalieldrich

EVILvio: jangan dong cintahhh, muach.

Sedangkan Deo yang sedari awal mendengar bunyi notifikasi langsung mengalihkan pandangannya kembali ke Liona. Ia melihat Lio nya terkekeh membalas chat seseorang.

Apakah Lio sudah menemukan penggantinya? Apa ia sudah tidak ada kesempatan lagi?

"Ehem, kamu lagi ada janji ya Li?."

Tersadar dari dunia chatnya Asha kembali menaruh ponsel diatas meja. Menggaruk tengkuknya pelan, "Ah, sorry ya. Tadi Violet ngechat aku, nanyain udah pulang atau belum."

Deo tersenyum lega, sedangkan Asha mulai merasakan hawa tidak enak saat melihat sorot mata Deo yang terlihat berpikir.

"Gini Li sebenernya aku mau ngelanjutin omonganku tadi, sebenernya dulu-"

"Dulu kamu ninggalin aku karena kamu mau pergi ke Magelang kan ngelanjutin pendidikan SMA dinas kamu disana." Potongnya.

Pria itu mengangguk, ternyata Asha sudah tau terlebih dulu . "Kamu marah Li sama aku?."

Sungguh Asha benci pembahasan ini. Terlalu sulit Asha untuk mengatakan kalau ia tidak marah. Jujur ia kecewa saat mengetahui pertama kali Deo pergi kesana tanpa memberi kabar kepadanya. Bahkan ia tak pernah sekali pun menceritakan keinginannya pergi kesana.

"Buat apa aku marah sama kamu?."

Deo menatap netra Asha dalam. Menyesal ia tak memberi satu kabar pun untuk sang kekasihnya. Lebih tepatnya mantan kekasihnya sekarang, "Semua berlalu dengan cepat Li."

"Aku harus nurutin permintaan papa yang saat itu mendadak dirawat karena penyakit jantungnya kambuh." Pria itu meremat tangannya, "Papa mau diantara tiga anaknya ada yang ikutin jejaknya dan saat itu cuman aku diantara tiga saudaraku yang udah beranjak SMA."

Asha diam tak berkutik. Jika memang ia tau alasannya seperti ini mungkin rasa kecewanya tak sebesar sekarang.

"Maafin aku ya Li."

Tangan halus Asha digenggam oleh pria didepannya, jujur ia rindu dengan sentuhan ini yang dulunya selalu memberikan semangat dengan riang padanya.

Tahan.

"Aku udah maafin kamu Deo gapapa, kita masih bisa berteman dengan baik."

Hanya berteman? Hal yang pasti tidak diinginkan pria didepannya. Deo masih berharap Asha akan kembali padanya. 14 bulan lagi pria itu akan selesai masa sekolah dinasnya.

Deo menghela nafasnya tersadar perlahan mungkin lebih baik daripada terburu-buru yang mungkin nantinya akan membuat jarak lebih jauh lagi, Hahaha okay, terimakasih ya Lio kamu selalu bersikap baik sama aku.

Asha tersenyum membalas pegangan tangan Deo yang semula hanya dieratkan oleh pria itu.

"Semoga nantinya akan lebih baik."

"Yo diminum dong, esnya mencair tuh." Asha tertawa kecil, mengaduk cream di minumannya.

Tersenyum kearah Deo yang juga tengah mengaduk minumannya. Pria yang masih sama dengan minuman yang sama.

Hujan bersama minuman kesukaanya dan situasinya yang sudah sedikit memaafkan rasa kecewanya, membuat moodnya sedikit meningkat. Rasa takutnya ketika mengingat kemungkinan yang akan membuat air matanya jatuh lagi sudah hilang.

Waduh ini kenapa ni? Ada yang bisa nebak? HAHAHAHA

Terimakasih sudah membaca, ditunggu next partnya ya!

GALENASHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang