(Selamat datang di new part! Terimakasih sudah membaca<3 Votee yaa)
TOK TOK TOK
"Misi mau anter nasi padang ucap orang di depan pintu."
Aku lari dan membukannya, jatah makan siangku dan tim sudah datang.
"Thank you ya kak." Ucapku sambil tersenyum lalu menutup pintu kembali.
Menaruhnya diruang belakang, tanpa menyentuhnya karena aku tidak ingin makan. Sepertinya masih kenyang karena memakan camilan Vio tadi.
Oh iya Violet sudah kembali ke kelas disuruh pembinaku karena tampaknya ia sudah mulai pulih dan bisa kembali mengikuti jam pelajaran.
Diruangan tersisa aku dan dokter Galen, dua temanku yang lain sedang giliran jaga lapangan. Sedangkan kak Rifki sepertinya ikut keruang guru diajak pembinaku tadi.
Sedengarku mereka mengobrol banyak tadi, mulai dari cerita pindah sekolahnya dokter Galen dari sekolah taruna ke SMA Negeri biasa yang menyebabkan kenal dekatnya beliau dengan pembinaku yang dulunya penjaga perpustakaan di sekolah dokter Galen.
Aku tidak niat menguping, namun situasiku terjebak saat itu. Kalau aku bergerak pindah, maka aku akan menadi sorotan beberapa orang diruangan itu. Jadilah terpaksa aku diam dipinggir ranjang UKS.
Seperti biasa aku duduk di ranjang uks, kali ini aku tidak berada diruangan sebelah melainkan dekat ruang meja dokter Galen. Aku merasa tidak enak karena tadi aku seperti mendiamkannya sedangkan ia tamu di sekolah ini.
Diam dengan sejuta pikiran dikepalaku aku bingung harus apa.
CEKLEK
Pintu ruangan terbuka, kedua temanku datang.
"Permisi dok." Ucap Ari temanku sambil membungkuk sopan melewati depan dokter Galen.
"Panas banget diluar ya?." Tanyaku.
Merasakan perih melihat muka merah dan berkeringat mereka.
"Beh bukan main, tengah hari gini dapet giliran gua gila banget." Jawabnya sambil mengipaskan wajahnya dengan tangan.
"Tuh ada makan siang lu berdua makan aja dulu sana."
Mereka yang mendengar langsung berdiri dan mengambil kotak makanan tersebut. Seperti mendapat lotre saja langsung semangat gitu haha.
"Lu ga makan Sha? Dari snack aja lu belum makan sama sekali loh." Tanya Inez sambil membuka karet bungkus makanannya.
Tenang nanti aja, belum laper kok gue. Kalo laper pasti makan kok sans.
Aku menemani mereka makan sambil mendengarkan cerita mereka dilapangan tadi tentang beberapa peserta mulai dari yang goodlooking maupun yang bertengkar akibat tidak terima mendapatkan kekalahan.
Waktu sholat pun tiba, mereka terpaksa menyudahi sementara acara makannya karena semua yang beragama muslim harus menunaikan ibadahnya. Sedangkan yang berhalangan dan nonmuslim ke perpustakaan.
Asha yang berhalangan pun ikut pergi ke perpustakaan.
Tidak lama setelah setengah jam kemudian rombongan perpustakaan keluar duluan dibanding yang di masjid.
"Asha lu dicari bu Pembina tadi."
"Oh iya makasih ya."
'bu Pembina? Ada apa ya?' Jujur aku bingung kenapa tiba-tiba aku dipanggil.
Segera ku pergi ke ruang UKS karena aku pikir beliau ada disana.
"Assalamualaikum bu, ada ap- LAH dokter Galen?."
Kukira dia masih berada di masjid karena memang mereka belum ada yang keluar.
Dokter Galen sudah ada diruangan dengan rambutnya yang basah akibat terkena air wudhu mungkin, sambil memasangkan jam hitamnya. Ia menoleh ke arahku.
"Maaf dok, ada bu guru yang masuk sini?."
"Waalaikumsalam, ngga ada Asha." Dia kembali fokus memakai jam tangannya kembali dan menggulung ulang kemejanya rapih.
Setelah itu aku mencari keruang BK dan ruang guru namun beliau tidak ada, mungkin masih di masjid kali ya.
Aku ke kantin dan membeli susu dan duduk disana sebentar sambil menunggu bubaran orang sholat. Untungnya tidak lama mereka bubaran.
Aku pergi keruang uks kembali untuk melihat keberadaan beliau. Ternyata benar, ia tengah duduk diantara timku yang sedang melanjutkan makannya.
"Asha kamu makan sekarang! Daritadi udah saya suruh makan, ga dimakan juga."
Tertebaklah maksud guru itu memanggil Asha untuk bertemu dengannya. Memarahinya untuk makan, seperti Bunda Ranti dirumah.
"Iya bu nanti saya makan setelah yang lain selesai."
"Hem oke". Bu Pembina pun keluar ruangan karena ponselnya yang terus berdering.
Asha lapar tapi ia malas mengunyah makanannya.
"Sha, saya tau kamu pengen disembuhin sama saya kan? Sampe engga mau makan gitu."
Asha kaget mendengarkan ucapan dokter Galen tadi, sungguh kepedean sekali makhluk ini. Ia langsung mengambil bungkus nasi padangnya dan membukanya.
Persetan dengan malas mengunyah, ia tak mau temannya yang diruangan ini berpikir seperti itu karena mendengar kalimat menyebalkan tadi.
Sedangkan dokter Galen yang melihat perilaku asha menjadi sangat gregetan, tingkah lakunya seperti anak kecil yang takut diancam orang tuanya ga dibeliin mainan .
"Pelan-pelan dong makannya, engga saya minta kok."
Dokter Galen kini tengah berdiri didepannya. Melihat wajah chubby Asha karena makanan yang sedang ia kunyah.
Disisi lain Asha hanya bisa berharap bahwa seseorang bisa menghilangkan Dokter yang menyebalkan ini. "Ehm iya dok ini pelan kok." Sayangnya dia hanya bisa menjawab seperti itu.
"Dokter dok tolongin temen saya. Dia pingsan deket tangga tadi
Seruangan yang mendengarnya langsungg sontak pergi bergegas kedepan pintu. Dokter Galen sudah mengambil alih korban dengan menggendongnya menuju ranjang UKS.
Tanpa pikir panjang Asha segera membuang bungkus makanannya dan mencuci tangnnya. Ia tak peduli engan makannya yang belum selesai yang penting ia bisa membantu disana.
"Dok ada yang bisa saya bantu?" Ia udah berdiri disamping Dokter Galen yang tengah sibuk dengan stetoskopnya.
Melihat sikap serius dari dokter Galen ia seperti melihat adegan drama korea yang ia tonton satu minggu lalu. Tinggi, rapih, tatapan mata yang menyorotkan ketegasan dan ketenangan dalam satu waktu.
"Saat ini belum ada yang saya perlukan, cukup tetap disamping saya saja."
Asha mengangguk mengerti ia pun berharap dapat membantunya jika ada kondisi genting nanti.
Cukup lama sampai tak sengaja melihat gerak jari dari pasien, Asha spontan menarik lengan jas dokter Galen. Lalu ia memberi kode matanya.
JANGAN LUPA VOTE YAA!!
Terimakasih telah membaca<3
-Have a good day!!
KAMU SEDANG MEMBACA
GALENASHA
RomancePertemuan yang ternyata ga seindah apa yang di bayangkan dengan semua kejadian yang telah di alami oleh seorang Asha Liona Eldrich dengan seorang dokter muda Galen Navier Briatama. Akankah harapan dari seorang Asha Liona akan terwujud? Apakah seora...