(Selamat datang di next part! Terimakasih sudah membaca<3 Voteee yaa!)
Jantung Asha berasa pindah ke paru-paru. Nafasnya ikut terasa berat. Suara dari Dokter Galen saat memintanya tetap berada disampingnya mendadak terdengar lagi.
Asha menggelengkan kepalanya berusaha kembali tersadar bahwa mungkin karena saat itu Dokter Galen menginginkanku untuk bisa belajar sederhana menangani pasien.
Dengan setenang mungkin ia tersenyum kembali menatap Kak rifki yang masih menampakkan wajah bingungnya, "Ah mungkin karena kalo sama suster kan mereka udah pasti bisa kak, jadi ga perlu banyak omong. Sedangkan kalo sama saya, saya ngga tau apa-apa jadi beliau mau ngajarin saya."
Berusaha mencari kemungkinan terbaik agar ia tak juga merasa di spesialkan karena ia tau mungkin ini salah satu kerja tim yang dibangun oleh sang Dokter.
"Ngga, beda tau." Kak Rifki masih berfikir kali ini sambil memutarkan ponselnya.
Asha berusaha menahan pikirannya dan melanjutkan menyuapi Alya yang masih sangat pucat.
Suasana hening kembali terasa, hanya suara AC ruangan yang kali ini terdengar.
"Ayo dua suap lagi ya. "
Alya mengangguk sambil masih mengunyah makanannya, Mau minum dong tolong. Alya berusaha menggapai gelas namun tak bisa.
Asha menaruh piringnya sementara dan mengambil gelas tersebut. Membatu Alya meminumnya dengan mengadahkan tangan didagunya agar tetsan air yang turun tidak mengalir ke seragamnya.
"Makasih ya, tapi aku udah kenyang banget Sha. Udahan ya makannya." Tampak ia memang sudah mengeluarkan sendawa kecil.
Ku melihat dua suap lagi di piring yang nanggung kalo mau dibuang, "Satu lagi mau ngga?." tawarku.
Alya mengangguk dan membuka mulutnya. Aku langsung memasukkan makanannya, "NGUENG pesawat ijin mendarat HAHAHA." Candaku agar ia tak terlalu memikirkan perutnya yang sudah kenyang itu katanya.
Kami tertawa namun tak lama sayangnya Alya mual karena memang sudah benar-benar tak bisa menerima makanan lagi alias kekenyangan.
Aku segera mencari kantung plastik untuk Alya memuntahkan makanannya, Sebentar-sebentar tahan bu tahan bayinya bentar lagi keluar.
"Salah neng beda server itu mah." Kak Rifki tertawa dengan lumayan kencang.
Yap aku mendapatkan kantong plastik itu lalu menyerahkannya ke Alya untuk memuntahkan makannya. Alya kembali tiduran lagi, syukurnya kali ini pucatnya berkurang sedikit.
Semua selesai aku menyatukan bekas makanan sisa di piring tadi kedalam plastik dan melangkah keluar.
Baru saja aku ingin membuka pintu sayangnya tuas pintu telah ditekan terlebih dahulu oleh orang yang berada diluar.
Ceklek. Asha sedikit terhuyung kebelakang saat pintu didorong.
Dokter Galen ternyata, "Gimana udah selesai?."
Asha berdecak sebal, mengapa orang itu selalu to the point.
Freak nih otak, ga ada tuh yang begitu. Professional!. Ia menggelengkan kepalanya mencoba menyadarkan dirinya kembali, "Sudah beres semua dok, tinggal minum obat aja."
Asha melanjutkan kegiatannya yang ingin membuang sampah tadi kedepan. Berdiam sendiri didepan melihat keramaian para panitia kehebohan para panitia mengisi perlombaan. Mereka saling mengisi tertawa dan beberapa orang sibuk menonton berdua bersama pacarnya.
kapan ya kira-kira gue bisa begitu. Monolognya sambil mengusap lengan karena hembusan angin pinggir lapangan lumayan kencang.
"Kamu kok saya suruh masuk daritadi malah bengong disini?."
KAMU SEDANG MEMBACA
GALENASHA
RomancePertemuan yang ternyata ga seindah apa yang di bayangkan dengan semua kejadian yang telah di alami oleh seorang Asha Liona Eldrich dengan seorang dokter muda Galen Navier Briatama. Akankah harapan dari seorang Asha Liona akan terwujud? Apakah seora...