2C. 12-02-2020

11 2 0
                                    

(Selamat datang kembali di next part! VOTEEE yaaa! Terimakasih sudah membaca<3)

Asha hanya tertawa gemas melihat tingkah laku temannya yang tidak jelas sambil menata beberapa pain spray.

Tak lama kemudian mulai banyak yang terluka, entah akibat kelalaian sendiri ataupun dari cedera lomba.

Asha sangat suka saat-saat seperti ini. Ia suka mengobati orang lain dan memberi saran untuk kesembuhan dari luka yang telah ia tangani. Asha merasa seperti dokter yang sangat ahli.

"Asha dipanggil keruangan tuh katanya disuruh makan snack dulu sama bu Dwi."

"Oh iya makasih ya."

Semua dibereskan dan memeriksa kembali apa yang sudah kosong agar biisa di restock nanti di ruangan.

Disambutnya dengan udara dingin ruangan setelah lama di lapangan membuatnya merasa seperti terlahir kembali.

"Asik ibu kanjeng sudah dateng nih." Vio menggodaku sambil menunjukkan seyumnya yang sangat menyebalkan itu

Aku berjalan kearahnya mengambil makanan yang tengah ia makan dan membawanya ke tempatku. Jujur aku lapar.

"Asha! Bisa gak sih lo kalo mau minta tuh izin gitu."

"Vio cantik bagi yah."

"Ish gak, udah terlanjur aja baru lo izin." Ia mendelik kesal

Entahlah aku tidak peduli yang penting aku bisa makan sesuatu setelah lama di lapangan.

"Hahahaha kalian kenapa si makanan aja rebutan? Oh iya Asha itu ada snack panitia tuh." Kata dokter Galen.

Ia menunjuk tumpukan box snack yang berada di pojok ruangan.

'Mau sih tapi gue mager banget. Capek'

Badanku sangat lelah seperti ingin patah. Kayaknya besok seorang Asha bisa langsung gabung di IRJ alias Ikatan Remaja Jompo.

'Ada ranjang kosong ga yah? Me time sabi kali.'

Aku berjalan keruang kedua berharap mendapat ranjang kosong untukku istirahat sebentar.

'wohh ada! mantap jiwaaaaaa!.'

'huft, akhirnya bisa lurus juga nih badan gue.'

Aku memejamkan mata seraya merenggakan badan. Otot-ototku terasa tertarik dan aliran darah terasa lebih normal. Setelah merasa lebih baik aku membuka mataku dan melihat gadgetku yang sedari tadi tak kumainkan.

Banyak notifikasi mention dari postingan fotoku tadi pagi, aku membuka komentarnya melihat beraneka ragam kalimat yang tertulis disana, tenang saja aku membalas komen yang ada disana, walau tidak semua. Hanya yang dekat saja.

"Eh kok kamu tiduran nak, itu kasian dokter Galen sendirian tau. "

"Eh ibu!." Sontak aku bangun dan menghampiri guruku untuk salim.

"Kamu sakit emang? Kok tiduran?."

'IIH, emang harus sakit dulu baru boleh tiduran.' Batinku kesal.

"Ya ngga sih bu, saya pegel aja duduk mulu dilapangan tadi hehe." Dalihku. Tapi memang benar sebenernya kenyataanya seperti itu.

"Liat tuh dokter Galen aja yang dari tadi duduk aja bisa, masa kamu ngga."

Dokter Galen yang merasa namanya tersebut menoleh ke arah kami. Ia terseyum sambil menatap kearahku. Senyum yang menyebalkan menurutku.

Sepertinya ia sedang menyombongkan dirinya sendiri.

"Sudah, itu snack kamu kenapa belum dimakan? Kan itu bagian kamu. "

"Iya bu nanti saya makan." Ucapku sekenanya. "Jangan nanti-nanti aja kamu, nanti sakit aja tau rasa."

"Biarin aja sakit, kan ada saya bu."

Aku menoleh kearahnya namun ia langsung menatap gadgetnya, menyebalkan.

"Oh iya mumpung ada dokter kamu tanya-tanya sana. Sekalian belajar gratis sama beliau."

Sejujurnya aku pun sudah memikirkan hal ini kemarin. Aku akan bertanya-tanya dan saling bertukar sudut pandang. Tapi semua aku urungkan karena sejak tatapan biodata tadi aku merasa aneh dengan pandangannya kepadaku.

Tidak-tidak ini bukan ke arah yang buruk, tapi aku merasa ada hal aneh dalam diriku yang dulunya biasa saja bertatapan degan lawan jenis namun saat bertemu matanya aku merasa aneh.

"EEEH kok diem? Udah sana tanya-tanya, sekalian temenin beliau di depan." Terpaksa karena aku adalah siswi baik, jadi aku menurutinya.

Aku duduk di kursi depan mejanya berhadapan langsung dekat dengannya.

Ia menatapku, dan lagi-lagi aku canggung. Aku tidak tau harus memulai pertanyaan darimana.

Sampai cukup 10 menit aku diam saja, aku tertarik dengan alat tensi disebelahku. Aku ingat saat ada beberapa pasien yang datang dan dia menensi semua pasien itu.

"Dok kenapa semua yang dateng disini harus ditensi dulu? Kan ga semuanya sakit kepala." Ujarku pada akhirnya mendapatkan topik.

"Karena kan nantinya saya akan memberikan obat, jadi saya harus tau dulu tekanan darahnya. Tinggi atau rendah." Jawabnya sambil tersenyum.

Tidak Asha tidak berani melihat kearahnya, menatapnya membuat Asha menjadi canggung sendiri.

Mendengar jawaban yang diucapkannya sempurna membuat Asha tidak tau harus membalas apa lagi. Ia kembali diam dan menunduk. Dokter Galen pun tidak menanyakan apapun kepadanya.

Diam kembali.

Sampai dimana saat-

ADD TO YOUR LIBRARY YAA! VOTE DAN COMMENT YAA

Terimakasih telah membaca! Have a good day<3

GALENASHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang