Chapter 19

162 41 43
                                    

Sehun tersenyum tipis memandang jemari yang saling terpaut dengan milik sang kekasih. Selepas malam pengakuan itu, mereka memutuskan kembali ke perkemahan tepat sebelum matahari terbit. Baik Sehun maupun Jiyeon sama-sama memilih untuk tidak mengeluarkan sepatah kata apapun. Menikmati setiap langkah yang sesekali diwarnai derit tapak kaki mereka yang beradu dengan daun-daun kering.

“Masuklah, aku yakin kau pasti masih sangat mengantuk” ujar Sehun ketika mereka sudah sampai pada tempat perkemahan. Jiyeon mengangguk lemah disertai kuapan lebar, membuat pria yang ada di depannya itu tertawa pelan. Tidak nampak seorang pun yang ada di luar tenda mengingat sekarang masih sangat pagi bagi mereka untuk bangun.
“Jiyeon...” Sehun menjilat bibirnya sejenak, menjeda kata yang ingin di ucapkan. “Tidak jadi, masuklah” sebenarnya ada suatu hal yang ingin ia sampaikan pada kekasihnya itu. Tetapi, melihat bahwa Jiyeon sepertinya sangat kelelahan membuatnya urung. Lagi pula apa yang akan diungkapkan hanyalah sebuah kegundahan hati yang mungkin akan segera berlalu. Ia tidak ingin membebani perasaan gadis itu hanya karena masalah sepele tentang kecemburuannya.

Matahari perlahan sudah menunjukkan sinarnya, suhu yang semula sangat dingin sedikit demi sedikit sudah mulai hangat. Tanda-tanda kehidupanpun tercipta, para siswa keluar secara bergantian dari dalam tenda masing-masing. Merenggangkan otot-otot tubuh yang kaku dan bercengkrama satu sama lain. Bau masakan juga sudah mulai tercium, petugas yang dikontrak untuk menyiapkan kebutuhan makanan bagi para siswa sudah mulai bekerja di ujung sana.

Jiyeon mengerang saat tangannya ditarik paksa oleh seseorang, sungguh sebenarnya ia masih ingin tertidur karena kedua matanya seperti dilumuri perekat. Tepukan-tepukan kecil yang dilayangkan pada kedua pipi gembilnya membuat dirinya terpaksa membuka mata. Bersiap untuk melayangkan sumpah serapah pada seseorang yang berani mengganggu. Jongin berjongkok di depan wajah sang adik dengan ekspresi wajah keras sementara Krystal, gadis itu ikut masuk ke dalam tenda namun memilih diam.

“Semalam kau dan pria brengsek itu pergi ke mana?” Jiyeon merotasikan kedua matanya sebal, bukannya berniat menjawab ia malah berusaha untuk kembali merebahkan diri. Jongin menarik sekali lagi lengan sang adik hingga gadis itu mengaduh. Krystal memalingkan wajah sembari menggigit ujung bibir saat Jiyeon menatapnya dengan pandangan ketus. Sudah diduga sebelumnya jika gadis es tersebutlah yang telah membocorkan kejadian semalam.

“Kami pergi ke campervan di ujung sana” wajah pria bermarga kim itu merah padam mendengar jawaban saudari kembarnya yang kelewat santai. Rasa ingin murka seperti berkali-kali lipat sekarang. Sudah idenya dicuri ditambah fakta Jiyeon dan Sehun tidur bersama.

“Kau gila? Bagaimana bisa kau berani tidur berdua dengan Sehun?”

“Lalu apa bedanya denganmu? Jika Sehun tidak mengajakku ke sana kau dan Krystal pasti juga akan menginap disana kan? Mengapa kau boleh aku tidak boleh?” mendengar namanya di sebut, gadis yang sedari tadi hanya menjadi penonton itu berusaha membuka mulut namun niatnya kembali diurungkan saat Jiyeon menatap tajam seolah memintanya untuk tak membuat pembelaan. Jongin menghela udara keras, memijat pangkal hidung.

“Jangan diulangi! Jika aku memergokimu tidur dengannya lagi maka ku pastikan pria itulah yang akan mendapatkan pelajaran dariku”
Jiyeon tertawa sinis, tepat sebelum Jongin dan Krystal hendak pergi ia kembali berucap “Aku dan Sehun sudah resmi berpacaran. Jadi tidak akan aku biarkan siapapun melukainya"

“APA?? Akchh.. jantungku. Ya Tuhan” ringis Jongin sembari menepuk-nepuk dadanya dengan kepalan tangannya sendiri, membuat Jiyeon berdecak sebal melihat reaksi kakaknya yang sangat berlebihan.








🍃🍃🍃








Acara kemah yang sebentar lagi usai terpaksa diubah karena salah satu bus yang mereka gunakan mengalami kerusakan. Sembari menunggu perbaikan usai, para siswa diungsikan pada sebuah hotel. Mereka kini sedang menikmati hidangan makan siang yang sudah dipesan. Berbeda dengan Jiyeon, ia memilih berjalan keluar gedung menuju sebuah area bersantai yang memiliki sebuah kolam renang di sisi kanan. Ia tengah dibombardir dengan banyak sekali pertanyaan dari sang ayah, Tan melalui sambungan telepon.

The Heirs (Reborn)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang