Chapter 9

700 130 61
                                    

Warning typo bertebaran, harap maklum 😊
.
.
.
.
.
.
.
Selamat membaca 😘😘











Susah amat mau updet 🤔 ngga kekirim kekirim 😭

















Sehun dan Jiyeon duduk saling bersanding sembari bersandar pada rak yang terpasang di depan dinding. Sehun masih diam mencerna semenjak pengakuan gadis di sampingnya yang juga memilih diam menatap pada sebuah album lawas yang tadinya tersimpan dalam kotang usang di sudut ruangan. Jiyeon tersenyum menatap potret dirinya saat masih berusia empat tahun tengah menangis karena Jongin menarik rambut dikucir duanya.

“Aku adalah adik Kim Jongin, kami adalah saudara kembar dengan selisih waktu lima menit. Saat itu aku terlahir lemah karena seluruh nutrisi yang seharusnya dibagi padaku disantap habis oleh Jongin. Ayah dan ibu tak ingin terlalu berharap, itulah mengapa dia tak ingin mengumumkan kelahiranku dan mengatakan ibu hanya melahirkan Jongin”

“Merka takut jika aku tak bertahan dan akan menimbulkan luka yang lama. Keadaan berlanjut walau aku dapat bertahan dan hidup jauh lebih kuat. Ayah hanya tidak ingin aku terluka. Juga… kau tau… biasanya gadis yang terlahir dari keluarga bisnis pasti banyak diincar untuk dijodohkan. Jangan tertawa..”

Sehun mengulum bibirnya saat mendengar kalimat Jiyeon yang sangat lucu, gadis itu terlihat sangat percaya diri. Jiyeon mendorong lengan Sehun saat ia menangkap ekspresi geli Sehun yang kembali muncul membuat tubuh jangkung itu goyah sedikit.

“Aku bukan terlalu percaya diri tapi memang kenyataannya seperti itu..” gerutu Jiyeon sebal, ia menutup album bersampul hitam yang sudah sedikit koyak di bagian pinggir.

“Ayah tidak ingin aku terganggu dengan itu, ayah juga tak ingin aku terluka. Kedengarannya seperti seseoang yang terlalu berlebihan bukan?” Sehun mengangguk menyetujui, beruntungnya ia tak bertindak jauh. Sehun tersenyum saat merasakan berkah Tuhan yang kembali menghampirinya.




‘Baiklah Tuhan.. terima kasih, akan ku jaga ciptaanmu ini sebaik mungkin’ batin Sehun setengah menjerit.




“Saat beranjak remaja Jongin membuat sebuah kesalahan besar, dia itu sangat manja kau tau..”

“Suatu hari dia pulang dengan wajah yang berdarah-darah dan pingsan di depan rumah. Saat itulah ayah ingin mendisiplinkan Jongin dengan mengirimkannya ke Amerika. Karena kesempatan itu aku sangat senang, disana aku bisa lebih bebas. Aku bisa merasakan bagaimana yang namanya belajar di sekolah dengan teman-teman”

“Maafkan aku..” Jiyeon menggeleng gemas saat kembali mendengar kata yang sama diucapkan oleh Sehun.

“Berhenti mengatakannya”

“Tidak aku benar-benar ingin mengatakannya terus. Melihatmu tersakiti oleh kata-kataku sungguh membuatku tersiska" Sehun meraih tangan Jiyeon dan menggenggamnya, menyelipkan jemarinya yang panjang diantara sela-sela kulit halus Jiyeon. Lancang, tak seharusnya ia melakukan hal ini pada anak pemimpin ayahnya. Tapi Sehun tak ingin melewatkan kesempatan ini, toh Jiyeon juga tak menarik diri.

“Aku tau ini terdengar konyol tapi.. saat itu aku dibutakan oleh rasa cemburu”

“Ya.. cemburu karena aku hampir merebut ayahmukan?” Jiyeon tertawa menggoda Sehun yang ikut tertawa bersamanya.

“Tidak aku serius.. aku mulai menyukaimu Jiyeon dan kau tau aku bahkan membuat sebuah kesepakatan konyol bersama Jongin karena aku sebal dengan kedekatan kalian. Saat dia tidak bisa masuk peringkat lima puluh besar dia tidak boleh melarangku untuk mendekatimu, itu karena Jongin selalu saja mengancamku saat melihat kau akhrab sedikit denganku”

The Heirs (Reborn)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang