Chapter 8

650 137 56
                                    

Warning typo bertebaran, harab maklum 😊
.
.
.
.
.
.
.
Selamat membaca 😘😘




Bismillah kekirim ya Allah 😭😭












Deru suara mesin semakin kencang terdengar, mobil sedan hitam membelah jalanan dengan sangat cepat mendahului banyak kendaraan lain di depannya. Sehun mengeratkan genggamannya pada setir mobil, emosi yang menggelapkan akal sehatnya semakin membuatnya menekan dalam pedal gas di bawah sana.

Jiyeon tercengang di kursinya sembari berdoa dalam hati mengapa Sehun menjadi sangat menyebalkan seperti sekarang. Ditambah lagi mereka sudah setengah jam hanya berlalu lalang di jalanan kota tanpa tau tujuan pasti.

“Berhenti..”
“Kubilang berhenti Oh Sehun” suara decitan ban mobil yang menggesek aspal terdengar sangat jelas.

Mobil bagian belakang yang dikendarai Sehun mengeluarkan asap, berasal dari bawah ban yang dipaksa berhenti setelah sebelumnya dipacu begitu cepat. Beruntung Sehun menghentikan mobil di jalanan sepi, jika tidak mungkin kecelakaan berantai akan terjadi.

Jiyeon berusaha menormalkan jatungnya yang nyaris berhenti berdetak saat Sehun dengan gilanya mengendarai mobil. Ia menatap sebelah tangan Sehun yang terulur melindungi depan tubuhnya agar tidak berbenturan dengan bagian mobil yang keras.

“Ada apa denganmu eoh? Kau gila?” Jiyeon menepis lengan begitu saja, sudah cukup ia bersabar dengan perbuatan Sehun yang aneh secara tiba-tiba seperti sekarang.

“Jiyeon.. apa kau selalu berkaitan dengan pria-pria kaya?” Sehun menatap gadis yang masih memasang wajah terkejut di sampingnya. Membuat ia semakin terheran-heran adalah tiba-tiba saja Jiyeon tertawa keras namun tawa ini terasa berbeda dengan yang selalu ia dengar.

“Apa Hanbin yang mempengaruhi fikiranmu? Apa yang dia katakan? Ayo ucapkan saja, aku juga ingin dengar apa yang kau fikirkan tentangku” Jiyeon melepas sabuk pengaman yang semula ia kenakan dan menatap Sehun menantang. Keduanya tak melayangkan perdebatan lagi, hanya saling bertatapan dengan pandangan yang sama-sama terluka.

“Ayo Sehun, katakan… wanita murahan? Wanita simpanan? Wanita menjijikkan? Ay—“

“AKU SEMULA TIDAK INGIN MEMPERCAYAINYA. Tak ada sedikitpun fikiran semacam itu bersinggah di kepalaku. Tapi menemukan mu berada di rumah kediaman Tuan Tan, melihat Jongin berusaha melindungimu, bagaimana Hanbin yang sangat tertarik padamu, juga ayahku.. aku sungguh tidak ingin percaya. Tapi fakta-fakta itu terus silih berganti di dalam kepalaku”

Jiyeon berusaha mati-matian menahan air mata yang sebentar lagi akan meluncur bebas membasahi pipinya mendengar Sehun membentaknya, juga bagaimana pria itu menganggapnya seperti wanita murahan.

“Aku kira kau berbeda dari mereka yang menatapku penuh hinaan Sehun..” Jiyeon membalikkan badannya hendak memuka pintu mobil namun tidak bisa karena Sehun masih menguncinya dari dalam.

“Buka..”
“AKU BILANG BUKA!!”

“Aku akan mengantarmu”

“Tidak perlu. Tidak usah dekat-dekat denganku lagi jika kau merasa jijik padaku” Jiyeon menepis lengan Sehun yang berusaha menenangkannya.

Sehun merasa hatinya sangat teriris saat melihat Jiyeon menangis karenanya. Seharusnya ia bisa menahan emosinya dan menanyakan baik-baik pada wanita itu tapi nyatanya tidak bisa.


The Heirs (Reborn)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang