chap 9 (18+)

91 19 315
                                    

Dua minggu kemudian..

Sejak kematian pastor michael, eve seperti kehilangan penuntun jalannya. Wanita itu sering melamun dan terus mengingat momen dirinya berbagi rahasia dengan michael. Bahkan dirinya sampai stress karena memikirkan apa alasan michael bunuh diri sedangkan semua orang tau pastor muda itu sangatlah taat agama dan menjauhi larangan tuhannya. Sehingga menimbulkan spekulasi di hati eve, bahwa mungkin semua masalahnya selama ini berakar dari selamatnya harry.

Eve merasa mukjizat yang di dapatkan harry telah membutakannya. Seperti apa yang sering michael katakan padanya.

"Terkadang manusia buta dan tidak bisa membedakan mana mukjizat dan mana kutukan. Itulah ujian bagi para manusia."

Eve berbisik dan menunduk lemah.
Suara tawa abby dan harry di taman rumah membuatnya perlahan sadar dari lamunan dan menoleh ke arah suami dan putri nya. Terlihat harry tengah menggendong abby dan berputar-putar di taman sehingga membuat bocah kecil itu kesenangan.

Sedangkan eve hanya menghela napas melihat kedua orang tersayangnya itu dari sofa ruang tamu.

"Eve.."

"Oh ayolah.. Siapapun itu berhenti mengganggu ku. Tidak tau apa aku sedang stress? Tolong apapun kau, siapapun kau. Jangan ganggu aku, aku tidak takut pada mu. Mengerti?!!"

Eve berucap tanpa mau menoleh ke sekitarnya. Nampak wajah kesal wanita itu karena suara-suara misterius yang masih sering mengganggu pendengarannya.

"Eve.. Maaf."

Eve berdecak dan menoleh dengan malas ke arah pintu dapurnya. Dan seketika mata wanita itu membulat sempurna.

"Harry? Kau--"

Eve menoleh ke arah taman. Harry dan abby masih bergembira di sana. Lalu..

"Eve ini aku."

Eve kembali menoleh ke sosok harry yang berpakain putih di dekat pintu dapur. Pria itu bersandar ke dinding dan menatap sendu pada eve yang kini dibuat terpelongo.

"Jangan takut eve. Aku tidak akan menyakiti mu.."

Eve merapatkan kedua bibirnya lalu menggeleng sembari mengerjapkan mata. Dan tiga detik setelahnya, dia malah tertawa hambar.

"Ah ya tuhan.. Ini pasti mimpi. Astaga, aku baru tau mimpi bisa juga di siang bolong. Aku pasti ketiduran. Oh aku harus bangun."

"Eve ini bukan--"

Plak

"Ouch.. Shh sakiit.."

Rintih eve sedetik setelah menampar sendiri pipinya. Dan sosok harry itu hanya tersenyum miris melihat eve yang kini mengelusi pipinya sendiri.

"Pasti sakit kan? Karena ini bukan mimpi."

"Diam kau--harry. Ini jelas mimpi, harry yang asli sedang bermain dengan abby. Dan aku pasti tertidur tadi. Awh.. Aku harus bangun! Bangun eve, bangun!"

Harry nampak tidak tega kepada eve, dan memutuskan mendekat lalu menarik wanita itu ke dapur. Tentu saja eve memberontak.

"Hei lepaskan aku!"

"Tenanglah sebentar."

"Tidak ma--"

"Eve aku merindukan mu.."

Eve melotot saat harry memeluknya dengan tiba-tiba. Dirinya bersandar di pantry dan harry memeluknya. Eve mengedipkan mata dengan lambat, sambil berdoa ini hanya mimpi dan tidak nyata. Mana ada harry jadi dua?

"Eve.. Maafkan aku. Aku tau kau bingung, aku tau kau takut. Maafkan aku eve. Ini semua salah ku."

Eve menelan ludah, dan sesuatu dalam dirinya mendorongnya untuk membalas pelukan hangat harry. Eve membalas pelukan harry dan mengelus punggung harry yang terbalut kaos putih.

[God's] MIRACLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang