Besok Puasa!

3.9K 159 32
                                    

Jaemin melihat kedua orang tuanya bersama Jisung membawa tas besar berisi pakaian. Dia dan Haechan hanya melihat bagaimana Goongmin dan Yoona yang sudah berdiri di depan mereka. Jisung menatap sendu pada abangnya serta Haechan yang akan ditinggal sedikit lama.

"Apasih muka Mas Jaem sama A'a Haechan buluk banget kek gitu," celetuk Jisung yang ada di tengah orang tua mereka.

"Lo enak ya Jie, dibawa ayah bunda. Sini lo! Tinggal gak?!" Jisung menjulurkan lidahnya pada Haechan.

"Ogah, mending ikut. Mas sama a'a tinggal aja deh jaga rumah, mayan loh rumah sepi kan. Mana tau ntar bisa main uno bareng Karti, Yulo, sama Popo," ujar Jisung.

"Ohh tenangg, ntar gue ajak mereka main Jelangkung. Kapan lagi kan setan manggil setan pake mainan setan. Makanya ikut sinii, ngapain coba ikut ortu kek bocah," ujar Haechan merasa tidak terima si bungsu mereka malah di bawa.

"Gak kokk, Jie masii kicikk, kan Mas Jaem?" Jaemin hanya tersenyum lalu menguyel pipi Jisung.

"Ayah bunda gak bisa perginya besok aja? Besok puasa pertama..." lirih Jaemin pada kedua orang tuanya.

Sedih lah dia, seharusnya sahur sama buka pertama bareng keluarga ini dia sama abang somplaknya doang. Ditinggal berdua juga tuh, habis sudah.

"Gak bisa mas, perusahaan ayah lagi susah juga sekarang. Kalo bunda masih bisa bolak-balik ke rumah sakit. Tapi ayah ga bisa. Ayah kalian ini ga bisa ditinggal tanpa bunda, jadi maklumin ya?" bibir Goongmin melengkung mendengar ucapan sang istri.

"Apalah bunda ni apalah, buka coki ayah terus. Malu bun, depan anak," Haechan pun julid.

"Hih, udah tua malah malu. Biasanya malu-maluin," Goongmin melotot dengan ucapan sulung kembarnya.

"Heh?! A'a?! Mau ayah potong jajannya??"

"Ayah main ngancem! Bundaa liat ayah nih ndaa!!"

Bunda menggelengkan kepalanya mendengar kelakuan putra sulungnya bersama suami. Lagian suaminya pantang kalah sama anak. Diladenin terus, untung anak tengahnya rada waras. Dikit sih?

"Mas Jaem, A'a Echan. Jaga rumah baik-baik ya. Ayah bunda sama Jisung bakal tinggal di rumah Jakarta, mungkin bakal balik sebelum lebaran, ya?" mereka berdua mengangguk paham.

"Mas itu kebutuhan masak semuanya udah ada, baju mas sama a'a semuanya udah bunda setrika semua, rumah udah bersih, bunda juga masak cukup banyak. Kalau kalian butuh apa-apa telfon bunda, oke?"

"Bun, yah... harus banget gitu pergi pas mau puasa? Gak ada bukber pas puasa pertama dong? Bunda kok tega sama a'a?" Jaemin memutar matanya malas melihat kedramaan dari Haechan.

"Eh kan gak full sebulan itu loh a' ini kan a'a sama Mas Jaem," Haechan melengkungkan bibirnya ke bawah, sedih di tinggal sang bunda.

"Gapapa bun, yah. Kalian baik-baik aja di sana, intinya duitnya lancar ya yah," Goongmin memberikan jempol.

"Iya, Nanti uangnya ayah kirim sama A'a Haechan sebagai yang tertua ya?"

"Tertuaa, beda 3 menit doang hih," Haechan tertawa melihat wajah kesal Jaemin.

"Terima kenyataan aja kalo lo itu adek gue," Jaemin menatap nyalang pada Haechan.

Tiba-tiba dia teringat satu hal.

"Ah! Yah, bun. Mas bawa temen-temen mas sama Haechan ya nginep sini?" tanya Jaemin meminta izin pada bundanya.

Dibolehin sih aslinya, tapi sebagai anak baik Jaemin juga mau minta izin.

"Bolehh, bawa aja temen-temennya biar kalian ga kesepian. Kalo ada yang kurang telfon ayah atau bunda aja ya?"

Si kembar itu bersorak dalam hatinya. Setelah mengantar kedua orang tua bersama si bungsu Agnibrata itu, mereka tersenyum sendu. Padahal udah berharap bakal rayain ramadhan sama-sama. Tapi ada aja masalah.

Ramadhan With BarudakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang