Puasa Hari Kedua Puluh Delapan

397 51 17
                                    

Jaemin mengucek matanya, dia melihat disebelahnya ada Haechan yang selalu memeluknya. Senyum kecil terbit dibibir mungil remaja cantik itu. Jaemin melirik jam yang telah menunjukkan pukul 4. Dia mengangguk, kemudian memejamkan matanya kembali.

"Tunggu, jam 4?" Jaemin mengedipkan matanya sesaat.

"ASTAGHFIRULLAH HAECHAN, BANGUN CHAN!" Jaemin menggoyangkan badan Haechan, membuat tidur abangnya mulai terganggu.

"Apasih Na? Gue ngantuk, jan goyang napa," ucapnya dengan mata tertutup, dan semakin mengeratkan pelukannya pada Jaemin.

"Bangun dulu napa Echan!! Ini udah mau imsak! IMSAK!" mata Haechan langsung terbuka sempurna, dan rasa kantuknya seketika hilang.

"MAU IMSAK? Kenapa gak bangunin Echan Nana?!"

"Ini aja gue baru bangun, Chan! Buru gih, sahur kita. Astaga sholat malem aja pada tinggal. Gegara lo ajakin gadang sih," omel Jaemin yang langsung bangun dari tempat tidurnya.

"Tapi kan lo juga keasikan?!" protes Haechan, yang ikut menyusul Jaemin.

Mereka berdua berlari menuju dapur agar menyempatkan untuk sahur. Sunnah puasa, jadi harus dikejar. Tapi pas lari aja, masih pada ngomel.

"Chan buru Chan buruu, seenggaknya kita masak telur dulu. Kemaren kan gue gak masak!"

"Sabar atuh Na, capek.."

"Deket doang?! Cepetan ih! Gue kan—"

Kata-kata Jaemin terhenti, begitupun dengan langkahnya. Haechan yang ada dibelakang, secara tidak sengaja menabrak Jaemin, hingga mengenai hidung cantiknya.

"Kenapa berenti tiba-tiba sih Na? Tadi lo yang nyuruh cepet—"

"A'a? Mas? Baru bangun? Kenapa telat bangunnya? A'a biasanya kalo sahur selalu bangun cepet. Ini pada kenapa kesiangan?" suara wanita yang begitu lembut menyapa gedang telinga mereka.

"Begadang lagi kalian? Kan? Kebiasaan ayah waktu muda tuh nurun? Udah bunda bilangin jangan sering begadang. Gak baik buat kesehatan kalian."

"Bunda ini, ayah terus yang disebut.."

Haechan dan Jaemin sama-sama terpaku ditempat, saat melihat orang yang begitu mereka nantikan untuk pulang, ternyata sudah ada didepan mereka. Dengan Bunda Yoona yang baru selesai memasak, dan Ayah Goongmin yang nemenin bunda.

"Ayah? Bunda?" sepasang suami istri yang sedang beradu mulut itu pun menoleh.

Mereka melihat kedua putra mereka, yang menatap dengan penuh kerinduan. Yoona dan Goongmin langsung peka, dan langsung membuka tangan mereka, untuk memeluk Jaemin dan Haechan.

"Ayah bunda pulang, a'a.. mas.." Jaemin dan Haechan langsung berlari ke pelukan kedua orang tua yang sangat mereka rindukan.

"Ayah!! Bunda!!"

Jaemin berlari ke pelukan Goongmin, Haechan berlari ke pelukan Yoona. Memeluk mereka dengan begitu erat, kemudian gantian Jaemin memeluk Yoona, dan Haechan memeluk Goongmin untuk saling berbagi kerinduan.

"Ayah bunda sehat? Kalian kapan pulang? Kok gak ngasih kabar dulu??" tanya Jaemin menanyakan kabar orang tua mereka.

"Alhamdulillah, sehat ayah sama bunda. Kami baru aja pulang jam 3 an tadi a'a, mas. Ayah sama bunda juga lupa ngasih kabar, karena ayah sering ngebut lewat jalan tikus buat pulang," jawab Goongmin yang menjawab semua pertanyaan mereka, bagaimana kedua orang tuanya bisa langsung pulang.

"Bunda sempat masuk ke kamar A'a Haechan tadi, ternyata Mas Jaemin juga bareng a'a. Sengaja gak bunda bangunin, kalian keliatan nyenyak banget," ujar Yoona menambahkan.

Ramadhan With BarudakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang