Sudah malam, tapi demam Hyunjin sama sekali tidak mau turun, malah makin parah. Jaemin tentunya semakin khawatir, dia sampai memanggil dokter untuk datang kemari. Bahkan dia terus bergumam tidak jelas, jelas sekali. Hyunjin demamnya semakin parah.
Jaemin jadi semakin khawatir dengan kawan yang sudah dia anggap abangnya juga. Kondisinya jauh dari kata baik, tidak ada tanda-tanda kalau demam anak ini akan turun. Dahi Hyunjin mengerut, menahan sakit kepalanya yang seperti ditusuk-tusuk. Ditambah hawa tubuh yang semakin panas.
"M-mama..."
Jaemin terdiam sebentar, semakin kembali mengompres Hyunjin. Peluh di dahi Hyunjin di lapnya dengan lembut, kemudian sesekali dia mengurut dahi Hyunjin. Di tatapnya wajah Hyunjin yang sudah sangat memerah bersama dengan peluhnya.
"Gue gak tau masalah lo sama Mama Suzy sama Om Jackson, tapi gue gak bisa ikut campur Jin. Kita cuma bisa mendengar cerita dan ngasih lo solusi, soal ikut campur kita gak ada hak."
Jaemin tidak percaya kalo setan seberpengaruh itu pada kesehatan Hyunjin. Saat tangannya menyentuh dahi Hyunjin, terasa sekali panas yang menempel di tangannya. Jaemin menjadi semakin khawatir dan sedih, dia takut kondisi Hyunjin akan semakin memburuk. Dia mengelus rambut pendek Hyunjin yang telah basah karena keringat.
Hyunjin dengan berat membuka matanya, kabur. Di tambah pusing yang yang menyerang kepalanya seperti ditusuk ribuan jarum. Dengan terbata-bata dia menyebut kata.
"N-Nana..." panggil Hyunjin dengan begitu lirih dan serak seolah suaranya akan menghilang jika dia banyak bicara.
"Iya Jin? Butuh sesuatu? Kenapa? Ada yang sakit? Mau peluk?" Jaemin pun langsung mendekatkan dirinya pada Hyunjin.
Hyunjin dengan pelan mengangguk.
"Sakit..."
Jaemin mengigit bibirnya cukup kuat. Tanpa ragu dia langsung memeluk Hyunjin, berharap demam Hyunjin dapat berpindah padanya. Jaemin masihlah orang yang tidak tegaan, dia tidak sanggup jika melihat saudaranya sampai menanggung sakit seperti itu.
Jaemin pun juga mengurut pelipis Hyunjin dengan lembut, agar sakit dikepala Hyunjin dapat sedikit berkurang.
"Masih sakit??"
Hyunjin tidak menjawab, sepertinya dia kembali terlelap. Nafasnya tampak tidak normal, dia juga sedikit menggigil. Jaemin semakin menenggelamkan wajahnya di dada Hyunjin sambil mengucapkan.
"Maaf..."
Tengah malam pun Hyunjin terbangun dan mendapati Jaemin tidur di kursi sambil memeluk dirinya. Hyunjin jadi merasa bersalah. Dia mengelus rambut hitam halus Jaemin dengan pelan, seperti tidak ingin mengganggu pemuda tampan itu.
"Maaf, seharusnya gue gak nyusahin lo. Lemah banget," lirihnya.
Hyunjin heran kenapa dia bisa terbangun begitu cepat, secara dibangunin sahur saja butuh alarm alami. Tak berapa lama, Hyunjin mendengar ada suara bel pintu dari arah pintu utama. Hyunjin mengerutkan dahinya, siapa yang bertamu malam-malam begini? Hyunjin yang aslinya penakut jadi takut, jangan-jangan setan?
Tapi dia mikir.
"Popo jagain rumah di luar, gak mungkin ada setan lain yang berani masuk? Apa lagi ada Karti sama Yulo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ramadhan With Barudak
Fanfiction"Hyunjin! Astagfirullah puasa Jin istighfar woi!" "Perang sarung kuy! Gue bawa sarung kebanggaan gue nih!" "Kiw kiw' eneng cantik! A'a minta nomer wa nya dong, cuit cuit!" "Ya allah si Haechan anak orang ngapain lo godain heh?! Taraweh!! Gue aduin b...