Puasa Hari Ketiga

917 86 24
                                    

Sudah jam setengah empat, seorang remaja yang sedang berkutat dengan ponselnya pun terlihat tidak tidur karena sibuk memainkan ponselnya seperti mengetik sesuatu. Entah apa yang dia lihat, yang pasti hanya dia dan saya yang tahu.

Suara berisik dari luar tidak dihiraukan oleh dia, karena saking fokus dengan ponsel pintarnya sendiri. Bunyi ketukan pintu pun mengalihkan atensinya, saat pintu terbuka, nampaklah salah satu kawannya sedang mengintip dari luar.

"Lah bangun? Tumben?" tanya Sunwoo pada Hyunjin yang bersandar di sandaran kasur.

"Gantian gue yang gak tidur wkwk, ketebak lah gue ngapain," Sunwoo mengangguk paham.

Hyunjin pun mematikan ponselnya dan diletakkan di nakas, kemudian menatap Sunwoo kembali.

"Gue kira Jeno yang bakal bangunin?" Sunwoo tertawa pelan.

"Gue jadinya, abis bantuin Nana gue langsung bangunin kalian. Karena yaa, diliat-liat masih warasan gue kalo bangunin anak orang?" ujar Sunwoo sembari bersedekap dada.

"Yahh, asalkan gak ada piso atau golok sih aman," Sunwoo melayangkan tumbukannya tapi hanya sebagai gertakan.

Kedua orang itu pun tertawa satu sama lain. Beberapa saat kemudian mereka terdiam.

"Lo ada niatan pulang?" Sunwoo yang membuka topik obrolan lebih dulu.

Hyunjin pun terdiam, kemudian menggelengkan kepalanya, "Gak sekarang, mending di sini dulu," Sunwoo menghela nafas, lalu tersenyum maklum.

"Gini banget punya idup Jin. Keknya kita beneran gak dikasih bahagia sama yang bikin:)" Hyunjin terkekeh pelan mendengar ucapan Sunwoo.

"Dapet kok, kita doang yang agak lain," Hyunjin pun mengusak rambut Sunwoo yang ternyata sudah mengambil tempat di kursi sebelah kasur.

"Yap! Yang penting kita ada temen udah syukur. Terkadang kan teman bisa menjadi segalanya buat seseorang, kan?" Sunwoo sedikit tersenyum, kemudian mengangguk pelan.

"Yah, bener banget," kedua remaja itu saling melempar senyum penuh arti.

"Asik banget bedua, sahur woi," mereka menoleh dan mendapati Haechan yang sedang bersantai di atas kasur. Udah bangun dia:)

"Lah? Kapan lo bangun? Seharusnya kan kebo?" Haechan berdecak pelan.

"Suara lo bedua kedengeran gitu gimana gak kebangun gue?" alis mereka berdua terangkat.

"Lo denger?" Haechan menggeleng pelan.

"Gak, gue baru bangun," diam-diam mereka menghela nafas lega.

Haechan tersenyum tipis, "Gue liat-liat kalian cocok juga jadi adek kakak."

Hyunjin dan Sunwoo saling tatap. Mereka berdua tampak saling menatap dengan dalam seolah apa yang disampaikan Haechan tadi...

"HAH? Saudaranya si dower? Jangankan babi, anjing aja lebih manusiawi dari dia."

"Gue? Sama si psycho ini? Wah alamatnya gak bakal di rumah tapi di kubur!"

"Astagfirullah banget jadi saudara dia pliss, ogah woi ogahh!!"

"Yaudah sana kalo gak mau! Cabut lo!"

Ramadhan With BarudakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang