Chapter 7

142 22 13
                                    

Sorry for typos

Happy reading ~~~
Jangan lupa pencet ⭐
Thank you

🍀

Keesokan harinya, Willy pun mengantar Arina pulang sekaligus menitipkan Ailee untuk beberapa hari ke depan. Mama Arina yang mengetahui alasan Willy pun berniat membantunya, "Kamu boleh tinggal di sini lagi, Willy. Kamu bisa pake kamar Ayuna. Jangan merasa jadi orang lain lagi. Kamu ayah Ailee, cucu saya, jadi sampai kapanpun kamu adalah bagian keluarga ini. Jadi, jangan sungkan," ucap sang mama. Ia paham betul bahwa mengurus bayi baru lahir butuh perhatian ekstra sehingga Tante Willy mungkin tidak bisa menjaga Ailee lagi.

Willy yang mendengar itupun merasa sudut hatinya menghangat. Tinggal bersama mertuanya membuat Willy dapat merasakan kembali kasih sayang orang tua, hal yang telah lama hilang dari hidupnya. Tapi, Willy tidak mau merepotkan mertuanya terus menerus. Ia harus segera mencari daycare terbaik.

Setelah mendapatkan daycare yang menurut Willy memiliki fasilitas paling oke dan reputasinya bagus, Willy pun berniat mendaftarkan Ailee di sana. Sebenarnya ia tidak tega menitipkan Ailee ke orang baru, anak kecil itu pasti akan rewel jika bertemu dengan orang baru. Tapi, ia tidak bisa merepotkan mertuanya maupun Arina setiap hari. Lagi pula, Ailee menjadi tanggung jawabnya sekarang.

Willy akhirnya memberitahukan hal tersebut ke mertuanya. Awalnya mereka tidak setuju. Tapi Willy kekeuh mempertahankan kemauannya. Akhirnya mertuanya hanya bisa mendukungnya. Arina yang baru saja memasuki ruang tamu bersama Ailee, mendengar kata daycare, membuatnya penasaran.

"Apa? Daycare? Mas tetep mau masukin Ailee ke daycare?" Tanyanya to the point. Arina tidak terima dengan keputusan Willy. Bukannya Arina sudah menyampaikan ke Willy bahwa ia dan Papa Mamanya tidak keberatan jika Willy ingin menitipkan Ailee? Ia pun ingin membahasnya lagi dengan Willy. Arina pun menyerahkan Ailee kepada orang tuanya. Memprediksi akan terjadi perdebatan antara Willy dan putrinya, mamanya pun bermaksud membawa Ailee keluar rumah bersama sang suami.

"Kalau kalian mau bahas itu, kami ajak Ailee pergi dulu. Yuk, Pa, kita ke taman depan. Sayang, ayo kita main sama temen-temen di taman," ajaknya pada sang suami dan cucu.

▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎

Arina tidak tahu mengapa dirinya yang sekarang mudah terbawa emosi ketika berhadapan dengan Willy. Ia pun menarik napas dalam-dalam.

"Kenapa?" Arina bertanya kembali. "Kenapa Mas kekeh mau masukin Ailee ke daycare?"

"Saya tidak ingin merepotkan kalian terus-menerus."

"Saya sudah bilang berkali-kali kalau kami sanggup menjaga Ailee dan sama sekali tidak merasa direpotkan."

"Dan saya tegaskan lagi. Saya ayahnya Ailee, Ailee menjadi tanggung jawab saya sepenuhnya."

"Kami bermaksud membantu meringankan tanggung jawab Mas. Pokoknya saya tidak setuju Ailee didaftarkan di daycare."

"Kamu tidak punya hak melarang saya," tegas Willy.

Skakmat. Arina yang hendak membuka suara mendadak kehabisan kata-kata.

"Baiklah, saya memang bukan siapa-siapa buat Mas. Mungkin, setelah kepergian Mbak Ayuna, Mas jadi sungkan buat minta tolong ke kami. Tapi, setidaknya Mas bisa melihat ketulusan kami merawat Ailee selama Mas di Tokyo. Setidaknya, lihatlah ketulusan Papa Mama merawat Ailee. Ailee masih punya kakek neneknya yang menyayanginya. Tapi, semua itu terserah Mas. Saya memang tidak punya hak apapun untuk melarangnya. Maaf," Arina pun beranjak dari sofa.

"Saya akan membatalkannya.... dengan satu syarat."

Arina pun menghentikan langkahnya.

"Marry me and I will cancel the admission. Menikah dengan saya, maka kamu berhak atas Ailee."

Sincerity ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang