Chapter 6

142 26 9
                                    

Happy reading ~~~
Jangan lupa pencet ⭐
Thank you

🍃




Dua hari kemudian, Arina mendapatkan telepon dari Willy. Tak hanya sekali, namun lelaki itu menelponnya sebanyak lima kali sejak tadi pagi. Karena ia sedang ada deadline, ia pun mengabaikan panggilan Willy. Hingga menjelang siang, sang ibu menghampiri Arina yang masih sibuk di depan laptop.

"Sayang, kamu ga angkat telepon Willy?"

"Kenapa emang, Ma?"

"Dia bilang udah nelpon kamu berkali-kali tapi ga kamu angkat. Akhirnya dia nelpon Mama. Ailee sakit, Rin. Willy minta tolong kamu jenguk Ailee karena ia terus nyari kamu katanya," ucap sang Mama.

"Apa, Ma? Ailee sakit? Ya Tuhan...," Arina pun bergegas membereskan pekerjaannya. Ia tidak bisa membayangkan gadis kecil itu kesakitan.

Setelah berganti baju, Arina pun langsung berlalu ke rumah Willy. Setibanya di sana, ia disambut oleh seorang perempuan yang ia duga pastilah tantenya Willy.

"Arina, ya? Ayo masuk," ajaknya.

Wanita paruh baya itupun mengantarkan Arina menuju kamar Ailee. Arina tak tega melihat Ailee yang terbaring lemah.

"Ailee kenapa tante?"

"Ailee dari kemarin ga mau makan. Cuma minum susu. Sebenarnya dari semalam dia rewel minta dianterin ke rumah kamu. Tapi karena udah malem, Willy ga enak, takut ganggu," jelas sang tante. Arina jadi merasa bersalah.

"Jadinya dia bujuk Ailee kalau besok pagi bakal ke rumah kamu. Tapi, sejak pagi tadi anaknya malah demam, sempet muntah juga. Tadinya Willy mau izin cuti, tapi ga bisa karena harus hadir meeting penting katanya, jadi dia berniat minta tolong kamu buat jagain Ailee," jawab sang tante.

"Maafin saya karena baru dateng, Tante."

"Gapapa, Rin. Tante titip Ailee, ya, mau nyuci baju yang kena muntahan Ailee dulu," pamit sang tante.

Arina pun menggenggam tangan kecil itu. Ia duduk di pinggir ranjang Ailee. Ia mengelus lembut kepala Ailee. Pergerakan Arina membuat gadis kecil itu terbangun.

"Bunda," panggilnya lirih.

"Iya, ini Bunda, sayang," Arina mencoba menahan tangisnya. Selama merawat Ailee, ia tidak pernah melihat Ailee selemah ini.

"Ai mau ama Bunda," pintanya dengan suara kecil.

"Bunda di sini, sayang," ia pun menggendong Ailee. "Sekarang Ailee makan dulu, yuk, sama Bunda. Terus minum obat biar badannya ga panas lagi," ajaknya lembut.

Dan gadis kecil itu pun akhirnya mau makan. Tante Willy yang melihatnya pun tersenyum. Ia bisa melihat ketulusan Arina.

Seusai makan dan minum obat, Ailee tampak mengantuk. Arina pun membawanya menuju kamar agar gadis kecil itu bisa tertidur. Ailee pun mulai memejamkan matanya. Arina yang memang semalam kurang tidur karena mengejar deadline tak kuasa menahan kantuknya. Ia pun meletakkan kepalanya yang berbantalkan lengannya yang ditekuk di samping Ailee. Arina pun tertidur dengan posisi duduk di lantai.

Beberapa saat kemudian, Willy pun pulang. Ia izin pulang lebih cepat dengan alasan sang putri yang sakit setelah mengikuti meeting dan membereskan pekerjaannya. Willy pun membuka kamar Ailee. Ia menemukan putri kecilnya sedang asyik bermain boneka, ditemani Arina yang masih memejamkan mata.

"Papa," panggilnya lirih. Sang Papa pun memberi isyarat agar Ailee tidak berisik. Namun, Arina pun terbangun karena mendengar suara Ailee walaupun begitu lirih.

Sincerity ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang