Chapter 13

135 21 4
                                    

Annyonggg!
Masih ada yg nungguin gak ya?🥲

Jangan lupa klik⭐️

Thanks 🧡


▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎

Chapter 13

🍁

Arina sangat menikmati peran barunya menjadi istri dari seseorang yang dicintainya sejak dulu. Ia pun bahagia akhirnya bisa menjadi wali yang sah untuk Ailee. Keluarga kecil itu kerap menghabiskan waktu liburan bersama di sela-sela kesibukan Willy.

Willy dan Arina mengakui bahwa hidup berumah tangga tidak semulus yang dibayangkan. Tak jarang mereka terlibat perbedaan pendapat sehingga salah satu harus ada yang mengalah. Sering kali, Arina menjadi pihak yang mengalah karena ia tidak tahan jika Willy mendiaminya.

Arina mendapat pesan dari Yura yang mengirimkan foto-foto bayinya. Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat. Yura telah melahirkan bayi perempuan yang kini sudah bisa tengkurap. Arina pun bahagia melihat Yura dan putri kecilnya yang terlihat begitu menggemaskan. Tanpa sadar, Arina pun mengelus perutnya sambil merapalkan doa agar Tuhan segera menitipkan buah hati kepadanya.

Arina menunggu Willy pulang sendirian di sofa ruang santai karena Ailee sudah tertidur. Lima hari ini sang suami dinas keluar kota sehingga Arina sangat merindukan Willy. Tak lama kemudian, Willy pun sampai di rumah dengan wajah yang tampak lelah. Setelah membersihkan diri, Willy pun meminta Arina untuk memijatnya. Arina menceritakan semua yang dilakukannya bersama Ailee ketika Willy tidak di rumah. Willy hanya sesekali menimpali dengan deheman karena lelaki itu sungguh amat lelah. Meskipun demikian, Arina pun terus bercerita karena ia ingin berbagi apapun kepada Willy sesuai janji mereka.

"Tadi Yura ngirim foto Namira, Mas. Gemes banget Namira. Sekarang bayi cantik itu sudah bisa tengkurap. Kapan-kapan temenin aku ke rumah Yura ya, Mas, aku pengen ajak Ailee main sama Namira," Arina terus bercerita sambil memijat punggung Willy.

Arina terus berbagi kisahnya selama Willy pergi meskipun ia tahu bahwa Willy sudah memejamkan matanya. Ia tetap memegang janjinya bahwa mereka harus saling berbagi apapun, meskipun Willy mungkin sudah terlelap.

"Meskipun aku udah ngerasain momong Ailee dari dia bayi, tapi aku pengen punya bayi, Mas,... bayi yang lahir dari rahimku. Aku pengen hamil," suaranya mengecil. Arina terisak. Karena ia tidak ingin mengganggu tidur suaminya, Arina memutuskan untuk keluar kamar. Ia tidak ingin Willy mendengar tangisnya.

Arina duduk di sofa ruang santai sambil meneteskan air mata. Ia berusaha meredam tangis. Arina sebenarnya ingin mengungkapkan unek-uneknya pada Willy. Tapi melihat suaminya yang tampak begitu kelelahan, ia mengurungkan niatnya. Arina tidak ingin egois. Tangisnya perlahan mereda. Namun, pikirannya masih berkelana.

Bisakah Arina hamil? Bisakah ia memiliki bayi? Apakah ada yang salah dengan tubuhnya hingga ia tidak kunjung hamil? Akhir-akhir ini Willy sering lembur, apakah suaminya itu sudah bosan dengannya? Willy juga lebih sering menghabiskan waktu dengan teman-temannya. Apakah Willy lupa jika ia sudah menikah lagi? Willy juga jarang bercengkerama denganputrinya. Dan berbagai macam pemikiran lain seputar kehidupan rumah tangganya. Beberapa menit termenung, Arina pun tertidur di sofa.

Beberapa jam terlewati, Arina merasakan seseorang meraih tubuhnya seakan ingin menggendongnya. Ia pun membuka mata dan mengumpulkan kesadaran. "Mas Willy? Kenapa bangun? Jam berapa ini, Mas?" Arina bertanya pada Willy yang kini masih meletakkan tangannya di bawah lutut dan leher Arina. Willy bermaksud memindahkan istrinya itu ke kamar mereka. Namun, ternyata Arina terbangun.

"Kenapa tidur di sini?" Willy tak menjawab namun melemparkan pertanyaan juga. Mereka kini duduk bersebelahan.

"Tadi habis nonton, malah ketiduran," Arina tidak sepenuhnya berbohong. "Mas kenapa bangun? Masih pegel? Sini aku pijitin lagi," Arina pun memosisikan dirinya menyamping bersiap untuk memijat Willy. Namun, Willy dengan segera meraih kedua tangan Arina untuk digenggamnya.

Sincerity ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang