Signal | 5

54 15 5
                                    

“Leo, Mama mau ngomong sama kamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Leo, Mama mau ngomong sama kamu.”

Baru saja Leo kembali dari mengantar pulang Sairish, memasuki rumah ibunya langsung memanggilnya. Menurut, Leo dengan patuh langsung membelokkan kakinya ke arah sofa tempat ibunya duduk. Dia tidak tahu kenapa tapi wajah ibunya terlihat kaku.

Ibunya sengaja menunggu kedatangan Leo di ruang tengah rumah mereka dengan wajah tegang, meski rautnya sedikit berubah heran sepersekian detik saat melihat Leo memasuki rumah dengan tersenyum simpul. Meski hanya senyuman tipis, tapi terlihat sekali wajah Leo berseri-seri.

“Ada apa, Ma?” tanya Leo setelah dia duduk di hadapan ibunya.

“Lebih baik kamu pikir-pikir lagi untuk bersama Sairish.” ucap ibunya tanpa tedeng aling-aling, membuat Leo terhenyak.

“Apa? Kenapa?” Saking kagetnya Leo sampai tak sadar menaikkan suaranya.

“Mama nggak suka.”

Hanya begitu, dan jelas tidak menjawab kebingungan Leo.

“Lho, kan Mama sendiri yang kenalin aku sama Sairish. Kok sekarang mendadak nggak suka?”

“Setelah kenal dia Mama lebih suka kamu sama Dina. Kamu deketin Dina lagi, deh.”

Meidina, atau Dina. Nama itu pernah membuat dada Leo berdebar mendengarnya. Nama yang pernah membuatnya tersenyum seperti orang gila. Tapi, itu dulu. Sekarang lain lagi. Mendengarnya membuat Leo berdecak sebal. Lebih menyebalkan lagi ibunya memasukkan nama itu ke tengah-tengah obrolan mereka ini padahal jelas-jelas ibunya sudah mengenalkannya pada Sairish tapi malah menyebut Dina lagi.

Ibunya memang mengenal Dina. Wanita itu tinggal tidak jauh dari rumah ibunya Leo. Dia hanya tinggal bersama nenek dan adik-adiknya. Ayah dan ibunya sudah tiada. Dan ibunya Leo sering bergaul dengan nenek Dina. Karena hanya tinggal bersama nenek dan adik-adiknya itulah Dina menjadi tulang punggung keluarga, bekerja keras untuk menghidupi mereka. Hal itu sempat membuat Leo mengagumi sosoknya. Hanya saja tidak lagi semenjak Leo tahu bagaimana tabiat asli wanita itu.

“Aku nggak pernah ada hubungan apa-apa sama Dina. Lagi pula, aku udah nggak mau lagi sama dia. Mama kenapa sih, mendadak kayak gini?”

“Sairish lebih tua dari kamu. Apa kata orang nanti? Tadi aja tante-tante kamu kaget begitu tau dia lebih tua dari kamu. Umurnya udah 30, Nak, kamu tau nggak?”

“Aku tau Sairish sudah 30 tahun. Lalu, kalau dibandingkan sama Dina apa bedanya? Meskipun belum 30 tahun, tapi Dina juga lebih tua dari aku.”

“Dina lebih baik dari Sairish. Pekerjaannya jelas. Dina juga sudah jadi bos kan di kantor kalian. Sairish cuma apa tuh, penulis buku nggak jelas.”

Leo menggertakkan giginya. Selalu begini. Ibunya mengukur kualitas seseorang dari seberapa banyak uang yang dimiliki. Leo tahu karena pernah menjadi saksi kedua kakak iparnya sebelum berhasil menikahi dua kakak perempuannya, “Menulis buku juga pekerjaan halal, Ma.”

Heart Signal [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang