Signal | 7

53 17 1
                                    

Leo tergugu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Leo tergugu. Matanya terus menatap kepulan asap tipis yang ke luar dari dalam cangkir kopi pesanannya. Tapi, bukan itu yang jadi fokusnya. Pikiran Leo tidak di sana.

Leo tahu sudah seminggu Sairish terus menghubunginya, namun dia abaikan. Leo tahu dirinya pengecut. Apakah dia sudah sama seperti laki-laki brengsek lain yang bahkan Leo sering dibuat geleng-geleng kepala akan kelakuan mereka yang mengkhianati kekasihnya. Apakah sekarang dia sama seperti mereka?

Lamunan Leo terpecah tatkala ia merasakan tepukan di bahunya. Dia menoleh dan lantas tersenyum pada wanita yang juga tersenyum padanya. Leo segera beranjak untuk memberi pelukan ringan pada tubuh mungil wanita itu.

“Jangan lama-lama peluknya. Nanti Raka lihat,” ujar Carla sambil melepaskan diri.

Leo lantas mengedarkan pandangan, terutama pada pintu kafe, “Memangnya bodyguard kamu itu ikut?” Bukannya Leo masih sebal sama Raka. Leo sudah bisa menerima lelaki itu menjadi pilihan sahabatnya. Namun, Leo sengaja mengundang Carla ke kafe di jam istirahat makan siang kantornya karena ingin curhat soal Sairish. Dia cuma malu kalau sampai Raka tahu dia menye-menye karena cewek.

“Nggak,” jawab Carla sambil duduk di kursinya, lalu menaruh secangkir minuman yang sudah dia pesan sebelumnya. Alih-alih memesan kopi, dia memesan cokelat panas. Kasihan lambungnya belum diisi makanan. Dia rela skip jam makan siang untuk Leo. Dia harus meminta Leo traktir makan nanti.

Leo kembali duduk di tempatnya, “Tumben. Biasanya ngekorin kamu melulu kayak hewan peliharaan sama majikan.”

“Hush...mulut, ya!”

Leo tidak merasa bersalah. Dia menyesap kopinya dengan santai, “Cowok kamu nggak marah kamu ngobrol sama aku?”

“Udah aku ancam soalnya. Kalau dia ikut, aku nggak mau dicium sebulan.”

“Dasar! Ancamannya kok mesum.”

“Hahaha... kamu belum tau, sih, enaknya ciuman.”

Dahi Leo mengernyit dalam. Sahabatnya benar-benar sudah terpengaruh oleh tingkat kemesuman Raka, “Aku nggak mesum kayak cowok kamu!”

Carla tertawa geli. Dia cuma godain Leo saja, nggak benar-benar kasih ancaman begitu ke Raka, “Raka lagi sibuk pengalihan tugas sebelum resign. Dia udah one month notice.” Bulan depan Carla dan Raka menikah. Itu artinya salah satu dari mereka harus ke luar dari perusahaan karena peraturan perusahaan yang tidak memperbolehkan pasangan suami-istri berada dalam satu kantor yang sama. Apalagi keduanya satu divisi. Dan Raka yang mengalah. Raka memilih melanjutkan tahta ayahnya dalam mengurus rumah sakit milik keluarganya.

Carla menelan potongan roti yang sengaja dia pesan untuk mengganjal perut lebih dulu, “Aku sengaja nggak ajak dia. Kan katanya kamu mau curhat. Soal cewek itu, ya. Siapa namanya? Aku lupa.”

“Sairish.”

“Ciee... aku seneng kamu bucinin cewek lagi selain Dina. Beneran!”

“Itu dia masalahnya. Dina.”

Heart Signal [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang