Signal | 12

52 17 3
                                    

“Ya Tuhan, Sairish, lo kenapa?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Ya Tuhan, Sairish, lo kenapa?”

Sairish menangis di hadapan Nila. Tangisannya yang sudah reda, seketika tumpah lagi begitu melihat sahabatnya itu. Dia lebih memilih meminta Leo meninggalkannya di rumah Nila karena dia membutuhkan sahabatnya itu. Dan benar saja, begitu Nila muncul dari balik pintu rumah Sairish langsung memeluknya.

Melihat Sairish yang sepertinya tidak baik-baik saja lantaran malam-malam bertamu dalam keadaan menangis, Tosca yang tadi pertama kali membukakan pintu menyuruh istrinya, Nila, membawa Sairish masuk. Sementara Nila masih menenangkan Sairish dalam pelukannya, Tosca berjalan ke dapur untuk membuatkan teh hangat.

It’s okay, Sairish. Take your time. Keluarin semuanya yang mengganjal di hati lo,” bisik Nila sambil mengusap-usap lengan Sairish. Sementara, Tosca sendiri usai menaruh cangkir berisi teh hangat di depan Sairish, lebih memilih kembali masuk memberi ruang untuk Sairish. Khawatir Sairish tidak mau cerita karena sungkan padanya.

Merasa sedikit tenang, Sairish melepaskan diri dari dekapan Nila.

Nila menatapnya khawatir, “Are you okay now? Nggak apa-apa kalau masih mau nangis.” Dia mengangsurkan selembar tisu pada Sairish.

I’m fine now. Gue udah nangis tadi. Tapi lihat lo jadi pengin nangis lagi,” balas Sairish sedikit tertawa sambil menyeka sisa air matanya.

“Udah bisa cerita sekarang? Lo nggak mungkin nyamperin gue malem-malem kalau baik-baik aja,” kata Nila.

“Seharusnya gue dengerin omongan lo, bukannya malah nekad. Gue bodoh kan, Nil?”

“Lo ngomong apa, sih? Gue nggak ngerti. Coba jelasin dari awal.”

Something happen, Nil. Gue mutusin buat batalin pernikahan.”

“Si kampret itu ngapain lo lagi sekarang? Dia masih nggak ada kabar? Kabur?” Nila sudah tahu soal Bastian yang berubah jadi sulit dihubungi mendekati hari pernikahan mereka.

Sairish menggeleng, “Lebih dari itu. Barusan banget gue lihat dia di hotel sama cewek. Gue pikir itu bukan dia. Karena penasaran, gue ikutin dan ternyata cowok itu memang Bastian. Dan lo tau Bastian sama siapa? Citra, Nil. Bastian sama Citra lagi.”

Nila tertawa sinis dan mengumpat, “Makanya itu kenapa gue nggak setuju lo sama itu cowok lagi. Setelah apa yang pernah dia lakuin sama lo, gue jelas meragukan dia, Rish.”

“Bukan cuma itu. Gue baru tau ternyata sebenarnya gue yang pelakor di sini.”

“Hah? Maksudnya?”

“Bastian sama Citra putus karena Bastian ngajak Citra menikah tapi Citra nggak mau karena Citra mau lanjutin S2 di Sydney. Satu tahun kemudian, Bastian ketemu gue. Dia pikir dengan pura-pura pacaran sama gue dan pamerin cincin di sosial medianya, Citra akan lihat dan akan kembali ke dia. Bastian cinta mati sama Citra.”

Heart Signal [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang