🏡 ; 𝔽𝕚𝕣𝕤𝕥

215 32 4
                                    

"Semuanya sudah siap?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Semuanya sudah siap?"

Pemuda bersurai oranye itu mengangguk lalu mencebik kesal sambil berkacak pinggang, "Kau tidak perlu menanyakannya berkali-kali, aku bukan anak 5 tahun yang pelupa."

Sang Kakak pun memukul pelan kepala Adik kesayangannya itu lalu menatapnya tajam, tidak suka dengan ucapan Adiknya, namun kemudian menghela nafas.

"Kau tidak akan mengerti rasanya menjadi Kakak, Akito! Walau kau sudah besar, aku akan tetap melihatmu sebagai anak kecil dan lagi, kau ini ceroboh, lihat! Kau bahkan belum mencuci sepatumu, padahal besok hari pertamamu masuk kerja lagi."

Akito menunjukkan cengirannya, sebenarnya, Kakaknya itu sudah berkali-kali mengingatkannya soal sepatunya, tapi Akito terlalu mengabaikan karna berpikir sepatunya bisa kering dalam sehari. Naasnya, kemarin mendung seharian hingga Akito tidak bisa menjemur sepatu dan memutuskan untuk mencucinya nanti saja saat kerjanya sedang libur.

"Aku lupa, lagipula sepatuku tidak sekotor itu, jadi kurasa tidak masalah kupakai besok."

Ena menghela nafas menatap lekat adik laki-lakinya, tidak terasa sekarang dia sudah sedewasa ini, padahal dulu dia masih seorang bocah ingusan yang suka membantah.

Sampai sekarang dia masih keras kepala, tapi setidaknya wajahnya sudah sedikit lebih dewasa.

"Kau benar-benar tidak ingin satu apartemen saja denganku? Walau agak jauh, setidaknya kau tidak sendirian."

"Kita sudah membahas ini berkali-kali, lagipula, aku ingin hemat ongkos ke tempat kerja dan lagi, aku tidak sendirian, Toya sesekali mungkin menginap disana."

"Astaga, Toya lagi? Aku mulai khawatir denganmu, apa adikku sekarang seorang gay?"

"KURANG AJAR! Lebih baik kau berkaca, aku saja curiga kau pacaran dengan Mizuki."

"Sekarang lihat siapa yang kurang ajar?!"

Sesaat kemudian mereka tertawa, sejenak, masing-masing dari mereka merenung. Setelah ini, mereka akan lebih jarang bercanda seperti ini atau sekadar bertemu karna kesibukan masing-masing.

Ditambah, Ena yang jarang sekali keluar rumah, besar kemungkinan gadis itu akan lebih sibuk berkutat dengan lukisannya karna Akito takkan bisa lagi menegurnya.

"Ini mungkin terdengar aneh," Akito tersenyum kikuk "Kurasa aku akan sedikit merindukanmu disana."

Ena bersemu dan buru-buru memukul adik laki-lakinya— salah tingkah, Akito mendecih kesal.

"A-Apasih, berhenti mengatakan seakan-akan besok kita mati, kita hanya berpisah apartemen, bukan pisah dunia."

Akito mendengus, "Dasar Tsundere."

— 🏡 —

Akito mengusap surainya yang basah karna keringat setelah nyaris 2 jam lamanya, dia menata semua barangnya di apartemen barunya. Karna merasa gerah, Akito memutuskan untuk membersihkan diri.

Setelah selesai mandi, Akito menyeduh mienya dan menikmatinya di balkon apartemen sembari memandangi langit malam.

"Sepi juga, padahal baru jam segini." Gumam Akito melirik jam dindingnya yang baru menunjukkan pukul 8 malam.

Sejenak, Akito mengingat hari-harinya semasa kecil dengan Ena. Kehidupan mereka yang manis mendadak berantakan semenjak Ibu mereka meninggal, Ayahnya menjadi dingin, Ena mengurung diri, dan dirinya sibuk diluar rumah.

Bertengkar hebat dengan Ayah mereka sudah bukan hal asing setiap harinya, sampai puncaknya, Akito memutuskan untuk mengajak Ena kabur dari rumah karna muak dengan perlakuan Ayah mereka.

Akito tidak terima melihat Ena yang terus mengais atensi Ayah mereka, namun Ayahnya justru merendahkan bakat Ena, seakan yang dilakukan Kakaknya itu sia-sia.

Akito dan Ena mungkin terlihat tidak peduli satu sama lain, namun, diam-diam mereka selalu mendukung tujuan satu sama lain. Seperti Akito yang selalu membela Ena jika bertengkar dengan Ayahnya atau Ena yang selalu mendukung Akito untuk masuk RAD WEEKEND.

Akito tersenyum, baru sebentar saja, rasanya dia sedikit merindukan omelan Kakaknya itu. Baru saja dia berniat menelfon Ena, tapi dia baru ingat sekarang jam istirahat Ena sebelum kembali berkutat dengan pekerjaannya sebagai anggota N25, Akito pun mengurungkan niatnya.

Baru saja Akito akan masuk ke dalam, tiba-tiba telinganya menangkap suara senandung yang tak asing, reflek, kepalanya langsung menoleh kearah sumber suara tersebut.

Matanya membulat ketika mengetahui siapa tetangga apartemennya, ekspresi si tetangga pun tak berbeda jauh dengan Akito saat ini.

"An?!"

Dunia bercanda, sungguh, Akito ingin merutuki semesta untuk kesekian kali dalam hidupnya.

Dunia bercanda, sungguh, Akito ingin merutuki semesta untuk kesekian kali dalam hidupnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
隣の人 || PungudProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang